Muktamar III IAEI

Muktamar III IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam)dan seminar Ekonomi Islam, dok. Jakarta, 30 April 2015.

IAEI

“Dewan Pimpinan Pusat IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia) Periode 2015-2019”

International Conference on Quality Islamic Higher Education, Jakarta

International Conference on Quality Islamic Higher Education, Diselenggarakan oleh UIN Malang dan UIN Jakarta.

ISESCO

Delegasi RI (Prof. Mansur BAN-PT, Bapak Mizan Kemenag, Dr. HA. Muhtadi Ridwan UIN Malang)di forum para menteri pendidikan tinggi dari 52 negara muslim pada event International conference of research and technologi, ISESCO

Konvensi Kampus IV dan Temu Tahunan Ke-10

Konvensi Kampus IV dan Temu Tahunan Ke-10, Forum Rektor Indonesia 2007, Dok. 16-17 Juli 2007, ITB Bandung.

Senin, 16 Februari 2015

Indonesia Berpartisipasi Pada Seventh Ministerial Conference of Ministers of Higher Education and Scientific Research

Selasa, 23 Desember 2014

​Pada 18-19 Desember 2014, Islamic Educational, Scientific, and Cultural Organization (ISESCO) telah menyelenggarakan the 7th Islamic Conference of Ministers of Higher Education and Scientific Research dengan tema ”Higher Education: Governance, Innovation, and Employability” di Rabat pada 18-19 Desember 2014. Pada konferensi tersebut, Indonesia diwakili oleh delegasi yang dipimpin oleh Prof. Dr. Mansur Mashum (Anggota Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)) dengan anggota delegasi yaitu Bapak Mizan Sya’roni, M.A. (Kepala Seksi Penjaminan Mutu Kelembagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama RI) dan Dr. A. Muhtadi Ridwan (Ketua Lembaga Penjaminan Mutu UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), dan didampingi oleh Sdr. Muhammad Hartantyo (Sekretaris III Pensosbud/Protokol KBRI Rabat).
 
Konferensi dibuka oleh Menteri Pendidikan Tinggi dan Riset Kerajaan Maroko, Dr. Lahcen Daoudi, dan dihadiri oleh Dirjen ISESCO Dr. Abdulaziz Othman Altwaijri, Menteri Pendidikan Tinggi dan Riset Republik Sudan Dr. Sumayah Mohamed Ahmed Abu Kashawa, dan OIC Assistant Secretary-General for Science and Technology Mr. Iyad Ameen Madani.
 
Dalam konferensi tersebut, delegasi Indonesia telah menyampaikan statement mengenai kondisi umum pendidikan tinggi di Indonesia, melaporkan bahwa Indonesia telah mengimplementasikan 2 key performance indicator di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, serta menyampaikan keinginan dan kesiapan Indonesia untuk mengembangkan kerja sama dan berpartisipasi dalam berbagai program ISESCO.
 
Indonesia juga telah terpilih sebagai anggota Consultative Council for the Implementation of the Strategy for Science, Technology, and Innovation in Islamic Countries, bersama Maroko, Yordania, Djibouti, Arab Saudi, Azerbaijan, Bangladesh, Uganda, Pantai Gading, dan Mali.
 
Di akhir konferensi, telah disepakati Rabat Declaration on Developing the Higher Education and Scientific Research System in the Muslim World, yang antara lain menyepakati untuk meningkatkan sektor pendidikan tinggi dan mendorong keunggulan ilmiah serta penelitian berkualitas tinggi, dan mengambil tindakan yang tepat untuk menyelaraskan hal-hal tersebut dengan rencana pembangunan sosio-ekonomi nasional negara-negara anggota untuk mengatasi tantangan pembangunan ekonomi, sosial, lingkungan guna menjamin kesejahteraan rakyat.
 
Rabat, 22 Desember 2014
Sumber : http://www.kemlu.go.id/rabat/Pages/Embassies.aspx?IDP=142&l=id

Minggu, 15 Februari 2015

SANG VISIONER

Pemimpin adalah seorang yang mempunyai daya imaginasi dan visioner yang akan menjadi harapan-harapan kedepan.. Visioner berarti adanya upaya untuk dapat mewujudkan mimipi-mimpi dan harapan yang dapat dinikmati oleh semua pihak dan merupakan tonggak sejaarah yang tidak akan luntur oleh bergulirnya waktu. Zun Tsu (filsuf China) mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seseorang yang telah melakukan pekerjaan besar, namun dimulai dari pekerjaan yang kecil ang dilakukan secara istiqomah.

Cermin dari filosifis tersebut dpat diketemukan dalam sosok Dekan Fakultas Ekonomi UIN Malang yaitu Bapak Dr. H.A. Muhtadi Ridwan, MA. Sebagai seorang pimpinan beliau merupakan figur pemimpin yang transformasionalis (meminjam istilah Bass & Avolio). Pemimpin ini adalah mempunyai karakteristik : a) visioner, b). kharismatik, c) idealis, d) motivasi. Kepemimpinan yang visioner dari beliau dapat kita rasakan banayknya ide-ide yang beliau kemukan untuk menjadikan Fakultas Ekonomi UIN Malang unggul dan menjadi harapan masyarakat serta stage holder. Untuk mewujudkan hal tersebut maka menjalin banyak kerjasama dengan berbagai kalangan, seperti lembaga keuangan, perusahaan, serta lembaga pemerintahan. Hal ini idakalan mudah dilaksanakan kalau beliau bukan seorang visioner. 

Kharismatik adalah ciri soerang pemimpin yang benar-benar dihormati oleh berbagai pihak. Beliau dalam memimnpin telah menujukkan sisi-sisi kharismatis yang membuat para bawahan, atasan, dan kolega merasa sungkan untuk berpangku tangan. Memberikan contoh bagaimana seorang harus bekerja dengan sebaik-baiknya.

Idealis   adalah bentuk dari model kepemimpinan yang harus juga dipunyai oleh seorang pemimpin transformasional. Beliau adalah seorang yang idealis, yang meempunyai ide-ide kreatif dan inovatif untuk kemajuan lembaga uyang dipimpinnya. Bahkan beliau juga seringkali emunculkan sesuatu produk/kegiatan yang berbeda dengan lembaga lain. Disamping itu apa yang menjadi keinginan bisa diwujudkan dengan baik.

(Oleh : Achmad Sani S.)
Sumber : Buku Sang Inspirator

“Dekan Koboi”

“Tertawa dengan Siapa saja”. Dr. H.A. Muhtadi Ridwan, M.A (kami menyebut Abah), Beliau merupakan sosok pemimpin yang bisa tertawa dengan siapa saja. Artinya beliau mudah menjalin komunikasi dan persahabatan dengan siapa saja tanpa melihat latar belakang orang yang dihadapinya dan dalam situasi apapun, karena komunikasi adalah salah satu cara bagaimana seseorang dapat mendengar dan didengar ide dan keinginan yang datang dari diri sendiri atau orang lain. P Muhtadi (abah) selalu mendengar dan menerima penilaian, saran, kritikan dan ide dari siapa saja, termasuk dari mahasiswa. Sehingga saya sebagai bawahan tidak mengalami hambatan komunikasi, baik dengan beliau sebagai atasan saya. Bahkan di kampus STAIN – sekarang UIN Malang, tidak ada yang tidak mengenal Abah Muhtadi. Dari cleaning service, tukang kirim kue di lingkungan UIN, mahasiswa, satpam, dosen maupun pimpinan. 

Saya pun demikian, mengenal sosok Dr. HA. Muhtadi Ridwan, MA yang biasa saya panggil Abah Muhtadi itu bukan baru kemarin, tetapi sudah hampir 14 tahun mengenal beliau yakni semenjak saya masuk STAIN Malang tahun 1998. Sepanjang mengenal beliau sebagai Kajur Syariah dan bahkan menjadi PUKET III, beliau termasuk pemimpin yang lain dari pada yang lain, gayanya yang apa adanya, akomodatif dan selalu memberikan palayanan dan perhatian yang lebih kepada staf dan mahasiswa sebagai contoh kita (staf) dalam kegiatan pengembangan jurusan menjadi fakultas, beliau tidak segan untuk makan menjes bersama staff, setiap ada kegiatan yang akan dilakukan selalu memberikan laporan kepada mahasiswa, apapun kegiatan yang akan dan telah dilakukan selalu diberikan kepada mahasiswa. Beliau selalu mengajarkan kepada kita semua cara hidup bermasyarakat, agar selalu “bermanfaat bagi manusia lain”  yang sekaligus menjadi jargon hidup  beliau, bahkan saya sampai lupa, berapa ratus kali beliau mengingatkan saya untuk menerapkan prinsip tersebut. Hal ini selalu dibuktikan beliau dari semenjak permulaan awal pendirian program studi muamalah sebagai cikal bakal FE sekarang, beliau tidak merasa canggung harus makan gorengan menjes sebagai makanan pokok bersama staf (P Fahruddin, P Zainul, P Musleh dan Saya sendiri). Artinya beliau bekerja bukan karena mendapatkan Tunjangan atau mendapatkan SK, namun bekerja karena memiliki amanah dititipi anak didik (mahasiswa/santri) oleh para wali mahasiwa. 

Ada beberapa catatan penting tentang sosok HA. Muhtadi Ridwan yang pernah saya ketahui diantaranya: Pemimpin yang ngayomi, ngayemi, lan nglayani, apa adanya.

Dibanyak institusi pemerintah (tanpa harus menyebut nama), kita terbiasa melihat seorang pemimpin selalu menampilkan gaya kepemimpinan yang cenderung elitis, kurang peduli, dan “sok”, sekaligus menampilkan perilaku moral hazard atau pemimpin yang aji mumpung yaitu pemimpin yang selalu memanfaatkan kekuasaannya untuk dirinya sendiri, “mumpung lagi menjabat” bahkan cenderung menghalalkan segala cara untuk dirinya.  Namun model pemimpin yang seperti itulah yang tidak saya temui pada sosok Abah Muhtadi ini. Beliau memiliki  sikap ngayomi, ngayemi, lan ngayani. 

Ngayomi, atau memberikan perlindungan bukan semata-mata perlindungan terhadap yang bersifat wantah, tetapi lebih bermakna memberikan perlindungan pada rasa batin. Dengan sifat-sifat ngayomi tersebut, seorang pemimpin tidak harus hadir secara fisik memberikan  perlindungan, tetapi semua  kebijakannya memberikan rasa itu.  Beliau tidak pernah menuding-nuding anak buah yang salah di depan umum, namun akan memanggilnya dan memberikan nasehat yang membangun. Jika dengan menuding-nuding anak buah (staf di depan umum bukan lagi sifat ngayomi), tetapi memperlihatkan wajah kekuasaan dan membuat anak buah tidak tentram secara batin.  Ngayemi itu ekspresi dari damai, ikhlas, dan jujur, sehingga ketika seorang pemimpin itu berada dalam kejauhan, tetap saja hadir “rasa anyem” itu. Rasa yang sedemikian ini sangat mahal, dan sangat jarang pemimpin yang mampu melakukan hal ini. Bahkan, yang sering terjadi, dan terlihat adalah hanya dengan wajahnya saja, orang tersebut tidak bisa ngayemi. Apalagi sikap diri, dan kebijakannya. 

Sedangkan ngayani lebih menekankan pada sikap “memberi” kekayaan.  Memberi kekayaan ini sangat salah jika semata-mata diartikan sebagai memberi uang. Pasti bukan ini juga yang dimaksud oleh Abah Muhtadi. Sikap “ngayani” itu bisa ditafsirkan dua sisi, yaitu sikap diri ke dalam diri pribadi, dan sikap diri terhadap orang lain. Sikap diri ke dalam diri pribadi yang ngayani itu adalah  kemampuan memiliki “kekayaan” batin yang tinggi, yang oleh Raden Panji Sosrokartono disebut sebagai “sugih tanpa bandha”.

Pemimpin yang “sugih rasa” itu diekspresikan pada sikap batin seperti sabar, ikhlas, jembare manah, ikut merasakan penderitaan bawahan, bukan sebaliknya ketika ada anak buah salah malah “diumpat-umpat” di keramaian, rapat terbuka, dan sebagainya. Bukankah seharusnya dengan “sugih rasa” itu, seorang pemimpin akan mendatangi anak buah atau keluarganya yang  tersandung masalah hukum misalnya. Memberikan motivasi, dorongan, nggedekke  ati . Bukan sebaliknya dengan mengatakan” rasakna kowe !”.

Sikap “sugih rasa” (ngayani) ini jika terekspresikan keluar, masuk ke dalam pergaulan luas, lebih mencerminkan sikap diri yang andap asor, rendah hati, merasa diri bukanlah yang terbaik, sehingga orang lain tidak merasa “risih”. Pemimpin yang baik sepanjang masa akan mengekspresikan sikap batin, durung gedhe yen durung wani cilik, dan durung dhuwur yen durung wani  endhek. Dengan mengatakan bahwa, ora ana  pemimpin sing jempol kaya aku….Nah, pemimpin tersebut  sedang “merasa “besar. (rumangsa gedhe).

Tidak mudah memposisikan diri sebagai orang biasa atau bawahan disaat menduduki jabatan tertinggi di fakultas, tetapi berbeda dengan sosok yang satu ini, beliau termasuk orang yang pandai memposisikan diri yakni kapan menjadi dekan, kapan menjadi bawahan dan kapan menjadi bapak. Sering kami “gak” enak sendiri dengan beliau tatkala beliau memposisikan sebagai teman bagi dosen dan karyawan. Sering kita ngobrol dan bercanda lepas dengan beliau dan sampai kami tidak sadar kalau orang yang diajak ngobrol tersebut adalah pimpinannya sendiri. 

Paling tidak, pengalaman ter-update (Sabtu, 25 Mei 2013) ketika kita bersama dengan beliau bernostalgia di Lamongan –rumah kelahiran beliau- kita bersenda gurau di tambak ikan milik kakak beliau sambil menjala ikan. Sebenarnya itu masuk dalam agenda rutin kami memancing ikan keliling Jawa Timur, namun beliau menawarkan kepada kita agar mancing di lamongan. bak gayung bersambut, kami pun langsung meng-iya-kan. Sesampai di Lamongan senda gurau terus muncul seakan lupa kesibukan masing-masing di fakultas. Bahkan ketika ikan di tambak tidak mau makan, beliau terjung langusng untuk menjala ikan di tambak, meskipun harus basah kuyup dan belumur lumpur (bukan lumpur LAPINDO lho.heheheheh).. Setelah selesai memancing dan menjala ikan kita mandi bersama di sungai belakang rumah beliau (meskipun saya masih asyik memancing di sungai...... hehehe) tapi suasananya sangat hangat sekali, lagi-lagi serasa lupa kalau yang bersenda gurau itu adalah pimpinan di fakultas. Suasana seperti itulah yang kami inginkan dan sudah sering kami jumpai. Bukan berarti dikemudian hari kita “nglamak” karena seringnya bercanda tetapi semakin memperkuat ta’dzim kita kepada beliau.

Belum lagi terkait dengan performance beliau dibandingkan dengan posisi pimpinan lain di institusi ini, tampak sekali kesederhanaan pada diri beliau, seakan-akan tidak tampak kalau beliau adalah seorang dekan di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Sikap seperti itulah yang selalu tampil dari sosok seorang Dr. HA. Muhtadi Ridwan. Bahkan saya teringat sebutan dari rekan dan kolega Fakultas Ekonomi dari salah satu lembaga Investasi terkenal dengan menyebut beliau sebagai ”DEKAN KOBOI” bukan bermaksud negatif malahan bermaksud positif.  

Koboi artinya walaupun berpakaian dan menggunakan kopiah, namun ide kreatif dan brilian namun pemikira, visi dan misi dan gaya kepemimpinan, serta gaya kerjanya Cekatan dan lincah atau kata orang jawa (cekat-ceket) seperti KOBOI bukan menunggu dan menunggu  mampu memberikan contoh tanpa harus menyuruh,  Beliau tidak segan mengerjakan sendiri pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab staffnya, tanpa menyuruh staffnya untuk bekerja. Bliau bekerja bukan karena mendapatkan SK, atau Tunjangan taua bahkan Bayaran, namun beliau bekerja karena rasa amanah dan tanggung jawab beliau. Mereka berp\kata Adakah KOBOI bekerja karena di bayar??? Tidak, Koboi bekerja karena amanah dan tanggung jawab agar bermanfaat untuk rakyat banyak.

Setelah beliau tidak menjabat lagi menjadi Dekan FE Universitas Islam Negeri Maliki Malang, kita kehilangan sosok pemimpin yang begitu ramah, pengayom, dan visioner, dan tanggap, tanpa menunggu beliau akan action  langsung dan juga bukan tipe pemimpin birokrasi, rapat ini, rapat itu namun tidak terlihat hasilnya. Namun demikian kita terus berharap semoga ide-ide segar, cerdas, brilian dan kiprah beliau secara langsung untuk kemajuan Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang. Saya bingung harus memberikan balasan apa, jika harus diberikan rupiah pun saya pikir tak akan cukup untuk membalas hanya Terima kasih Abah atas semua dedikasi yang besar terhadap Fakultas Ekonomi. Kami akan terus mengambil teladan nya dan kami hanya berdoa Semoga Allah memberikan pahala yang melimpah dan barokah kepada jasa abah Muhtadi serta kepada kita semua…. 

(Oleh : Eko Suprayitno)
Dosen FE UIN Maliki Malang
Sumber : Buku Sang Inspirator

SANG NAHKODA-ku

Bapak. Dr. HA. Muhtadi Ridwan merupakan sosok yang bisa menjadi BAPAK, TEMAN, ATASAN , DAN GURU YANG BAIK. Sosok pemimpin yang ING NGARSO SUNG TULODO, ING MADYO MANGUN KARSO LAN TUT WURI HANDAYANI

(Oleh : AGUS SUCIPTO)
Sumber : Buku Sang Inspirator

SANG “PENCERAH”

Hal yang paling terkesan bagi saya selama kepemimpinan bapak dekan adalah beliau sangat teliti dan detail dalam melakukan pekerjaan. Hal-hal kecil yang orang lain mungkin terlewati, namun beliau tidak. 

Hal ini memberikan pelajaran berharga bagi saya pribadi bahwa kita harus melakukan pekerjaan kita sebaik mungkin tanpa melupakan hal-hal kecil yang sebenarnya penting.

Terkait dengan tugas saya di perpustakaan, saya sangat berterima kasih, bapak telah sangat peduli dengan keberadaan perpustakaan untuk menunjang proses belajar mengajar bagi civitas akademika. Bentuk kepedulian bapak yang sangat berarti bagi kelangsungan perpustakaan adalah dengan mengajukan pegawai kontrak untuk pustakawan. Dan Fakultas Ekonomi merupakan satu-satunya Fakultas yang memiliki pustakawan.

Akhir kata, semoga kita semua dapat mengambil teladan kepemimpinan Pak Muhtadi.Tak lupa saya ucapkan maaf yang sebesar-besarnya jika dalam interaksi selama ini dalam melaksanakan tugas, ada sesuatu yang tidak berkenan di hati Bapak. 

(Oleh : Fitriyah)
Sumber : Buku Sang Inspirator


SEMANGAT KETELADANAN TAK LEKANG KARENA PANAS DAN TAK RAPUH KARENA HUJAN

Secara pribadi, saya mengenal beliau sejak tahun 1996 saat saya duduk di semester akhir di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim d/h Institut Agama Islam Negeri Fakultas Tarbiyah Malang. Kepribadian  yang familiar, ramah, bersahaja dengan selalu sumringah saat bertemu dengan siapa saja tanpa membedakan asal, organisasi maupun golongan menjadi ciri dan karakteristik beliau.. saya melihat, karakter dan jiwa pemimpin sudah terlihat saat beliau menjadi Pembantu Ketua III bidang Kemahasiswaan.

Diawali pada 2005, Hubungan saya dengan beliau semakin dekat, ketika saya diminta menjadi dosen fakultas ekonomi Universitas Islam Negeri Malang. Saya ditugaskan menjadi dosen di jurusan manajemen, dengan mengampu mata kuliah Ekonomi Islam sekaligus menjadi pembantu dekan II bidang Administrasi Umum. Jujur, banyak hal yang saya pelajari dari gaya memimpin beliau khususnya menyangkut bagaimana “ngopeni” bawahan dan mahasiswa. 

………………………

Secara pribadi, meskipun beliau menjadi mitra dalam mengembangkan Fakultas Ekonomi Universitas Islam negeri Maulana Malik Ibrahim, namun saya tetap menganggap beliau sebagai guru yang penuh dengan keteladanan. Betapa tidak komitmen dan mimpi besar beliau terhadap pengembangan fakultas ekonomi seakan tanpa lelah dan terus sampai sekarang. Ide-ide besar beliau dalam mengembangkan fakultas semakin mempertegas kalau mimpi beliau berkomitmen mengembangkan fakultas ekonomi menjadi yang terbaik diantara fakultas ekonomi di Indonesia..

Bapak Fakultas Ekonomi

Dalam bekerja, beliau selalu menunjukkan semangat kerja yang sangat tinggi bahkan nyaris tanpa lelah meskipun harus sampai malam hari.  Disamping itu, perilaku bekerja beliau selalu menampilkan sosok sebagai seorang mitra dari pada sebagai seorang pemimpin. Hal inilah yang kemudian menciptakan harmonisi bekerja di fakultas ekonomi……. ending-nya dapat kita lihat hasil kepemimpinan beliau selama 2 periode ini. Itulah beberapa gaya beliau selama ini yang selalu diteladani oleh sivitas akademika fakultas ekonomi hingga kini, esok dan kapanpun…. “Meskipun sudah tidak menjadi dekan, beliau tetap flamboyan”.

(Oleh : Dr. H. Nur Asnawi)
Sumber : Buku Sang Inspirator

“KENYATAAN SANG PERINTIS”

Saya ucapkan terima kasih kepada Abah Muhtadi yang selalu memberikan arahan yang cemerlang sehingga dapat membawa Fakultas Ekonomi maju seperti sekarang ini , Saya tidak dapat menulis tentang sosok Abah Muhtadi Ridwan karna terlalu banyaknya perjuangan dan gagasan yang telah beliau pimpin selama 8 tahun ini. Saya menilai Beliau adalah sosok Pemimpin yang inovatif, Dermawan, Humoris, santai tapi serius,ulet. Semoga pengabdian dalam memimpin Fakultas Ekonomi yang kemarin dicatat amal baik oleh Allah SWT. Saya akan mengingat perjuangan beliau. Satu motivasi yang pernah saya terima “Jadilah Penikmat yang tidak lupa Sang Perintis” dari kata itulah Saya merasakan betapa besarnya perjuangan beliau yang dapat Saya rasakan sekarang ini.  Dari lubuk hati yang paling dalam Saya minta maaf jika selama mendampingi roda kepemimpinan yang beliau pimpin terdapat kesalahan dan kekurangan. Terima kasih Abah Terima Kasih Pak Kyai….

(Oleh : Khadi S., SE)
Sumber : Buku Sang Inspirator)

SANG NAHKODA FAKULTAS EKONOMI

Mengenal Abah ?

Saya mengenal abah ( H. Muhtadi) sejak tahun 2001 sejak waktu itu STAIN dia sebagai dekan Fakultas Syariah dan gedungnya kaya sekolah impress, selalu berpakaian muslim (pakai sarung dan baju taqwa) kalau sore hari yang saya ingat itu aja 

Gaya kepemimpinan Abah?

Gaya pemimpin Abah ( H. Muhtadi) yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.

Model  Kepemimpinan Abah?

Model kepemimpinan Abah ( H. Muhtadi) dengan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi eksperimental yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi.

Karakter Abah?

Abah  (H. Muhtadi) Pemimpin yang Luhur  yang memiliki sifat-sifat kejiwaan atau akhlak yang mulia yang memiliki keunggulan karakter

1. Mampu menilai diri sendiri secara realistis

Dia mampu menilai dirinya - kelebihan dan kekurangannya, baik secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.Dia menyadari bahwa untuk menjadi pemimpin dibutuhkan akhlak yang mulia yang bermuara pada hati nurani yang memampukan dia berlaku adil,jujur,berani,tegas dan berintegritas

2. Mampu menilai situasi dan kondisi secara realistis

Dia mampu menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistis. Dia mau menerima secara wajar apapun yang terjadi dalam kehidupannya, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.Artinya dia tidak ‘gila hormat’,'gila uang’ atau kedudukan.

3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis

Dia dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan mereaksinya secara rasional. Dia tidak sombong atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup.Sebaliknya jika dia mengalami kegagalan, dia pun tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistis.

4. Menerima tanggung jawab dengan ikhlas

Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan dan pekerjaan yang dihadapinya. Dia pro aktif menerima tanggungjawab yang diberikan atasan dengan tulus dan ikhlas

5. Memiliki kemandirian

Dia memiliki sikap mandiri dalam cara berfikir dan bertindak.Dia mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku

6. Dapat mengontrol emosi pribadi

Dia mampu mengendalikan emosi dan hal ini terbukti ketika dia menghadapi situasi yang membuat frustrasi, depresi atau stres, namun dia melakukan tindakan positif atau konstruktif

7. Berorientasi tujuan 

Mampu merumuskan tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar. Dia berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan ketrampilan

8. Berorientasi keluar (ekstrovert)
     
Bersikap respek terhadap orang lain, empati terhadap orang lain dan memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungan.Selain itu dia bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya. Dia merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain. Dia tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.

9. Bertanggungjawab social 
   
Dia aktif berpartsipasi dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

10. Memiliki keyakinan atau harapan hidup yang lebih baik 

Mengarahkan hidupnya berdasarkan keyakinan agama, pengalaman dan nilai-nilai kehidupan yang dianutnya. Dia meyakini bahwa hidup akan menjadi lebih baik,kalau disertai dengan kerja keras dan sikap optimis.

11. Orientasi kebahagiaan

Kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang). Dia lebih senang membahagiakan (mensejahterakan) orang lain daripada dirinya sendiri.

Etos Kerja Abah?

Etos Kerja (Abah  (H. Muhtadi) yang Kuat Berdasar Nilai-nilai Ibadah

Islam tak pernah melarang umatnya untuk bekerja. Bahkan, bekerja keras justru sangat dianjurkan seperti sabda nabi Muhammad SAW yang berbunyi: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” 

Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukmin yang lemah. Allah SWT menyukai mukmin yang kuat bekerja.”Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi.

Disini jelas bahwa meskipun pekerjaan kita dilakukan di dunia, kita tetap tidak akan terlepas dari hal-hal yang akan kita hadapi di akherat. Maka dalam bekerja, hendaklah orang selalu mawas diri, waspada terhadap sesuatu yang dikerjakan dan selalu memilih dan memilah mana yang akan membawa kebaikan dan mana yang akan membawa kesengsaraan hidup di akheratnantinya. 

Etos kerja yang bisa ditunjukkan dengan kuat oleh seseorang, apalagi diimbangi dengan nilai-nilai ibadah adalah hal yang sangat mengagumkan seandainya mereka tahu.Tidak hanya itu, hal yang demikian juga lebih baik di mata Allah SWT.Bekerjalah yang benar dan hanya berharaplah ridho Allah SWT.

(Oleh : Suharianto (Kacong))
Sumber : Buku Sang Inspirator

Dr. HA. Muhtadi Ridwan, MA : “Dekan Gaul”

Siapapun orang di lingkungan UIN Maliki Malang baik itu Dosen, karyawan maupun mahasiswa dan bahkan Alumni mulai dari STAIN sampai UIN disemua jurusan/fakultas pasti mengenal sosok yang satu ini, ya, siapa lagi kalau bukan H.A. Muhtadi Ridwan. Dikalangan aktivis sendiri, namanya sangat popular baik itu yang intra maupun ekstra kampus. Mereka lebih mengenal dari karakteristik dan perilakunya yang “gaul” , mudah menerima semua kalangan, orangnya gampangan, dll. Bahkan oleh para aktivis tersebut beliau termasuk orang yang di-tua-kan.

……………………………….

Saya pun demikian, mengenal sosok HA. Muhtadi Ridwan yang biasa saya panggil Abah Muhtadi itu bukan baru kemarin, tetapi sudah hampir 13 tahun mengenal beliau yakni semenjak saya masuk STAIN Malang tahun 1999. Diperkuat lagi Ketika beliau menjabat sebagai Pembantu Ketua (Puket) III bidang kemahasiswaan STAIN Malang, karena saat itu saya aktif di UKM Unior yang secara koordinatif dibawah pembinaan Puket III, sehingga sering sekali bertemu dengan beliau. Disamping itu, beliau sendiri juga menjadi dosen mata kuliah Ulumul hadits pada semester IV jurusan Muamalah dimana saya belajar .  Setelah beberapa tahun kemudian, saya dipertemukan kembali di Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang (dulu Muamalah, Jurusan Syari’ah STAIN Malang) dengan status beliau menjadi dekan Fakultas Ekonomi dan saya membantu menjadi pengajar di Fakultas tersebut. Atas dasar itulah, saya cukup mengenal sosok yang selama ini saya anggap sebagai Guru, dosen, dan bapak tersebut. 

Sepanjang mengenal beliau sebagai Puket III, beliau termasuk pemimpin yang lain dari pada yang lain, gayanya yang apa adanya, akomodatif dan selalu memberikan palayanan dan perhatian yang lebih kepada kami –baca: mahasiswa saat itu- membuat kami dan saya khususnya terkesan akan sikap dan gaya beliau. Beliau selalu mengajarkan kepada kita semua tentang cara hidup bermasyarakat, agar selalu “bermanfaat bagi manusia lain”  yang sekaligus menjadi jargon hidup  beliau, setidaknya lebih dari 25 kali beliau mengingatkan saya baik langsung maupun secara bersama-sama dengan yang lain agar senantiasa menjaga dan mengamalkan perilaku “Anfa’uhum linnaas” tersebut. Tentu ini pelajaran yang sangat baik untuk diamalkan setiap harinya dilingkungan masyarakat dan dimanapun kita berada. 

Berikut catatan penting tentang sosok HA. Muhtadi Ridwan yang pernah saya ketahui diantaranya:

Organisatoris Sejati

Diakui atau tidak, komitmen dan rasa memiliki terhadap organisasi sangatlah besar. Dalam beberapa kali bergabung bersama beliau, selalu menunjukkan komitmen terhadap organisasi. Hal ini dapat dilihat dari keseriusan mengelola atau me-manage organisasi secara total bahkan Begitu cintanya terhadap organisasi yang dinaunginya, “dapur” sendiri terkadang di nomor dua-kan. Dalam banyak kesempatan sering saya amati akan totalitas beliau dalam menjaga teguh komitmen organisasi, yaitu komitmen yang bertanggungjawab meskipun harus berseberangan dengan teman atau koleganya. 

Pengakuan terhadap perbedaan pandangan organisasi juga menjadi perilaku objektif yang sering dicontohkan oleh beliau –meskipun tidak secara lisan-, karena masing-masing mempunyai kemauan dan mimpi yang berbeda sehingga upaya untuk menghargai perbedaan sangat dikedepankan.

Dekan yang Akomodatif

Dibanyak institusi pemerintah (tanpa harus menyebut nama), kita terbiasa melihat seorang pemimpin selalu menampilkan gaya kepemimpinan yang cenderung elitis, kurang peduli, dan “sok”, sekaligus menampilkan perilaku moral hazard atau pemimpin yang aji mumpung yaitu pemimpin yang selalu memanfaatkan kekuasaannya untuk dirinya sendiri, “mumpung lagi menjabat” bahkan cenderung menghalalkan segala cara untuk dirinya.  Model pemimpin yang seperti itulah yang tidak saya temui pada sosok Abah Muhtadi ini. Beliau merupakan pemimpin yang sangat akomodatif terhadap bawahan, bahkan dalam beberapa kesempatan sering mensejajarkan dirinya dengan bawahan. 

Terlepas dari definisi pemimpin yang akomodatif dan resikonya, tetapi sisi positif dari sikap akomodatif ini mampu mempersatukan bawahan disemua lini dan profesi di fakultas bahkan sampai ditingkatan mahasiswa. Hal ini terbukti hubungan beliau dengan siapapun di Universitas ini sangat baik, khususnya karyawan dan mahasiswa.

Dekan yang apa adanya

Tidak mudah memposisikan diri sebagai orang biasa atau bawahan disaat menduduki jabatan tertinggi di fakultas, tetapi berbeda dengan sosok yang satu ini, beliau termasuk orang yang pandai memposisikan diri yakni kapan menjadi dekan, kapan menjadi bawahan dan kapan menjadi bapak. Sering kami “gak” enak sendiri dengan beliau tatkala beliau memposisikan sebagai teman bagi dosen dan karyawan. Sering kita ngobrol dan bercanda lepas dengan beliau dan sampai kami tidak sadar kalau orang yang diajak ngobrol tersebut adalah pimpinannya sendiri. 

Paling tidak, pengalaman ter-update (Sabtu, 25 Mei 2013) ketika kita bersama dengan beliau bernostalgia di Lamongan –rumah kelahiran beliau- kita bersenda gurau di tambak ikan milik kakak beliau sambil menjala ikan. Sebenarnya itu masuk dalam agenda rutin kami memancing ikan keliling Jawa Timur, namun beliau menawarkan kepada kita agar mancing di lamongan. bak gayung bersambut, kami pun langsung meng-iya-kan. Sepanjang perjalanan sampai lamongan dan dilanjutkan dengan memancing ikan di tambak, senda gurau terus muncul seakan lupa kesibukan masing-masing di fakultas. Bahkan setelah selesai memancing dan menjala ikan kita mandi bersama di sungai belakang rumah beliau (meskipun saya sendiri yang tidak mandi…hehehe) tapi suasananya sangat hangat sekali, lagi-lagi serasa lupa kalau yang bersenda gurau itu adalah pimpinan di fakultas. Suasana seperti itulah yang kami inginkan dan sudah sering kami jumpai. Bukan berarti dikemudian hari kita “nglamak” karena seringnya bercanda tetapi semakin memperkuat ta’dzim kita kepada beliau.

Belum lagi terkait dengan performance beliau dibandingkan dengan posisi pimpinan lain di institusi ini, tampak sekali kesederhanaan pada diri beliau, seakan-akan tidak tampak kalau beliau adalah seorang dekan di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Sikap seperti itulah yang selalu tampil dari sosok seorang Dr. HA. Muhtadi Ridwan.

Dekan peduli Alumni

Dalam konteks ini penting untuk saya sampaikan karena secara pribadi bersinggungan langsung dengan beliau sebagai Dekan FE, yakni kapasitas saya sebagai ketua alumni FE UIN Maliki Malang.  Kepedulian terhadap alumni yang ditunjukkan oleh beliau sangatlah besar hal ini dibuktikan dengan peran serta beliau ”ngopeni” sekaligus memantau langsung kondisi alumni pasca lulus dari fakultas ekonomi. Bagi saya pribadi dan ketua alumni, perhatian dari institusi sangatlah penting sebagai bagian dalam wujud tanggungjawab terhadap alumni, karena diakui atau tidak, sejujurnya Alumni membawa sumbangan yang sangat besar bagi nama institusi ini, minimal menjadi iklan hidup bagi fakultas.

Gagasan-gagasan  penting menyangkut masa depan alumni sering disampaikan kepada kami (IKA FE) khususnya tentang bagaimana cara agar alumni kita bisa bersaing dengan alumni fakultas lain baik secara akademik maupun di pasar tenaga kerja. Pernah suatu saat –bahkan tidak terpikir oleh kita- beliau meminta kami untuk memantau alumni langsung di lapangan untuk memastikan apakah alumni kita sudah mampu bersaing di pasar kerja, dan langsung kita tindaklanjuti bersama dengan pengurus IKA FE UIN Maliki Malang berkunjung ke beberapa kota di Jawa Timur seperti Tulungagung, Blitar, Pasuruan, Banyuwangi, Jember, Sidoarjo, Surabaya dan tentu Malang Raya sendiri dan hasilnya kita memperoleh 360 data terbaru mengenai keberadaan Alumni FE dan bahkan kita juga memperoleh hasil penilaian User tentang alumni kita. Disamping bermanfaat untuk data base alumni, data yang diperoleh tersebut juga bermanfaat untuk kepentingan akreditasi jurusan manajemen FE UIN yang kemudian terbukti jurusan manajemen memperoleh Akreditasi dari BAN PT dengan nilai “A”. dan masih banyak lagi bukti kepedulian beliau terhadap alumni FE UIN Maliki Malang ini.

………………………………………………..

Setelah beliau tidak menjabat lagi menjadi Dekan FE Universitas Islam Negeri Maliki Malang, kita kehilangan sosok pemimpin yang begitu ramah, pengayom, dan visioner. Namun demikian kita terus berharap ide-ide cerdas dan kiprah beliau secara langsung di Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang khususnya. Terima kasih Abah atas semua dedikasi yang besar terhadap Fakultas Ekonomi. Kami akan terus menteladani nya dan Semoga Allah memberikan barokah kepada kita semua…. wallahu a’lam.

(By. Zaim Mukaffi)
Sumber : Buku Sang Inspirator

Pengalaman Saya Bersama Pak Muhtadi

Saya dengan pak Muhtadi mempunyai titik perbedaan, selain titik persamaan. Diantara titik perbedaannya adalah beliau yang saya tahu seorang alumnus Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya, baru setelah itu ditugaskan sebagai dosen tetap di Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Ponorogo (sekarang STAIN Ponorogo). Setelah itu sekitar tahun 1994 beliau pindah ke Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang.

Sedangkan saya alumnus Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang dan lama berkhidmad di IAIN Sunan Ampel Pamekasan, dan baru hijrah ke almamater saya di Malang tahun 1996. Nah, dengan pengalaman pendidikan tingkat sarjana yang beda tempat dan almamater, selanjutnya berlanjut tempat awal berkhidmad yang tidak sama pula itulah yang menyebabkan saya belum kenal dengan siapa pak Muhtadi. Praktis pertemanan itu dirajut setelah sama-sama mengabdi di IAIN Sunan Ampel Malang dan berlanjut hingga sekarang dalam satu wadah Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN-Maliki) Malang.

Tak berapa lama karena adanya kebijakan nasional tentang perubahan status dimana setiap fakultas cabang di lingkungan Departemen Agama harus menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri  (STAIN), maka dengan sendirinya Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang berubah menjadi STAIN Malang. Termotifasi oleh sebuah mimpi besar dan jauh ke depan untuk menjadi STAIN Malang menjadi Universitas, akhirnya STAIN Malang Mulai mengembangkan beberapa program studi baru, antara lain syari’ah dan psikologi. Selain program studi umum lain seperti teknik, kimia, biologi, matematika, dan fisika. Sampai akhirnya dengan segala lika-liku perjuangannya yang sedemikian panjang, cita-cita besar tersebut benar-benar mewujud menjadi sebuah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Dalam wadah universitas tersebut dikembangkanlah Fakultas Tarbiyah, Fakultas Syari’ah, Fakultas Humaniora dan Budaya, Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Sains & Teknologi dengan beberapa program studinya. Disamping itu dikembangkan pula Program Pascasarjana yang meliputi program Magister dan Doktoral yang menempati sebuah kampus baru di Kota Batu. 

Ditengah awal rintisan pengembangan jurusan baru tersebut Pak Muhtadi di daulat sebagai sekretaris Jurusan Syari’ah mendampingi Bapak Drs. H. Zainuddin A. Muchit sebagai ketua jurusan. Sedangkan saya didapuk sebagai sekretaris Jurusan Psikologi mendampingi Bapak Drs. H.A. Djazuli, M.Ag. karena adanya kesamaan fungsi sebagai sekretaris jurusan baru itulah hubungan saya dengan Pak Muhtadi semakin intens dalam berbagai tugas kelembagaan, terutama yang terkait masalah akademik.

Tidak beberapa lama setelah sama-sama menjabat menjadi sekretaris, Pak Muhtadi dipercaya sebagai Pembantu Ketua III STAIN Malang yang membidangi urusan kemahasiswaan, menggantikan posisi Bapak Drs. Moh. Erfan, M.Pd yang ditugaskan di Jakarta. Sedangkan, saya mendapat mandat sebagai Ketua  Jurusan Ekonomi, setelah Program Studi Muamalah di Jurusan Syari’ah dikembangkan menjadi sebuah jurusan tersendiri, yakni Jurusan Ekonomi.

Tak beberapa lama setelah STAIN Malang (yang pernah menjadi sebuah Universitas Islam Indonesia Sudan) secara resmi berubah status menjadi sebuah universitas, tepatnya Universitas Islam Negeri Malang, tahun 2004, maka pada saat itu mulailah dilakukan penjaringan siapakah yang dianggap layak dan pantas serta kompeten menduduki jabatan dekan di masing-masing fakultas. Antara lain sebagai dekan di Fakultas Ekonomi. 

Karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang ada, para petinggi kalangan senior STAIN Malang saat itu mempunyai prinsip agar hendaknya pemangku jabatan diserahkan kepada kalangan senior yang sudah cukup pengalaman dalam banyak hal. Dari sekian SDM yang ada dilingkungan Fakultas Ekonomi yang bakal dikembangkan, hanya ada Pak Muhtadi dan saya. Hanya saja, posisi Pak Muhtadi saat itu sedang menjabat sebagai Pembantu Ketua III (atau sebagai PR III UIIS Malang), sehingga ada yang berharap agar saya bersedia menduduki sebagai dekan di Fakultas Ekonomi.

Namun demikian karena saya sedang menempuh studi program doktoral, apalagi sedang menyusun disertasi rasanya saya terlalu berat mengemban amanah baru tersebut. Bertolak dari pertimbangan beban berat itulah akhirnya saya merayu Pak Muhtadi agar beliau bersedia untuk menjabat dekan di Fakultas Ekonomi. Pada saat itu saya katakan kepada beliau, “Pak Muhtadi, saya rasanya berat menjabat dekan padahal yang senior di Fakultas Ekonomi itu saya dan Pak Muhtadi. Karena itu jika sampeyan tidak bersedia sebagai dekan, maka saya khawatir kami berdua disalahkan orang banyak. Terutama oleh kalangan sepuh di lingkungan STAIN Malang ini.”.

Akhirnya mendengar omelan saya itu, Pak Muhtadi baru menyatakan bersedia, hanya saja dengan syarat beliau perlu memberitahu terlebih dulu kepada Pak Muhaimin yang menjabat sebagai Puket I pada saat itu. Begitu saya berdua mau lapor, Pak Muhaimin secara kebetulan baru naik tangga kantor pusat STAIN Malang, dan pada saat itu kami berdua melaporkan kesepakatannya. Pak Muhaimin menjawab, kalau begitu saya setuju Pak Muhtadi dan nati akan saya laporkan kepada Pak Imam Suprayogo selaku ketua STAIN.

Omelan itu terjadi delapan tahun yang lalu, dan Alhamdulillah Pak Muhtadi sampai dua periode menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dan akan berakhir 2 Juni 2013 nanti. Selama menjabat, saya pernah menjadi pendamping beliau, tepatnya sebagai Pembantu Dekan II Bidang Kemahasiswaan (2007-2009) dan Pembantu Dekan I Bidang Akademik (2009). Selama menjabat sudah banyak prestasi yang diraih oleh beliau yang patut dijadikan contoh oleh pemangku dekan berikutnya. Siapapun yang akan mengganti patut mencontoh bagaimana semangat Pak Muhtadi dalam mengomandani Fakultas Ekonomi yang kita cintai. Selamat dan terima kasih Pak Muhtadi


(Oleh : Prof. Dr. H. Muhammad Djakfar, S.H., M.Ag)
Sumber : Buku Sang Inspirator

TEMAN NGOPI

Pak Muhtadi ialah sebagai pemimpin terbaik, karena selain sebagai sosok yang berwibawa beliau juga ialah seorang yang mampu setara dengan bawahannya. Setara duduk bersama, mengobrol, berbagi pengalaman hidup guna dijadikan pelajaran bagi yang mendengarnya itulah yang dirasakan Pak Ugi, satpam gempal FE UIN.

Abah, sering beliau memanggil pa Muhtadi layaknya karyawan lainnya, pernah suatu kali ada pengalaman menarik berdua ketika ada penghijauan di kawasan kampus khusunya FE kala itu tentunya. Pak Ugi diajak mencari bibit bunga, hingga mencangkul dan menanam bunga tersebut langsung bersama yang kini tumbuh rindang di depan FE. 

Selain itu, pak muihtadi ialaha sosok pekerja keras dan tidak mengenal waktu dalam bekerja. Terbukti, hingga larut malam saat dosen dan karyawan lain mungkin sudah beristirahat di rumah masing-masing pak dekan masih berkutat dengan pekerjaannya hingga larut malam yang ditemani pak Ugi.

(Oleh : Ugi Novianto)
Sumber : Buku Sang Inspirator

“Selama Masih Mampu, Akan Saya Kerjakan Sendiri”

Begitulah prinsip Bapak Dekan Muhtadi Ridwan, sungguh luar biasa keinginginannya untuk melakukan tanggung jawabnya dengan baik dan sesuai dengan kemampuannya. Terlebihlagi ketika hal yang luar biasa tersebut dilakukan oleh seorang pemimpin yang sedang memegang amanah. Tanggung jawab memang membuat para pemimpin dituntut untuk melakukan inovasi, tapi tindakan diluar hal mainstream yang dibawa oleh karakter pribadi selalu menjadi hal yang luar biasa ketika dilakukan oleh seorang pemimpin.

Mengemban amanah sebagai seorang Dekan Fakultas Ekonomi merupakan tugas besar bagi beliau. Penilaian dari berbagai sudut dapat dilakukan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam kepemimpinanNya. Mejadikan asas demokrasi sebagai asas kepemimpinan merupakan salah satu upaya pendekatan baik secara personal maupun hubungan pekerjaan.

Kalau hal yang besar selalu dimulai dari hal yang kecil, mungkin artinya tidak ada tindakan yang kecil. Menjadi luar biasa berarti melakukan tindakan diluar tapal batas pemikiran orang-orang biasa.

(Oleh : RIESA)
STAF BAK FE
Sumber : Buku Sang Inspirator

SANG NAHKODA

Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Sebelum saya menjadi staf di Fakultas Ekonomi saya pernah di bagian umum rektorat sekitar tahun 2003, sejak itulah saya mengenal pak Muhtadi yang pada saat itu menjadi PUKET III (Pembantu Ketua Bid. Kemahasiswaan) waktu itu masih STAIN Sunan Ampel Malang. Beliau Pak Muhtadi sangat disegani baik di kalangan Mahasiswa maupun Dosen dan Karyawan. Meski demikian tidak membuat  Pak Mutadi menjadi “besar diri”.Banyak karyawan yang suka dengan Pak Muhtadi karena gaya beliau yang  tidak menunjukkan sebagai seorang Pejabat, selalu dekat dengan semua dan tidak menjaga jarak kepada siapapun. Sampai pada suatu saat saya di percaya untuk menjadi staf pada Fakultas Ekonomi dimana Pak Muhtadi menjabat sebagai Dekan / Pimpinan di Fakultas tersebut. Saya tidak menemukan perubahan dalam gaya kepemimpinan beliau yang saya rasakan sejak dahulu  adalah tetap bersahaja dengan “Wong Cilik”. Inilah Pak Muhtadi yang lebih dikenal oleh anak buahnya dengan sebutan Abah Muhtadi. Apabila terdapat karyawan yang salah dalam menjalankan tugas, Pak Muhtadi tidak pernah marah kepada karyawan meskipun karyawan tersebut salah malah memberikan contoh kepada karyawan tersebut. Tetapi meski demikian Pak Mutadi adalah seorang pekerja keras yang tak kenal waktu dalam bekerja. Semoga kepemimpinan beliau dapat di tiru oleh generasi pemimpin selanjutnya yang peduli “Wong Cilik” dan sebagai bentuk amal ibadah yang baik.Amin..

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

(Oleh: Arif Puji Waluyo)
Sumber : Buku Sang Inspirator

Engkau Kan Selalu Ada di Hati

Ada getar yang tak biasa yang kurasa saat kutuliskan ini , terbayang sosok kharismatik seorang figur  pemimpin yang sekaligus seorang ayah dalam perjalanan karier dan kehidupan kami, Tapi karena waktu jualah sehingga kebersamaan kami sebagai pemimpin dan staff harus berakhir sampai di sini, tapi kami berharap ini bukanlah  akhir dari kedekatan hati kami karena sampai kapanpun engkau kan selalu ada di hati.

Abah … itulah panggilan kesayangan kami  untuk beliau, selama kami bersama banyak hal yang menjadi ibrah dalam perjalanan hidup kami. KELEMBUTAN DAN KASIH SAYANG sangat hangat kami rasakan terlebih perhatian beliau terhadap teman – teman karyawan dan juga para dosen. Kelembutan yang ada pada beliau tetap terjaga saat beliau harus TEGAS mengambil  sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin. KHARISMATIK yang tercipta dari ketulusan hati & keluhuran akhlaq selalu mengiringi langkah beliau sebagai nahkoda di Fakultas Ekonomi. KERJA KERAS , ULET , TIDAK MUDAH MENYERAH  adalah ciri khas beliau yang patut diteladani oleh para pemimpin masa depan Fakultas Ekonomi khususnya dan pemimpin UIN Maulana Malik Ibrahim yang kita cintai. Dalam menjalankan tugas beliau sebagai dekan PROFESIONALISME menjadi  hal yang beliau utamakan dalam bekerja tanpa membedakan golongan dan baju yang kami pakai. Ini adalah anugerah yang luar biasa yang Allah Swt  berikan kepada beliau, disamping itu dukungan dari  istri tercinta Ibunda Dra. Hj. Djamilah putri dari  KH. Abdullah menjadi support yang sangat berarti untuk abah,  Ibunda Dra. Hj. Djamillah Abdullah selalu ada di sisi abah dalam suka dan duka.

Ditengah  kesibukan abah sebagai dekan di Fakultas Ekonomi , Ibunda Dra. Hj. Djamilah sebagai Istri dan tokoh masyarakat, beliau berdua selalu saja memberikan sebagaian waktunya  pada siapapun yang memerlukan bantuan, termasuk perhatian yang sangat besar untuk keluarga kami.  Abah dan ibu hadir untuk  menguatkan hati disaat kami ( saya dan 2 putri kami tercinta ITA & ISNA ) merasa rapuh menanti ketetapan yang terbaik tu’ seorang yang sangat kami sayangi DR. H. Masduki, MA..ayah dari putri- putri kami.

Abah..Ibu ..kami tak kan melupakan semua kebaikkanmu, do’a dari kami semoga rahmat Allah Swt  selalu tercurah pada Abah , Ibu dan seluruh Keluarga, kami juga mohon  iringi langkah kami dengan do’a mu dalam meneruskan perjalanan hidup kami.. … tiada kalimat yang patut kami haturkan selain Jazakumullah khairan katsira..

Malang, 20 Mei 2013
(Oleh : TRIASIH)
Sumber : Buku Sang Inspirator

SOSOK “B A P A K”

Tahun 2009 saya baru menginjakkan kaki di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, namun belum langsung berkecimpung di Fakutas Ekonomi yang menjadi homebaseku sebagai dosen auntansi. Baru tahun 2012 saya benar-benar pulang ke Fakultas Ekonomi. Istilah sowan ke impinan ku lakukan bersama teman-teman seangkatanku. Sosok Dekan Bapak Muhtadi yang banyak teman-teman menyebut beliau dengan “PAKDE” ya aku juga ikut sedikit membiasakan dengan bahasa itu yang kata pejabat elit negeri ini istilah kata sandi………

Saya harus belajar banyak di dunia yang baru, semula aku selalu berhubungan dengan orang-orang nasionalis bahkan non muslim yang tidak begitu banyak aturan dan etika (dunia kerjaku sebelum di UIn Maulana Malik Ibrahim Malang). Saya harus mengenal satu-persatu teman dari seruangan, se jurusan, se fakultas dosen, karyawan dan yang tidak kalah penting mengenal siapa-siapa penjabat di Fakultas ekonomi, ternyata tidak mudah memahami dunia yang menurutku baru……

Sampai suatu saat aku mempunyai ide melakukan kerja sama dengan Dirjen Pajak untuk mendirian Tax Center UIn Maulana Malik Ibrahim, karena duniaku khususnya di Fakultas Ekonomi masih baru maka banyak hal yang harus ku pelajari…Dan tidak mudah ternyata untuk mewujudkan impian ikut berpartisipasi membesarkan Fakultas ekonomi khususnya dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang melalui pendirian “Tax Center” di UIN Maliki (sebutan Uin Maulana Malik Ibrahim) Malang.

Persiapan teknis, persiapan sumber daya manusia, persiapan sarana dan prasarana bahkan sisdur kelembagaan dan brokrasi yang harus kulalui…..ternyata pusing…..pusing…..pusing…….

Tapi Alhamdulillah, bak anak baru lahir mempunyai orang tua yang sangat memperhatikan atas perkembangan anaknya….maaf kalau saya harus merasakan demikian yang semua orang menyebut beliau PAKDE tapi saya menyebut beliau BAPAK (seperti jargon salah satu calon gubernur JATIM 2013…..”kalau ada bunda kenapa harus ke pakde……….”), kalau saya tidak begitu: “kalau ada bapak kenapa harus ke pakde….” 

Sosok bapak yaitu Dr. H. Muhtadi Ridwan, M.Ag. benar-benar tidak sekedar pimpinan tertinggi di Fakultas Ekonomi (sebut Dekan) secara birokrasi, tetapi lebih menjadi bapak khususnya saya seorang anak yang baru lahir di Fakultas Ekonomi, banyak hal dan pengalamana hidup yang kulihat,  kurasakan, dan kutauladani…….:

Saat seorang anak melakukan kesalahan bukan memarahi tanpa maksud, bukan membenci, bukan mengancam, dan bukan meninggalkan tetapi sosok bapak yang mengarahkan anaknya untuk menjadi lebih baik, meskipun harus marah tetapi kemarahan itu adalah kemarahan yang mempunyai tujuan agar anakknya memahami hidup

Saat anaknya membutuhkan contoh kehidupan bermasyarakat, bertentangga dan bersaudara anakknya di tunjukkan  dengan sesuatu yang luar biasa yaitu kepedulian seorang bapak pada lingkungan sekitar dari memberi contoh kesederhanaan hidup, kesederhanaan bahasa, keserhanaan keluarga dan yang luar biasa bapak dan ibu masih mempunyai waktu mengajarkan mengaji pada anak-anak sekitar rumah dengan memanfaatkan garasi mobil dan masih menyempatkan waktu  untuk berbagi dengan sesama yang sangat membutuhan (anak fakir, miskin dan yatim piatu,dll). Inilah tauladan yang tidak perlu di ucapkan dan hanya perlu dilihat untuk diaplikasikan

Saat anakknya harus mencapai impiannya mewujudkan tax center, seorang bapak tidak segan-segan mencurahkan, memperhatikan, dan mengikuti apa mau anaknya (tut wuri handayani--)dengan arahan yang luar biasa sabar…tidak hanya instruksi tetapi jga tauladan langsung mungkin benar seperti salah satu karyawan mengatakan “kalau bisa dilakukan sendiri kenapa harus menunggu orang lain” . Hal ini kurasakan disaat harus mempersiapkan “launching tax center UIN Malang”, saya dan mahasiswa serta dibantu teman-teman panitia, satu hal yang membuat semakin melihat sosok seorang bapak adalah beliau mempunai kepedulian dalam menemani kami bahka sampai tengah malam jam 12-an….subhanallah. Sosok Bapa yang benar-benar bisa merasakan apa yang dirasakan anaknya

Masih banyak hal yang ingin saya tulis sosok seorang bapak,……..???????

Yang jelas Pimpinan Fakultas Ekonomi/Dekan Fakultas Ekonomi/Sang Nahkoda/Sang Inspirator/ Saya lebih cocok dan lebih lengkap menyebut beliau Dr. H. Muhtadi Ridwan, M.Ag adalah “ B A P A K” terima kasih bapak, 

Malang, 8 Juni 2013
(Oleh : Sri Andriani)
Sumber : Buku Sang Inspirator

SANG NAHKODA YANG KAYA GAGASAN DAN PEMBERANI

Kepribadian

Saya mengenal pak  Muhtadi jauh sebelum beliau menjadi dekan. Bagi saya, beliau adalah orang tua sekaligus guru dalam banyak hal.  Saya merasa banyak mendapat pelajaran berharga, termasuk bagaimana menghadapi  dan menyelesaikan setiap persoalan. 

Sekalipun beliau sangat senior, tetapi   sangat menghormati yang masih yunior seperti saya.  Ini terlihat ketika bercengkrama, beliau tidak pernah meng”Aku”kan dirinya, tetapi selalu meminjam kata-kata bijak, menggunakan falsafah dan kiasan-kiasan. Terkadang saya tidak paham apa yang dimaksud, sehingga saya sendiri yang menerjemahkan maksud dari pembicaraannya. Beliau orang yang mempunyai prinsip, pemberani  dan idialisme yang tinggi. 

Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan beliau cukup demokratis dan partisipatif. Hal ini bisa dilihat sekalipun beliau sudah mempunyai pendapat sendiri, tetapi saya tetap ditanya tentang pendapat saya. Beliau menilai bahwa bawahannya termasuk orang yang kapabel dan paham akan semua tugas dan tanggungjawabnya, sehingga beliau enggan untuk mengingatkan bawahannya yang lalai secara langsung.

Model kepemimpinan yang saya rasa.

Model kepemimpinannya cukup Kharismatik dan inspiratif. Dalam menjalankan tugas di fakultas, beliau tidak saja berorientasi tugas tetapi juga sangat memperhatikan unsur hubungan emosional dengan bawahan. Ketika bawahan lembur misalnya, beliau juga ikut nimbrung menemaninya. Sehingga bawahan merasa diperhatikan.

Karakter yang mengispirasi 

Karakter kuat beliau adalah pemberani, telaten, arsiptor, semangat, cerdas, banyak ide/gagasan yang terkadang tidak saya pikirkan. Beliau termasuk type orang yang banyak ide tetapi juga pekerja keras, serta sistematis dalam berpikir dan melaksanakan tugas. Banyak orang mengatakan bahwa pak Muhtadi merupakan “Singa kampus” dari fakukultas. Saya setuju banget dengan sebutan itu. Karena beliau mempunyai kepribadian yang kuat, tidak mudah goyah, berani menyampaikan sesuatu yang dianggapnya benar, tidak takut dimusuhi oleh siapapun dalam mempertahankan prinsip.

Etos Kerja

Beliau mempunyai etos kerja yang luar biasa, cepat bertindak, tidak kenal lelah. Terkadang saya yang lebih muda saja kalah gesit dalam menyelesaikan tugas. Seringkali saya merasa malu sendiri, karena saya sering dibantu dalam menyiapkan data. Beliau tidak pernah itung-itungan masalah waktu kerja, karena pulang kerja selalu paling akhir, bahkan sampai maghrib, sehingga kalau saya mau pulang duluan, saya merasa sungkan. 

(Oleh : Ilfi Nur Diana)
Sumber : Buku Sang Inspirator

SURAT BUAT ‘ABAH’

Tanggal 28 Juni 2006 adalah kali pertama saya mendengar nama Bpk. Drs. HA. Muhtadi Ridwan, MA. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi, yaitu pada forum penyerahan SK Menteri Agama No. Un. 3/KP.00.3/411/2006 oleh Rektor UIN Malang Prof. Dr. H. Imam Suprayogo kepada seluruh Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di bawah naungan Menteri Agama dengan penempatan kerja di UIN Malang, yang saya adalah salah satunya. Praktis, beberapa saat berikutnya, bergabunglah saya dengan pasukan Fakultas Ekonomi di bawah kepemimpinan beliau, “abah” Muhtadi Ridwan (yang sepertinya beliau memang enggan dipanggil dengan sapaan Bapak Dekan, karena mengandung makna “pejabat” begitu kilah beliau). Sikap kerendahhatian yang memang begitu melekat pada profilnya. 

Waktu berjalan, tanpa terasa sampai detik ini hampir tujuh (7) tahun saya bekerja di bawah arahan abah Muhtadi. Cukup banyak peristiwa dan pengalaman yang begitu berkesan dan dapat saya jadikan catatan penting dalam sejarah kehidupan kerja saya di UIN Malang. Mulai pengalaman di tahun pertama yaitu persiapan akreditasi Jurusan Manajemen dengan hasil yang membanggakan yaitu Akreditasi A dari BAN PT pada tahun 2007. Hanya sedikit jurusan yang baru mengajukan akreditasi, yang mampu meraih predikat A tersebut. Hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh kepiawaian abah Muhtadi, yang cakap memimpin dan mengarahkan warga Fakultas Ekonomi untuk bekerja keras tuk memberikan yang terbaik. Kemudian beberapa tahun berikutnya pun arahan dan bimbingan beliau masih dapat saya ikuti melalui sepak terjangnya sebagai Management Representative UIN Malang dalam menegakkan Sistem Manajemen Mutu Perguruan Tinggi. Dengan persiapan kurang lebih setahun, yaitu dimulai Januari 2008, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada Desember 2008 dapat lulus uji Sertifikasi ISO 9001:2000 dari SGS atas rekomendasi UKAS Quality Management 005. Beberapa tahun setelah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tersertifikasi ISO 9001:2000 itu, beliau beserta tim Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Maliki Malang tetap bekerja dengan gigih agar seluruh komponen di kampus ini benar-benar mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu Perguruan Tinggi. Kemudian tahun 2012-2013, yang menjadi salah satu tonggak penting bagi Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang dan sekaligus tinggalan prestasi yang bersejarah di masa-masa akhir abah Muhtadi sebagai Dekan, karena dua dari tiga jurusannya berhasil mengukir prestasi kembali dalam perolehan akreditasi BAN-PT. Yang pertama adalah reakreditasi Jurusan Manajemen dengan hasil A, dan tak lama diikuti pula oleh akreditasi (pertama kali) Program Diploma III Perbankan Syariah dengan hasil B. 

Selain beberapa prestasi kelembagaan yang membanggakan tersebut, pada sisi jaringan kerjasama, Fakultas Ekonomi juga telah banyak menggandeng stakeholder dari berbagai sektor perekonomian untuk membuka cabangnya di Fakultas Ekonomi, yaitu perbankan syariah khususnya dengan BTN Syariah yang telah membuka payment point BTN Syariah di salah satu sudut ruang di Fakultas Ekonomi, kemudian lembaga mikro finance Al Kamil Nusantara, Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI), PT. Danareksa, PT. Zahir Accounting dan Tax Center. Dari berbagai rekanan tersebut, seluruh civitas akademika Fakultas Ekonomi dapat berinteraksi tentang aplikasi praktis kegiatan-kegiatan ekonomi dengan lebih dekat dan lebih mudah.   

 Sosok abah Muhtadi bagi saya adalah wujud integritas, pengabdian, dedikasi, kesabaran, keikhlasan dan pengemban amanah yang konkrit. Beliau memiliki aspek-aspek kepemimpinan yang dapat diteladani oleh bawahannya. Aspek konseptual, manajerial dan interpersonal, yang mungkin itu baru tiga dari sekian aspek lain yang menurut saya paling menonjol dari profil abah Muhtadi. Beliau mampu memberikan kontribusi berupa konsep strategi dan kebijakan yang jelas untuk membuat kemajuan bagi Fakultas Ekonomi, juga kemampuan mengarahkan, memotivasi dan membimbing bawahannya dengan mumpuni untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan dengan baik. Energi antusiasme yang beliau miliki kadang bisa mengalahkan kaum muda, karena saat beliau punya sebuah gagasan, biasanya implementasinya bisa membuat bawahannya kewalahan mengejar target-target yang ditetapkan. Sikap pribadi yang percaya diri, gaya seorang “khadimul ummah” yang transformasional juga nampak dalam keseharian beliau. Beliau tidak segan memberi contoh dan menularkan kebisaanya kepada bawahan, dengan kesan komunikasi yang jauh dari menggurui. 

Dalam rangkaian sambutan dan arahan beliau dalam berbagai forum, baik akademis maupun nonformal lainnya, apa yang terkeluarkan dari lisan beliau umumnya mampu menggugah dan menjadi sarana dakwah. Beberapa hal yang dapat saya catat misalnya berkali beliau menekankan tentang makna “ibda’ binafsi”, mulailah dari diri sendiri. Keteladanan, yang bukan hanya terpancar dari apa yang beliau ucapkan, tapi dari sikap dan hasil kerja yang cemerlang. Juga tentang  bagaimana memaknai keberhasilan yang telah dicapai. Beliau acapkali mengungkapkan dengan “tahaddus binni’mah”, bentuk syukur yang mengandung konsekuensi tanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan kesuksesan yang telah ada. Prestasi bukanlah diikuti dengan sikap kesombongan atau benih ketakaburran, tapi sebagai sarana kebaikan berupa syukur dan tanggung jawab. Sebuah sikap yang belum tentu semua pemimpin memilikinya. Beliau juga memiliki sisi kelembutan hati, walau sesekali bersikap “garang” pada atasan atas beberapa kebijakan yang dinilai kurang mendukung realitas pada tataran implementasi, tapi kepada bawahannya beliau tak pernah ‘memaki’. Bila ada kesalahan beliau wujudkan berupa nasehat yang diungkap dalam kerendahan hati. Sesekali saya mendapati beliau menahan haru, saat ada hal yang begitu menyentuh di hati beliau, misal saat beliau mengenang bahwa dulu lulusan Fakultas Ekonomi belum diperhitungkan dan bernasib tak jelas, atau saat seorang alumni datang bersilaturahmi dan menyampaikan kesan tentang beruntungnya dia mendapat penanaman akhlak di sini dan darinya ia diterima kerja di sebuah instansi, atau saat beliau mendapati sekarang sudah cukup banyak stakeholder yang mau datang ke Fakultas Ekonomi untuk melakukan rekrutmen dan seleksi di tempat. Intinya, sense of belonging beliau terhadap pengembangan Fakultas Ekonomi begitu tinggi, sampai-sampai beliau berperan sebagai seorang bapak yang benar-benar ingin semua anak beliau (lulusan) “mentas” dan berpenghidupan yang layak. Saya belumlah lama mengenal beliau, mungkin ada penilaian tentang sosok beliau yang dirasa kurang tepat, kurang lengkap, karena saya bawahan yang terkadang terbatas dalam pelaksanaan tugas-tugas kerja dengan beliau. Tapi singkat kata, dari sosok abah Muhtadi jargon keislamanan mungkin bukan hanya semata jargon, bahwa beliau merupakan satu dari sekian “Intelektual  yang ulama dan ulama yang intelektual”.

Saya terlahir dari seorang ayah dengan profesi nahkoda. Suka, duka dan rasa bangga menyelimuti perjalanan hidup saya. Dan sekarang, dari dunia kerja saya memiliki satu lagi sosok nahkoda, dialah Abah Muhtadi Ridwan, MA. Sungguh saya insan beruntung, bertakdir memiliki dua nahkoda dalam hidup saya. 

Bahtera telah membuang sauh
berlayar ditiup angin 
dari muara hingga samudera jauh

badai gelombang kauhadapi dengan wibawa
dengan armada dan semangat membara
mengantar bahtera mengarah
tanpa ada kata menyerah

tiba di satu labuhan impian dermaga
menuai asa dan jaya
dengan syukur dan suka cita

tapi ini bukan akhir dermaga
layarkan lagi kapalmu 
menuju labuhan selanjutnya

dengan Bismillah 
serta iringan doa pada Sang Pencipta
untukmu,  
Sang Nahkoda 


(Oleh : Meldona)
Sumber : Buku Sang Inspirator

Muhtadi Ridwan : Figur Pribadi dan Pimpinan yang Hangat dan Bersahaja

Kedekatan penulis dengan Bapak Muhtadi Ridwan, Dekan Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dimulai sejak menjadi mahasiswa, 13 tahun lalu. Puji syukur, kedekatan itu masih bisa penulis rasakan hingga kini.  Dan, kedekatan itu  memberikan ruang lebar bagi penulis untuk berguru, sharing, dan diskusi tentang banyak hal. Bagi penulis, beliau lebih dari seorang guru dan pimpinan, tapi juga seorang ayah/bapak yang selalu memberikan kasih, perhatian, kepedulian, nasehat, bimbingan, uswah teladan, kepercayaan, dan kesempatan bagi penulis untuk berdikari, dan mendedikasikan diri di almamater kebanggaan dengan penuh ketulusan. Bagi penulis, beliau adalah figur pribadi  dan pemimpin yang hangat dan bersahaja. Hangat dalam arti kata,  ramah, komunikatif, rendah hati, empatik,  dan  simpatik. Bersahaja dalam  pengertian, sederhana dan bijaksana.

Bagaimana tidak, life style beliau mulai dari fashion, tempat tinggal, kendaraan, dan favourite food mencerminkan pribadi yang matang, tenang. Dalam masalah kehidupan, beliau memiliki khazanah prinsip hidup yang luar biasa, dan penghargaan yang tinggi pada nilai sebuah essensi hidup yakni perjuangan, dan dedikasi. Jauh dari kesan mewah dan hedonisme.

Selain itu, beliau sangat dekat dengan mahasiswa. Ekspresi dan apresiasi yang positif selalu bisa beliau hadirkan saat bertemu, melayani dan membimbing  para mahasiswa, baik dalam pelayanan akademik sebagai seorang dosen, maupun dalam peran beliau sebagai pejabat struktural kampus. Pelayanan dan aprisiasi kepada mahasiswa itu selalu dibuktikan walaupun tugas dan mobilitas yang luar biasa berat dan padat. Termasuk saat menghadapi kondisi dan problematika serumit apapun. Masih teringat dalam memori penulis, bagaimana respon bijak beliau manakala menghadapi dan menyelesaikan beberapa kali demonstrasi para mahasiswa. Beliau memilih membuka peluang dialog yang berujung pada kesepakatan win-win solution. Sehingga tidak berujung pada anarkhi.     

Cara pandang beliau akan mahasiswa dengan berbagai tingkah polahnya, idealisme,  bahkan masalah sekalipun, sangat positif sehingga respon beliau untuk kasus demonstrasipun sangat bersahabat dan mendidik jauh dari sikap-sikap ala otoritarian yang kental dengan intimidasi, bullying dan bentuk kekerasan yang lain. Dalam pandangan beliau, Demonstrasi adalah salah satu bentuk dari sikap kritis dan upaya memperjuangkan ide, komitmen, ataupun kebijakan yang lebih baik. Meski demikian beliau memberikan redline pada mahasiswa bahwa demonstrasi hendaknya mengedepankan etika baik dari sisi kesantunan sikap, orasi maupun busana, sehingga membuahkan goal sebuah “understanding” dan “supporting” dari banyak khalayak terutama “main target”.  

Tak bisa dipungkiri, Kesahajaan beliau memberikan pengaruh yang sangat positif pada hubungan dan kerjasama yang baik dengan semua dosen dan staff di Fakultas Ekonomi yang beliau pimpin. Hubungan tersebut juga terjalin dengan pimpinan, dosen dan staff di fakultas yang lain,  dengan pihak rektorat maupun  para kolega, bahkan keluarga, tetangga dan masyarakat luas. Penulis sangat tersentuh saat beliau, mengatakan bahwa kesibukannya untuk mengelola Panti Asuhan mampu merefresh segala penat, kegelisahan, kegalauan yang mungkin muncul dalam tugasnya memimpin Fakultas Ekonomi, dan justru seringkali memberikan energy untuk terus mensyukuri apapun yang Allah berikan dalam hidup beliau. Sungguh sebuah uswah teladan yang menginspirasi, bahwa sekali lagi hidup adalah memberikan maslahat untuk orang lain.

Gaya kepemimpinan beliau dalam memimpin sangat demokratis-partisipatif. Beliau sangat suka dan terbuka mencari dan mendapatkan masukan dan saran dari pihak lain,  dan tak segan untuk turun ke lapangan sebagai salah satu pertimbangan pembuatan keputusan (policy making) dilengkapi dengan pemberian uswah teladan yang menginspirasi. Fakultas ekonomi bagi beliau adalah second home. Totalitasnya dibuktikan dengan kebiasaan beliau berangkat pagi dan pulang dari kantor melewati jam kerja, karena kesibukan yang sangat padat. 1, 2 kali mungkin para dosen dan staff ekonomi akan sungkan untuk pulang mendahului beliau. Namun lambat laun, kebiasaan baik itu juga menjadi kebiasaan massif civitas akademik di fakultas ekonomi, menyelesaikan tugas dengan maksimal dan total adalah prinsip kerja beliau yang ingin dibudayakan di lingkungan kerja. Pemberian penghargaan berupa pujian, motivasi hingga terimakasih juga menjadi  salah satu hal yang sering beliau berikan pada para dosen dan staff yang melaksanakan tugas atau memiliki ide brilian dan kreatif. Beliau juga figur yang sangat peduli. Seringkali penulis diajak untuk mengunjungi para staff yang sakit, memiliki bayi yang baru lahir, ataupun pernikahan para civitas fakultas ekonomi meski beliau sangat sibuk dan tempatnya sangat jauh.

Distribusi kewenangan juga mampu beliau jalankan dengan baik, sehingga para pembantu dekan, dan seluruh staff dapat menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik. Yang paling esensial dari kepemimpinan beliau adalah keberhasilan dalam membangun birokrasi yang sehat dan tidak berbelit-belit atau birokratis, untuk memberikan pelayanan prima pada mahasiswa dan kolega. Hingga akhir masa jabatan beliau menjadi Dekan Fakultas Ekonomipun, beliau tetap istiqomah membangun pola komunikasi yang interaktif.

Teriring doa semoga tugas beliau menjadi amal sholeh dan amal ibadah yang diberkahi Sang Kuasa. Diakui atau tidak, beliau telah memberikan kenangan indah, inspirasi, uswah hasanah, kepemimpinan yang sangat bermakna bagi kemajuan Fakultas Ekonomi, dulu, kini dan nanti. (RF)

(Oleh: Romi Faslah)
Sumber : Buku Sang Inspirator

TOKOH TERTIB ADMINISTRASI

Pak Muhtadi sebagai Dekan  telah mambawa  Fakultas Ekonomi  selama dua periode menjadi salah satu fakultas percontohan dalam tertib administrasi akademik. Beliau juga rajin menulis dalam websitenya mengenai perkembangan Fakultas Ekonomi sehingga secara tidak langsung ikut mempromosikan fakultas secara nasional, internasional maupun global. Ini patut dicontoh oleh pemimpin selanjutnya. Sebagai Sesepuh, dengan kebersahajaan dan pendekatan kekeluargaan, Beliau banyak memberikan masukan dan nasehat membangun kepada seluruh Civitas Akademik Fakultas Ekonomi. Patut diakui kerja keras Beliau telah memberikan goresan sejarah tak terbantahkan terhadap perkembangan Fakultas Ekonomi. Terima kasih Pak Muhtadi.

(Oleh : Yuniarti Hidayah Suyoso Putra)
Sumber : Buku Sang Inspirator

JAWAB : NGGE BAH????

Selama menjadi staf, seingat saya hanya sekali terkena marah secara langsung, itupun akibat saya tidak bisa menterjemahkan apa yang belaiu harapkan. Luapan kemarahannya juga sangat tersirat diantara cerita-cerita dan panjang kali lebarnya kata-kata beliau yang kurang lebih selama 1 jam memarahi saya yang juga tidak terasa kalau sedang dimarahi.

Disini uniknya Abah (begitu kami semua memanggilnya) seringkali saya dibuat berfikir keras untuk menerjemahkan apa yang beliau suruh/perintah. Dengan bahasa sindiran, kiasan ataupun secara panjang lebar dahulu untuk mengutarakan sesuatu. 

Biasanya saya hanya menjawab : ngeh bah???, setelah itu saya usahakan pergi untuk berfikir apa yang beliau maksudkan atau bertanya kepada kawan-kawan staf yang lain tentang topic yang sedang dibicarakan hari itu. 

Ketika saya dipanggil untuk keruangan beliau ataupun beliau yang menghampiri saya, pikiran saya selalu bersiap-siap untuk menerjemahkan kemana arah peembicaraan yang belau maksudkan. Dan saya berusaha membuat banyak kemungkinan-kemungkinan difikiran akan arah perintah ataupun guyonan yang dimaksud.

Secara pribadi saya memang orang tekhnis yang selalu menerima perintah-perintah dengan jelas, lengkap dengan petunjuk-petunjuk yang terperinci. Tapi ketika saya menerima perintah yang membutuhkan analisis saya seringkali kerepotan dengan berusaha menerka-nerka kata demi kata yang terkadang saya bisa memaknainya dengan ganda menurut pikiran saya sendiri. 

Suatu saat pernah saya mencoba untuk menanyakan ulang pucapan/perintah yang diberikan dengan maksud supaya saya tidak menghabiskan waktu untuk berfikir ulang. Tapi dasar untung takbisa diraih saya pun malah dihujani banyak pertanyaan-pertanyaa dan cerita-cerita yang lebih panjang dan lebih lebar dari biasanya. Meskipun begitu saya bersukur karena juga mendapat banyak pengetahuan yang beberapa diantaranya saya tidak pernah tau bahkan dari bangku perkuliahan.

Begitulah sosok yang saya kenal dari seorang HA. Muhtadi Ridwan selam kurang-lebih 4 tahun menjadi salah-satu stafnya. Pribadinya yang hangat dan bersahaja membuat saya terutama begitupun kawan-kawan staf yang lain lebih menganggapnya sebagai seorang bapak bukan pimpinan atau dekan. Selalu berkelakar ringan dimana kami (para staf biasa ngerumpi di pos satpam fakultas) serta tidak ada rasa “jijik” untuk meminum secangkir kopi yang kami minum bersama.   

Terakhir saya senantiasa mohon maaf bila selama menjadi staf saya tidak bisa seperti yang Abah harapkan. 

(Oleh : Slamet Setiawan)
Staf Akademik Jurusan Akuntansi
Sumber : Buku Sang Inspirator

SOSOK SILENT ENTREPRENEUR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadhirat Ilahi Rabbi serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW saya memulai tulisan ini, semoga dapat menginspirasi siapa saja yang membacanya. Amin yarabbal alamin.

Menilai seseorang tentunya bukan sesuatu hal yang mudah, baik sebagai pribadi maupun public figure yang memimpin suatu jabatan tertentu dan sebagainya, karena setiap manusia mempunyai kelemahan-kelemahn dan juga kelebihan-kelebihan yang semuanya itu sudah merupakan kodrat dari Allah SWT.

Sosok seorang Dr. H.A. Muhtadi Ridwan, M.A yang biasa saya panggil Pak Muhtadi , pada tulisan ini saya akan menyampaikan sisi-sisi kelebihan beliau ,semoga dapat dijadikan inspirasi buat kita untuk mentauladaninya. Saya cukup lama mengenal Pak Muhtadi sampai sekarang, yaitu semenjak beliau diberikan amanah menangani bidang kemahasiswaan di tingkat Rektorat UIN Malang dan waktu itu saya juga diberikan amanah di Kemahasiswaan UIN Malang bidang keamanan.

Saat mengenal Pak Muhtadi terbetik dipikiran saya bahwa beliau adalah seorang insan yang sangat toleran dan mengerti pikiran serta kehendak arus bawah yang semua itu mungkin dilatar belakangi karena beliau  lebih  banyak bergelut dengan masyarakat bawah dengan berbagai macam persoalan –persoalan mereka, untuk itu beliau cepat terharu dan bahkan meneteskan air mata kemudian segera berupaya memberikan solusinya.

Selain beliau seorang yang toleran dan mengerti perasaan arus bawah tersebut, juga dalam menyikapi momen-momen tertentu ataupun aturan-aturan baku yang sifatnya prinsip, beliau berkarakter tegas untuk menjalankannya. Artinya dimata saya, Pak Muhtadi dapat menempatkan diri dalam arti kapan saya berkarakter sebagai ‘bapak” yang mengayomi dan kapan sebagai “sahabat” yang penuh canda ria dan keakraban maupun  sebagai “pemimpin” yang berprinsip dan tegas.
Pak Muhtadi juga seorang “silent entrepreneur” yaitu penggugah dan pengubah yang tenang artinya beliau seorang inspirator dan inovator yang terus ingin berimajinasi dan merealisasikannya menjadi realita serta  tampil beda, itulah gaya kepemimpinan Transformasional yang selalu berani menunjukkan perubahan dalam jalinan team work yang solid. 
Pak Muhtadi sebagai pemimpin yang cenderung bergaya transformasional tersebut telah menunjukkan bukti-bukti berkembangnya unit-unit penunjang di Fakultas Ekonomi, seperti adanya pojok bursa, payment point, micro finance dan sebagainya serta dibidang akademik dengan telah terakreditasi program studi D3 Perbankan Syariah “B” dan juga jurusan Manajemen “A” dan segera memacu untuk terakreditasinya jurusan Akuntasi kemudian pemikiran-pemikiran beliau tentang pentingnya kerjasama kelembagaan menuju fakultas  berskala nasional bahkan internasional (tingkat ASEAN) dan sebagainya.
 
Satu hal lagi tentang pemikiran transformatif beliau yaitu menginspirasi dibukanya   Entrepreneurship Centre ditingkat UIN MALIKI Malang dengan tujuan untuk membantu para alumni fakultas ekonomi khususnya dan mahasiswa UIN pada umumnya yang peduli terhadap kemandirian terutama dalam bidang usaha/bisnis, namun inspirasi ini masih menunggu tindak lanjut pihak Rektorat.
Kesimpulannya itulah sosok Pak Muhtadi yang saya rasakan dan tentunya masih banyak yang tidak dapat  saya uraikan, semoga amal bakti dan kerja keras beliau diterima oleh Allah SWT dan dicatat sebagai amal shaleh serta segala pemikiran, tindakan transformatif beliau dapat dijadikan suri tauladan untuk generasi yang akan datang. Akhirnya, semoga Allah SWT meridhoi langkah-langkah dan niat baik kita semua. Amin yarabbal ’alamin.

(Oleh : Salim Al Idrus)
Sumber : Buku Sang Inspirator