Minggu, 15 Februari 2015

SANG NAHKODA FAKULTAS EKONOMI

Mengenal Abah ?

Saya mengenal abah ( H. Muhtadi) sejak tahun 2001 sejak waktu itu STAIN dia sebagai dekan Fakultas Syariah dan gedungnya kaya sekolah impress, selalu berpakaian muslim (pakai sarung dan baju taqwa) kalau sore hari yang saya ingat itu aja 

Gaya kepemimpinan Abah?

Gaya pemimpin Abah ( H. Muhtadi) yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.

Model  Kepemimpinan Abah?

Model kepemimpinan Abah ( H. Muhtadi) dengan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi eksperimental yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi.

Karakter Abah?

Abah  (H. Muhtadi) Pemimpin yang Luhur  yang memiliki sifat-sifat kejiwaan atau akhlak yang mulia yang memiliki keunggulan karakter

1. Mampu menilai diri sendiri secara realistis

Dia mampu menilai dirinya - kelebihan dan kekurangannya, baik secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.Dia menyadari bahwa untuk menjadi pemimpin dibutuhkan akhlak yang mulia yang bermuara pada hati nurani yang memampukan dia berlaku adil,jujur,berani,tegas dan berintegritas

2. Mampu menilai situasi dan kondisi secara realistis

Dia mampu menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistis. Dia mau menerima secara wajar apapun yang terjadi dalam kehidupannya, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.Artinya dia tidak ‘gila hormat’,'gila uang’ atau kedudukan.

3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis

Dia dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan mereaksinya secara rasional. Dia tidak sombong atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup.Sebaliknya jika dia mengalami kegagalan, dia pun tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistis.

4. Menerima tanggung jawab dengan ikhlas

Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan dan pekerjaan yang dihadapinya. Dia pro aktif menerima tanggungjawab yang diberikan atasan dengan tulus dan ikhlas

5. Memiliki kemandirian

Dia memiliki sikap mandiri dalam cara berfikir dan bertindak.Dia mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku

6. Dapat mengontrol emosi pribadi

Dia mampu mengendalikan emosi dan hal ini terbukti ketika dia menghadapi situasi yang membuat frustrasi, depresi atau stres, namun dia melakukan tindakan positif atau konstruktif

7. Berorientasi tujuan 

Mampu merumuskan tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar. Dia berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan ketrampilan

8. Berorientasi keluar (ekstrovert)
     
Bersikap respek terhadap orang lain, empati terhadap orang lain dan memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungan.Selain itu dia bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya. Dia merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain. Dia tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.

9. Bertanggungjawab social 
   
Dia aktif berpartsipasi dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

10. Memiliki keyakinan atau harapan hidup yang lebih baik 

Mengarahkan hidupnya berdasarkan keyakinan agama, pengalaman dan nilai-nilai kehidupan yang dianutnya. Dia meyakini bahwa hidup akan menjadi lebih baik,kalau disertai dengan kerja keras dan sikap optimis.

11. Orientasi kebahagiaan

Kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang). Dia lebih senang membahagiakan (mensejahterakan) orang lain daripada dirinya sendiri.

Etos Kerja Abah?

Etos Kerja (Abah  (H. Muhtadi) yang Kuat Berdasar Nilai-nilai Ibadah

Islam tak pernah melarang umatnya untuk bekerja. Bahkan, bekerja keras justru sangat dianjurkan seperti sabda nabi Muhammad SAW yang berbunyi: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” 

Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukmin yang lemah. Allah SWT menyukai mukmin yang kuat bekerja.”Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi.

Disini jelas bahwa meskipun pekerjaan kita dilakukan di dunia, kita tetap tidak akan terlepas dari hal-hal yang akan kita hadapi di akherat. Maka dalam bekerja, hendaklah orang selalu mawas diri, waspada terhadap sesuatu yang dikerjakan dan selalu memilih dan memilah mana yang akan membawa kebaikan dan mana yang akan membawa kesengsaraan hidup di akheratnantinya. 

Etos kerja yang bisa ditunjukkan dengan kuat oleh seseorang, apalagi diimbangi dengan nilai-nilai ibadah adalah hal yang sangat mengagumkan seandainya mereka tahu.Tidak hanya itu, hal yang demikian juga lebih baik di mata Allah SWT.Bekerjalah yang benar dan hanya berharaplah ridho Allah SWT.

(Oleh : Suharianto (Kacong))
Sumber : Buku Sang Inspirator

0 komentar:

Posting Komentar