Minggu, 15 Februari 2015

Dr. HA. Muhtadi Ridwan, MA : “Dekan Gaul”

Siapapun orang di lingkungan UIN Maliki Malang baik itu Dosen, karyawan maupun mahasiswa dan bahkan Alumni mulai dari STAIN sampai UIN disemua jurusan/fakultas pasti mengenal sosok yang satu ini, ya, siapa lagi kalau bukan H.A. Muhtadi Ridwan. Dikalangan aktivis sendiri, namanya sangat popular baik itu yang intra maupun ekstra kampus. Mereka lebih mengenal dari karakteristik dan perilakunya yang “gaul” , mudah menerima semua kalangan, orangnya gampangan, dll. Bahkan oleh para aktivis tersebut beliau termasuk orang yang di-tua-kan.

……………………………….

Saya pun demikian, mengenal sosok HA. Muhtadi Ridwan yang biasa saya panggil Abah Muhtadi itu bukan baru kemarin, tetapi sudah hampir 13 tahun mengenal beliau yakni semenjak saya masuk STAIN Malang tahun 1999. Diperkuat lagi Ketika beliau menjabat sebagai Pembantu Ketua (Puket) III bidang kemahasiswaan STAIN Malang, karena saat itu saya aktif di UKM Unior yang secara koordinatif dibawah pembinaan Puket III, sehingga sering sekali bertemu dengan beliau. Disamping itu, beliau sendiri juga menjadi dosen mata kuliah Ulumul hadits pada semester IV jurusan Muamalah dimana saya belajar .  Setelah beberapa tahun kemudian, saya dipertemukan kembali di Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang (dulu Muamalah, Jurusan Syari’ah STAIN Malang) dengan status beliau menjadi dekan Fakultas Ekonomi dan saya membantu menjadi pengajar di Fakultas tersebut. Atas dasar itulah, saya cukup mengenal sosok yang selama ini saya anggap sebagai Guru, dosen, dan bapak tersebut. 

Sepanjang mengenal beliau sebagai Puket III, beliau termasuk pemimpin yang lain dari pada yang lain, gayanya yang apa adanya, akomodatif dan selalu memberikan palayanan dan perhatian yang lebih kepada kami –baca: mahasiswa saat itu- membuat kami dan saya khususnya terkesan akan sikap dan gaya beliau. Beliau selalu mengajarkan kepada kita semua tentang cara hidup bermasyarakat, agar selalu “bermanfaat bagi manusia lain”  yang sekaligus menjadi jargon hidup  beliau, setidaknya lebih dari 25 kali beliau mengingatkan saya baik langsung maupun secara bersama-sama dengan yang lain agar senantiasa menjaga dan mengamalkan perilaku “Anfa’uhum linnaas” tersebut. Tentu ini pelajaran yang sangat baik untuk diamalkan setiap harinya dilingkungan masyarakat dan dimanapun kita berada. 

Berikut catatan penting tentang sosok HA. Muhtadi Ridwan yang pernah saya ketahui diantaranya:

Organisatoris Sejati

Diakui atau tidak, komitmen dan rasa memiliki terhadap organisasi sangatlah besar. Dalam beberapa kali bergabung bersama beliau, selalu menunjukkan komitmen terhadap organisasi. Hal ini dapat dilihat dari keseriusan mengelola atau me-manage organisasi secara total bahkan Begitu cintanya terhadap organisasi yang dinaunginya, “dapur” sendiri terkadang di nomor dua-kan. Dalam banyak kesempatan sering saya amati akan totalitas beliau dalam menjaga teguh komitmen organisasi, yaitu komitmen yang bertanggungjawab meskipun harus berseberangan dengan teman atau koleganya. 

Pengakuan terhadap perbedaan pandangan organisasi juga menjadi perilaku objektif yang sering dicontohkan oleh beliau –meskipun tidak secara lisan-, karena masing-masing mempunyai kemauan dan mimpi yang berbeda sehingga upaya untuk menghargai perbedaan sangat dikedepankan.

Dekan yang Akomodatif

Dibanyak institusi pemerintah (tanpa harus menyebut nama), kita terbiasa melihat seorang pemimpin selalu menampilkan gaya kepemimpinan yang cenderung elitis, kurang peduli, dan “sok”, sekaligus menampilkan perilaku moral hazard atau pemimpin yang aji mumpung yaitu pemimpin yang selalu memanfaatkan kekuasaannya untuk dirinya sendiri, “mumpung lagi menjabat” bahkan cenderung menghalalkan segala cara untuk dirinya.  Model pemimpin yang seperti itulah yang tidak saya temui pada sosok Abah Muhtadi ini. Beliau merupakan pemimpin yang sangat akomodatif terhadap bawahan, bahkan dalam beberapa kesempatan sering mensejajarkan dirinya dengan bawahan. 

Terlepas dari definisi pemimpin yang akomodatif dan resikonya, tetapi sisi positif dari sikap akomodatif ini mampu mempersatukan bawahan disemua lini dan profesi di fakultas bahkan sampai ditingkatan mahasiswa. Hal ini terbukti hubungan beliau dengan siapapun di Universitas ini sangat baik, khususnya karyawan dan mahasiswa.

Dekan yang apa adanya

Tidak mudah memposisikan diri sebagai orang biasa atau bawahan disaat menduduki jabatan tertinggi di fakultas, tetapi berbeda dengan sosok yang satu ini, beliau termasuk orang yang pandai memposisikan diri yakni kapan menjadi dekan, kapan menjadi bawahan dan kapan menjadi bapak. Sering kami “gak” enak sendiri dengan beliau tatkala beliau memposisikan sebagai teman bagi dosen dan karyawan. Sering kita ngobrol dan bercanda lepas dengan beliau dan sampai kami tidak sadar kalau orang yang diajak ngobrol tersebut adalah pimpinannya sendiri. 

Paling tidak, pengalaman ter-update (Sabtu, 25 Mei 2013) ketika kita bersama dengan beliau bernostalgia di Lamongan –rumah kelahiran beliau- kita bersenda gurau di tambak ikan milik kakak beliau sambil menjala ikan. Sebenarnya itu masuk dalam agenda rutin kami memancing ikan keliling Jawa Timur, namun beliau menawarkan kepada kita agar mancing di lamongan. bak gayung bersambut, kami pun langsung meng-iya-kan. Sepanjang perjalanan sampai lamongan dan dilanjutkan dengan memancing ikan di tambak, senda gurau terus muncul seakan lupa kesibukan masing-masing di fakultas. Bahkan setelah selesai memancing dan menjala ikan kita mandi bersama di sungai belakang rumah beliau (meskipun saya sendiri yang tidak mandi…hehehe) tapi suasananya sangat hangat sekali, lagi-lagi serasa lupa kalau yang bersenda gurau itu adalah pimpinan di fakultas. Suasana seperti itulah yang kami inginkan dan sudah sering kami jumpai. Bukan berarti dikemudian hari kita “nglamak” karena seringnya bercanda tetapi semakin memperkuat ta’dzim kita kepada beliau.

Belum lagi terkait dengan performance beliau dibandingkan dengan posisi pimpinan lain di institusi ini, tampak sekali kesederhanaan pada diri beliau, seakan-akan tidak tampak kalau beliau adalah seorang dekan di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Sikap seperti itulah yang selalu tampil dari sosok seorang Dr. HA. Muhtadi Ridwan.

Dekan peduli Alumni

Dalam konteks ini penting untuk saya sampaikan karena secara pribadi bersinggungan langsung dengan beliau sebagai Dekan FE, yakni kapasitas saya sebagai ketua alumni FE UIN Maliki Malang.  Kepedulian terhadap alumni yang ditunjukkan oleh beliau sangatlah besar hal ini dibuktikan dengan peran serta beliau ”ngopeni” sekaligus memantau langsung kondisi alumni pasca lulus dari fakultas ekonomi. Bagi saya pribadi dan ketua alumni, perhatian dari institusi sangatlah penting sebagai bagian dalam wujud tanggungjawab terhadap alumni, karena diakui atau tidak, sejujurnya Alumni membawa sumbangan yang sangat besar bagi nama institusi ini, minimal menjadi iklan hidup bagi fakultas.

Gagasan-gagasan  penting menyangkut masa depan alumni sering disampaikan kepada kami (IKA FE) khususnya tentang bagaimana cara agar alumni kita bisa bersaing dengan alumni fakultas lain baik secara akademik maupun di pasar tenaga kerja. Pernah suatu saat –bahkan tidak terpikir oleh kita- beliau meminta kami untuk memantau alumni langsung di lapangan untuk memastikan apakah alumni kita sudah mampu bersaing di pasar kerja, dan langsung kita tindaklanjuti bersama dengan pengurus IKA FE UIN Maliki Malang berkunjung ke beberapa kota di Jawa Timur seperti Tulungagung, Blitar, Pasuruan, Banyuwangi, Jember, Sidoarjo, Surabaya dan tentu Malang Raya sendiri dan hasilnya kita memperoleh 360 data terbaru mengenai keberadaan Alumni FE dan bahkan kita juga memperoleh hasil penilaian User tentang alumni kita. Disamping bermanfaat untuk data base alumni, data yang diperoleh tersebut juga bermanfaat untuk kepentingan akreditasi jurusan manajemen FE UIN yang kemudian terbukti jurusan manajemen memperoleh Akreditasi dari BAN PT dengan nilai “A”. dan masih banyak lagi bukti kepedulian beliau terhadap alumni FE UIN Maliki Malang ini.

………………………………………………..

Setelah beliau tidak menjabat lagi menjadi Dekan FE Universitas Islam Negeri Maliki Malang, kita kehilangan sosok pemimpin yang begitu ramah, pengayom, dan visioner. Namun demikian kita terus berharap ide-ide cerdas dan kiprah beliau secara langsung di Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang khususnya. Terima kasih Abah atas semua dedikasi yang besar terhadap Fakultas Ekonomi. Kami akan terus menteladani nya dan Semoga Allah memberikan barokah kepada kita semua…. wallahu a’lam.

(By. Zaim Mukaffi)
Sumber : Buku Sang Inspirator

0 komentar:

Posting Komentar