Minggu, 15 Februari 2015

SURAT BUAT ‘ABAH’

Tanggal 28 Juni 2006 adalah kali pertama saya mendengar nama Bpk. Drs. HA. Muhtadi Ridwan, MA. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi, yaitu pada forum penyerahan SK Menteri Agama No. Un. 3/KP.00.3/411/2006 oleh Rektor UIN Malang Prof. Dr. H. Imam Suprayogo kepada seluruh Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di bawah naungan Menteri Agama dengan penempatan kerja di UIN Malang, yang saya adalah salah satunya. Praktis, beberapa saat berikutnya, bergabunglah saya dengan pasukan Fakultas Ekonomi di bawah kepemimpinan beliau, “abah” Muhtadi Ridwan (yang sepertinya beliau memang enggan dipanggil dengan sapaan Bapak Dekan, karena mengandung makna “pejabat” begitu kilah beliau). Sikap kerendahhatian yang memang begitu melekat pada profilnya. 

Waktu berjalan, tanpa terasa sampai detik ini hampir tujuh (7) tahun saya bekerja di bawah arahan abah Muhtadi. Cukup banyak peristiwa dan pengalaman yang begitu berkesan dan dapat saya jadikan catatan penting dalam sejarah kehidupan kerja saya di UIN Malang. Mulai pengalaman di tahun pertama yaitu persiapan akreditasi Jurusan Manajemen dengan hasil yang membanggakan yaitu Akreditasi A dari BAN PT pada tahun 2007. Hanya sedikit jurusan yang baru mengajukan akreditasi, yang mampu meraih predikat A tersebut. Hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh kepiawaian abah Muhtadi, yang cakap memimpin dan mengarahkan warga Fakultas Ekonomi untuk bekerja keras tuk memberikan yang terbaik. Kemudian beberapa tahun berikutnya pun arahan dan bimbingan beliau masih dapat saya ikuti melalui sepak terjangnya sebagai Management Representative UIN Malang dalam menegakkan Sistem Manajemen Mutu Perguruan Tinggi. Dengan persiapan kurang lebih setahun, yaitu dimulai Januari 2008, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada Desember 2008 dapat lulus uji Sertifikasi ISO 9001:2000 dari SGS atas rekomendasi UKAS Quality Management 005. Beberapa tahun setelah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tersertifikasi ISO 9001:2000 itu, beliau beserta tim Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UIN Maliki Malang tetap bekerja dengan gigih agar seluruh komponen di kampus ini benar-benar mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu Perguruan Tinggi. Kemudian tahun 2012-2013, yang menjadi salah satu tonggak penting bagi Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang dan sekaligus tinggalan prestasi yang bersejarah di masa-masa akhir abah Muhtadi sebagai Dekan, karena dua dari tiga jurusannya berhasil mengukir prestasi kembali dalam perolehan akreditasi BAN-PT. Yang pertama adalah reakreditasi Jurusan Manajemen dengan hasil A, dan tak lama diikuti pula oleh akreditasi (pertama kali) Program Diploma III Perbankan Syariah dengan hasil B. 

Selain beberapa prestasi kelembagaan yang membanggakan tersebut, pada sisi jaringan kerjasama, Fakultas Ekonomi juga telah banyak menggandeng stakeholder dari berbagai sektor perekonomian untuk membuka cabangnya di Fakultas Ekonomi, yaitu perbankan syariah khususnya dengan BTN Syariah yang telah membuka payment point BTN Syariah di salah satu sudut ruang di Fakultas Ekonomi, kemudian lembaga mikro finance Al Kamil Nusantara, Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI), PT. Danareksa, PT. Zahir Accounting dan Tax Center. Dari berbagai rekanan tersebut, seluruh civitas akademika Fakultas Ekonomi dapat berinteraksi tentang aplikasi praktis kegiatan-kegiatan ekonomi dengan lebih dekat dan lebih mudah.   

 Sosok abah Muhtadi bagi saya adalah wujud integritas, pengabdian, dedikasi, kesabaran, keikhlasan dan pengemban amanah yang konkrit. Beliau memiliki aspek-aspek kepemimpinan yang dapat diteladani oleh bawahannya. Aspek konseptual, manajerial dan interpersonal, yang mungkin itu baru tiga dari sekian aspek lain yang menurut saya paling menonjol dari profil abah Muhtadi. Beliau mampu memberikan kontribusi berupa konsep strategi dan kebijakan yang jelas untuk membuat kemajuan bagi Fakultas Ekonomi, juga kemampuan mengarahkan, memotivasi dan membimbing bawahannya dengan mumpuni untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan dengan baik. Energi antusiasme yang beliau miliki kadang bisa mengalahkan kaum muda, karena saat beliau punya sebuah gagasan, biasanya implementasinya bisa membuat bawahannya kewalahan mengejar target-target yang ditetapkan. Sikap pribadi yang percaya diri, gaya seorang “khadimul ummah” yang transformasional juga nampak dalam keseharian beliau. Beliau tidak segan memberi contoh dan menularkan kebisaanya kepada bawahan, dengan kesan komunikasi yang jauh dari menggurui. 

Dalam rangkaian sambutan dan arahan beliau dalam berbagai forum, baik akademis maupun nonformal lainnya, apa yang terkeluarkan dari lisan beliau umumnya mampu menggugah dan menjadi sarana dakwah. Beberapa hal yang dapat saya catat misalnya berkali beliau menekankan tentang makna “ibda’ binafsi”, mulailah dari diri sendiri. Keteladanan, yang bukan hanya terpancar dari apa yang beliau ucapkan, tapi dari sikap dan hasil kerja yang cemerlang. Juga tentang  bagaimana memaknai keberhasilan yang telah dicapai. Beliau acapkali mengungkapkan dengan “tahaddus binni’mah”, bentuk syukur yang mengandung konsekuensi tanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan kesuksesan yang telah ada. Prestasi bukanlah diikuti dengan sikap kesombongan atau benih ketakaburran, tapi sebagai sarana kebaikan berupa syukur dan tanggung jawab. Sebuah sikap yang belum tentu semua pemimpin memilikinya. Beliau juga memiliki sisi kelembutan hati, walau sesekali bersikap “garang” pada atasan atas beberapa kebijakan yang dinilai kurang mendukung realitas pada tataran implementasi, tapi kepada bawahannya beliau tak pernah ‘memaki’. Bila ada kesalahan beliau wujudkan berupa nasehat yang diungkap dalam kerendahan hati. Sesekali saya mendapati beliau menahan haru, saat ada hal yang begitu menyentuh di hati beliau, misal saat beliau mengenang bahwa dulu lulusan Fakultas Ekonomi belum diperhitungkan dan bernasib tak jelas, atau saat seorang alumni datang bersilaturahmi dan menyampaikan kesan tentang beruntungnya dia mendapat penanaman akhlak di sini dan darinya ia diterima kerja di sebuah instansi, atau saat beliau mendapati sekarang sudah cukup banyak stakeholder yang mau datang ke Fakultas Ekonomi untuk melakukan rekrutmen dan seleksi di tempat. Intinya, sense of belonging beliau terhadap pengembangan Fakultas Ekonomi begitu tinggi, sampai-sampai beliau berperan sebagai seorang bapak yang benar-benar ingin semua anak beliau (lulusan) “mentas” dan berpenghidupan yang layak. Saya belumlah lama mengenal beliau, mungkin ada penilaian tentang sosok beliau yang dirasa kurang tepat, kurang lengkap, karena saya bawahan yang terkadang terbatas dalam pelaksanaan tugas-tugas kerja dengan beliau. Tapi singkat kata, dari sosok abah Muhtadi jargon keislamanan mungkin bukan hanya semata jargon, bahwa beliau merupakan satu dari sekian “Intelektual  yang ulama dan ulama yang intelektual”.

Saya terlahir dari seorang ayah dengan profesi nahkoda. Suka, duka dan rasa bangga menyelimuti perjalanan hidup saya. Dan sekarang, dari dunia kerja saya memiliki satu lagi sosok nahkoda, dialah Abah Muhtadi Ridwan, MA. Sungguh saya insan beruntung, bertakdir memiliki dua nahkoda dalam hidup saya. 

Bahtera telah membuang sauh
berlayar ditiup angin 
dari muara hingga samudera jauh

badai gelombang kauhadapi dengan wibawa
dengan armada dan semangat membara
mengantar bahtera mengarah
tanpa ada kata menyerah

tiba di satu labuhan impian dermaga
menuai asa dan jaya
dengan syukur dan suka cita

tapi ini bukan akhir dermaga
layarkan lagi kapalmu 
menuju labuhan selanjutnya

dengan Bismillah 
serta iringan doa pada Sang Pencipta
untukmu,  
Sang Nahkoda 


(Oleh : Meldona)
Sumber : Buku Sang Inspirator

0 komentar:

Posting Komentar