Rabu, 20 Maret 2013

RAUDLAH AL-HIKMAH WA AL-SULUK



RAUDLAH AL-HIKMAH WA AL-SULUK
(Sumber; fe.uin-malang.ac.id oleh Khusnuddin)

Ada yang hampir luput dari perhatian, setelah sekian lama bergabung dengan FE UIN Maliki Malang. Tiga kata di pojok kanan bawah buku pedoman FE UIN Maliki Malang. Tulisannya berhuruf kecil, wajar banyak yang melewatkan dan menganggapnya tidak bermakna. Apalagi penting. Dugaan tersebut ternyata keliru. Saya sempat kaget, setelah mendengar penjelasan dari penggagasnya. Kata tersebut cukup dalam maknanya, tapi sering terlewatkan. Raudlah al-hikmah wa al-suluk, menjadi slogan FE UIN Maliki hingga kini.



Adalah Dr. HA. Muhtadi Ridwan, MA yang menjadi penggagas slogan ini. Menurutnya, slogan tersebut lahir dengan proses yang unik dan cukup panjang. Jauh hari, ia memiliki sederet  kata (12 konsep) alternative yang akan dijadikan slogan resmi FE UIN Maliki Malang. 12 konsep tersebut dikonsultasikan kepada beberapa ahli dua bahasa (Arab dan Inggris) dari berbagai lulusan. Sebuah slogan/kata memiliki makna, kebanggaan, mengandung harapan, doa, dan cita-cita yang ingin diwujudkan. Wajar jika ia begitu hati-hati untuk memilih slogan yang tepat. Berbagai sumber ia tanyakan. Orang yang dianggap mumpuni dalam perbendaharaan kata ia-pun temui. Layaknya menyusun kata dalam permainan scrable, ia menemukan gabungan tiga kata itu, Raudlah al-Hikmah wa al-Suluk dan Garden of Knowledge and Ethic .
 
Raudlah  bermakna taman (garden). Layaknya sebuah taman. Di sana terdapat bunga dengan jenis, warna, bentuk, dan aroma beraneka. Ada bunga mawar, melati, anggrek, sepatu, matahari, kumis kucing, seroja, dahlia, dan lainnya. Bukan hanya ragam bunga. Variasi tanaman obat keluarga (toga) ikut melengkapi keanekaragamannya. Ada kunyit, lengkuas, jahe, dan lainnya. Beberapa pohon peneduhpun tidak luput. Tanpa terkecuali hiasan taman. Wah, sungguh mempesona. Keindahan kombinasi warna-warninya menjadi magnet ribuan mata. Ragam bentuk bunga dipadu dengan tatanan yang apik menambah kesempurnaan dan menggoda siapapun untuk mendatanginya. Ingin sekali saya duduk-duduk disana. Ambooy…, harmoninya. Pantas saja berbagai jenis semut, lebah, kupu-kupu, dan burung penghisap madu berdatangan untuk menikmati aroma sarinya. “Bunga bangkai tidak ditanam di area ini. Bunga bangkai meski besar hanya bisa mengeluarkan bau busuk” kata Muhtadi sambil memicingkan hidungnya. Raudlah juga menjadi salah satu tempat mustajab paling favourite, yang diburu oleh jutaan jamaah haji di kota Madinah, tepatnya di Masjid Nabawi.
Untuk mewujudkannya, perlu keterampilan khusus dan tenaga ekstra. Mulai menyiapkan land scape taman, pemilihan jenis tanaman, teknologi menyemai, tehnik penanaman, pengaturan tata letak, penyiraman/pemupukan, pemeliharaan, pembersihan/pemotongan cabang tanaman yang tidak dikehendaki, hingga upaya mencegah kerusakan akibat hama/gulma dilakukan dengan tehnik yang tepat.
Ulat-ulat perusak tanaman harus segera disingkirkan. Jika perlu dilakukan penyemprotan, cukup dengan air sabun. Ulat tidak mati juga, bisa dipakai racun dengan dosis yang tepat agar tidak merusak unsur hara. Masih belum mati?, ulat “dipites” saja”, kata Muhtadi dengan nada kesal. Langkah ini merupakan upaya untuk menjaga keasrian taman. Sulit…, tapi itulah cara mewujudkan taman idaman ribuan pasang mata, untuk mendapatkan berbagai manfaat dan kebaikannya. 

Yang ditanam FE UIN Maliki bukanlah bunga, tetapi hikmah  atau ilmu pengetahuan (knowledge). Beragam ilmu pengetahuan, secara teoritis maupun praktek, diberikan oleh FE UIN Maliki. Sederet mata kuliah dan praktikum yang tersusun dalam bentuk kurikulum diracik. Konsep keilmuan yang terintegrasi menjadi menu utama dalam membangun sumberdaya yang memiliki karakter. Ragam dan sinergi antara ilmu qauliyah (agama) dan kauniyah (ilmu pengetahuan) yang diberikan, menjadi perpaduan yang apik. Metode menanam ilmu dilakukan secara professional, menyenangkan, dan membekas. Kekokohan akidah, kedalaman spiritual, keluhuran ahlak, keluasan ilmu, dipadu dengan kematangan professional untuk mewujudkan performance dimention model of a moslem menjadi tujuan pendidikan yang ingin direalisasikan.

Evaluasi-pun kerap dilakukan, baik terkait dengan kurikulum, mata kuliah, tehnik pengajaran, maupun pada unit penunjang pendidikan. Demikian juga dengan studi banding, kerap dilakukan baik dengan universitas dalam maupun luar negeri. Tanpa terkecuali layanan pendidikan dan unit penjamin mutu. Wajar jika kemudian FE UIN Maliki berhasil menggondol standarisasi internasional, ISO 9000;2008.

Yang ditanam FE UIN bukan ilmu pengetahuan tanpa makna, tapi pengetahuan yang berpengaruh pada perilaku/etika (al-suluk). Ilmu pengetahuan yang ditanam sampai pada pemahaman hingga mampu membentuk karakter / kepribadian yang spesifik, yaitu pola pikir dan pola sikap Islami (syakhsiyah Islamiyah). Menurut Muhtadi, pendidikan adalah transfer ilmu dan peradaban. Oleh karena itu berbagai pengetahuan pembentuk karakter diajarkan di FE UIN ini. Seperti, studi ilmu al-Quran, Hadist, Fiqih, Peradaban Islam, Etika Bisnis, dan lain-lain. 

Menurutnya, keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kurikulum dan metode pembelajaran. Jiwa seorang pendidik yang layak disebut guru “digugu dan ditiru” dalam aspek keluasan ilmu dan keluhuran perilaku yang menyatu menjadi sebuah keniscayaan. Apalagi terkait dengan penanaman perilaku/etika. Kebijakan, kesabaran, keistiqamahan menjadi santapan keseharian dalam menanam sebuah perilaku. Wajar, jika kebiasaan mengambil waktu 5-10 menit di setiap akhir kuliah digunakan untuk mengingatkan/muhasabah agar perilaku kehidupan mahasiswa tidak melenceng dari nilai-nilai Islam.

Begitu elegannya motto yang diusung FE UIN Maliki. Mengingatkan kepada saya, untuk selalu berusaha mewujudkannya. Raudlah al-Hikmah wa al-Suluk (Garden of Knowledge & ethics), tulisan berhuruf kecil yang sering terlewatkan dan dianggap tanpa makna. (us).

0 komentar:

Posting Komentar