RAUDLAH
AL-HIKMAH WA
AL-SULUK
(Sumber; fe.uin-malang.ac.id oleh
Khusnuddin)
Ada yang hampir
luput dari perhatian, setelah sekian lama bergabung dengan FE UIN Maliki
Malang. Tiga kata di pojok kanan bawah buku pedoman FE UIN Maliki Malang.
Tulisannya berhuruf kecil, wajar banyak yang melewatkan dan menganggapnya tidak
bermakna. Apalagi penting. Dugaan tersebut ternyata keliru. Saya sempat kaget,
setelah mendengar penjelasan dari penggagasnya. Kata tersebut cukup dalam
maknanya, tapi sering terlewatkan. Raudlah al-hikmah wa al-suluk, menjadi slogan
FE UIN Maliki hingga kini.
Adalah Dr. HA.
Muhtadi Ridwan, MA yang menjadi penggagas slogan ini. Menurutnya, slogan
tersebut lahir dengan proses yang unik dan cukup panjang. Jauh hari, ia
memiliki sederet kata (12 konsep) alternative
yang akan dijadikan slogan resmi FE UIN Maliki Malang. 12 konsep tersebut
dikonsultasikan kepada beberapa ahli dua bahasa (Arab dan Inggris) dari
berbagai lulusan. Sebuah slogan/kata memiliki makna, kebanggaan, mengandung
harapan, doa, dan cita-cita yang ingin diwujudkan. Wajar jika ia begitu
hati-hati untuk memilih slogan yang tepat. Berbagai sumber ia tanyakan. Orang
yang dianggap mumpuni dalam perbendaharaan kata ia-pun temui. Layaknya menyusun
kata dalam permainan scrable, ia menemukan
gabungan tiga kata itu, Raudlah al-Hikmah wa al-Suluk
dan Garden
of Knowledge and Ethic .
Raudlah bermakna taman (garden).
Layaknya sebuah taman. Di sana terdapat bunga dengan jenis, warna, bentuk, dan
aroma beraneka. Ada bunga mawar, melati, anggrek, sepatu, matahari, kumis
kucing, seroja, dahlia, dan lainnya. Bukan hanya ragam bunga. Variasi tanaman
obat keluarga (toga) ikut melengkapi keanekaragamannya. Ada kunyit, lengkuas,
jahe, dan lainnya. Beberapa pohon peneduhpun tidak luput. Tanpa terkecuali
hiasan taman. Wah, sungguh mempesona. Keindahan kombinasi warna-warninya
menjadi magnet ribuan mata. Ragam bentuk bunga dipadu dengan tatanan yang apik
menambah kesempurnaan dan menggoda siapapun untuk mendatanginya. Ingin sekali
saya duduk-duduk disana. Ambooy…, harmoninya. Pantas saja berbagai jenis semut,
lebah, kupu-kupu, dan burung penghisap madu berdatangan untuk menikmati aroma
sarinya. “Bunga bangkai tidak ditanam di area ini. Bunga bangkai meski besar
hanya bisa mengeluarkan bau busuk” kata Muhtadi sambil memicingkan
hidungnya. Raudlah juga menjadi salah satu tempat mustajab paling
favourite, yang diburu oleh jutaan jamaah haji di kota Madinah, tepatnya di
Masjid Nabawi.
Untuk
mewujudkannya, perlu keterampilan khusus dan tenaga ekstra. Mulai menyiapkan land
scape taman, pemilihan jenis tanaman, teknologi menyemai, tehnik
penanaman, pengaturan tata letak, penyiraman/pemupukan, pemeliharaan,
pembersihan/pemotongan cabang tanaman yang tidak dikehendaki, hingga upaya
mencegah kerusakan akibat hama/gulma dilakukan dengan tehnik yang tepat.
Ulat-ulat perusak
tanaman harus segera disingkirkan. Jika perlu dilakukan penyemprotan, cukup dengan air sabun. Ulat tidak mati
juga, bisa dipakai racun dengan dosis yang tepat agar tidak merusak unsur hara.
Masih belum mati?, ulat “dipites” saja”, kata
Muhtadi dengan nada kesal. Langkah ini merupakan upaya untuk menjaga keasrian
taman. Sulit…, tapi itulah cara mewujudkan taman idaman ribuan pasang mata,
untuk mendapatkan berbagai manfaat dan kebaikannya.
Yang ditanam FE
UIN Maliki bukanlah bunga, tetapi hikmah atau ilmu
pengetahuan (knowledge). Beragam ilmu pengetahuan, secara
teoritis maupun praktek, diberikan oleh FE UIN Maliki. Sederet mata kuliah dan
praktikum yang tersusun dalam bentuk kurikulum diracik. Konsep keilmuan yang
terintegrasi menjadi menu utama dalam membangun sumberdaya yang memiliki
karakter. Ragam dan sinergi antara ilmu qauliyah (agama) dan kauniyah
(ilmu pengetahuan) yang diberikan, menjadi perpaduan yang apik. Metode menanam
ilmu dilakukan secara professional, menyenangkan, dan membekas. Kekokohan
akidah, kedalaman spiritual, keluhuran ahlak, keluasan ilmu, dipadu dengan
kematangan professional untuk mewujudkan performance dimention model of a moslem
menjadi tujuan pendidikan yang ingin direalisasikan.
Evaluasi-pun kerap
dilakukan, baik terkait dengan kurikulum, mata kuliah, tehnik pengajaran,
maupun pada unit penunjang pendidikan. Demikian juga dengan studi banding,
kerap dilakukan baik dengan universitas dalam maupun luar negeri. Tanpa
terkecuali layanan pendidikan dan unit penjamin mutu. Wajar jika kemudian FE
UIN Maliki berhasil menggondol standarisasi internasional, ISO 9000;2008.
Yang ditanam FE
UIN bukan ilmu pengetahuan tanpa makna, tapi pengetahuan yang berpengaruh pada
perilaku/etika (al-suluk). Ilmu pengetahuan
yang ditanam sampai pada pemahaman hingga mampu membentuk karakter /
kepribadian yang spesifik, yaitu pola pikir dan pola sikap Islami (syakhsiyah
Islamiyah). Menurut Muhtadi, pendidikan adalah transfer ilmu dan
peradaban. Oleh karena itu berbagai pengetahuan pembentuk karakter diajarkan di
FE UIN ini. Seperti, studi ilmu al-Quran, Hadist, Fiqih, Peradaban Islam, Etika
Bisnis, dan lain-lain.
Menurutnya,
keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kurikulum dan metode
pembelajaran. Jiwa seorang pendidik yang layak disebut guru “digugu dan
ditiru” dalam aspek keluasan ilmu dan keluhuran perilaku yang menyatu
menjadi sebuah keniscayaan. Apalagi terkait dengan penanaman perilaku/etika.
Kebijakan, kesabaran, keistiqamahan menjadi santapan keseharian dalam menanam
sebuah perilaku. Wajar, jika kebiasaan mengambil waktu 5-10 menit di setiap
akhir kuliah digunakan untuk mengingatkan/muhasabah agar perilaku kehidupan
mahasiswa tidak melenceng dari nilai-nilai Islam.
Begitu elegannya
motto yang diusung FE UIN Maliki. Mengingatkan kepada saya, untuk selalu
berusaha mewujudkannya. Raudlah al-Hikmah wa al-Suluk (Garden
of Knowledge
& ethics), tulisan berhuruf kecil yang sering terlewatkan dan
dianggap tanpa makna. (us).
0 komentar:
Posting Komentar