SEJAK SEKOLAH DASAR BELAJAR INTEGRATIF
Seolah sudah menjadi kewajiban ketika sekolah di
masa kecil, -belajar agama adalah yang paling penting-. Walaupun sudah
belajar dan terdaftar sebagai murid di Sekolah Dasar (SD) tetapi masih harus belajar di
madrasah. Tidak hanya itu, tetapi harus juga mengaji di guru ngaji.
Demikian situasi yang pernah saya alami pada masa kecil hidup di kampung, desa Glagah kecamatan Glagah Kabupaten
Lamongan. Ketika itu, saya masih berkumpul dengan keluarga dari lahir sampai
lulus Sekolah Dasar Negeri dan lulus Madrasah Ibtidaiyah (1955-1968).
Sebagaimana anak-anak sebaya lainnya, pagi hari
saya belajar di Sekolah Dasar Negeri Glagah Lamongan, dan sore harinya belajar
di Madrasah Ibtidaiyah Falahiyah Glagah Lamongan. Lulus dari dua sekolah
tersebut secara bersamaan, yaitu tahun 1968. Tidak cukup belajar pada kedua
lembaga pendidikan formal tersebut, tetapi malam hari setelah solat Maghrib
bertempat di Masjid dan pagi hari setelah solat Subuh belajar secara informal,
yaitu mengaji al-Qur’an. Guru mengajinya sama, yaitu al-maghfur lah Kyai
Nasuhah, paman saya yang mukhlis dan tampat sangat berwibawa.
Setelah lulus sekolah di kampung, mengikuti jejak
teman-teman senior sekampung belajar nyantri di Pondok Pesantren Qomaruddin
Sampurnan Bungah Gresik yang diasuh oleh Kyai sepuh, yaitu al-Mukarrom KH.
Muhammad Soleh menantu al-Mukarrom KH. Ismail.
Di Pesantren, mengikuti dua program pendidikan; belajar di Madrasah
Ibtidaiyah Ma’arif Assa’adah Sampurnan Bungah sebagai lembaga pendidikan formal,
dan mengikuti beberapa kegiatan pendidikan informal; mengaji al-Qur’an,
beberapa pengajian kitab klasik (kitab kuning), dan kegiatan suplemen lainnya.
Ketika masuk pesantren, saya mendaftar di Madrasah
Ibtidaiyah, tidak di tingkat Tsanawiyah, dan memilih masuk di kelas 5. Kenapa
mengulang kelas 5, padahal sudah lulus SD dan MI ? Lagi-lagi karena mengikuti jejak dan saran senior yang lebih dulu mondok. Mereka memberi informasi bahwa pelajaran MI
di pesantren Bungah itu sulit, khususnya mata pelajaran agama, seperti Tauhid,
Fiqh, Akhlaq, al-Qur’an, Hadis, Tarikh, dan Bahasa Arab. Untuk bahasa Arab
masih dipecah lagi menjadi beberapa mata pelajaran; Muhadasah, Insya’, Muthala’ah,
Ilmu Nahwu (Kaidah Bahasa Arab/Grametika Bahasa Arab), Ilmu Sharaf , dan I’lal.
Sebagian besar pelajaran tersebut memakai sistem hafalan, karena buku yang
dipakai semuanya berbahasa Arab.
Berdasar informasi dan saran dari para senior, saya mengikutinya. Selama
mengikuti pelajaran di kelas 5 dan 6 saya sama sekali tidak merasa ada
kesulitan, justru selalu meraih prestasi kedua terbaik, setelah posisi pertama
selalu diraih oleh sahabat idola saya; Moh. As’ad Toha. Posisi ini berlanjut
sampai kelas 3 Madrasah Tsanawiyah, karena saya tidak pernah berhasil merubah
posisi untuk naik pada posisi pertama. Karena prestasi itu, maka setiap akhir
tahun saya selalu mendapatkan penghargaan berupa
seperangkat alat sekolah. Kalau dilihat bentuk hadiahnya sepertinya tidak
terlalu istimewa, tetapi ada kebanggaan tersendiri ketika mendapatkan kesempatan
naik panggung setelah diumumkan dan dipanggil untuk menerima hadiah tersebut pada acara tahunan yang
disebut dengan haflah al-imtihan.
Pada akhir tahun kelas 6, saya bersama-sama teman
sekelas menerima dua ijasah sekaligus; pertama,
Ijasah Madrasah Ibtidaiyah Assa’adah Sampurnan Bungah (25 Desember 1970) dan kedua, Ijasah Sekolah Dasar Negeri (SDN)
extranie (persamaan/1970), karena disamping harus menempuh ujian akhir di
Madrasah juga diikutkan ujian SD.
Jadi untuk ijasah sekolah tingkat dasar, saya
memiliki 4 ijasah; 2 ijasah saya peroleh ketika sekolah di kampung berupa
ijasah Madrasah Ibtidaiyah Falahiyah dan ijasah Sekolah Dasar Negeri Glagah
Lamongan, dan 2 ijasah ketika di pesantren. Dari 4 ijasah tersebut yang masih tersimpan dengan
baik hanya satu, yaitu Ijasah Madrasah Ibtidaiyah yang saya peroleh dari Pondok
Pesantren, tiga lainnya tidak terlacak posisinya.
Lulus Madrasah Ibtidaiyah saya melanjutkan ke
tingkat selanjutnya, yaitu Madrasah Tsanawiyah Assa’adah Sampurnan Bungah
Gresik, lembaga pendidikan di bawah naungan Pondok Pesantren. Sebagaimana
ketika di Madrasah Ibtidaiyah, pelajaran di Madrasah Tsanawiyah juga ada mata
pelajaran umum (seperti Aljabar, Ilmu Ukur, Sejarah Umum/Dunia, Ilmu Bumi, Ilmu
hayat, dll). Proses belajar di Tasnawiyah saya tempuh selama tiga tahun sampai
lulus dengan memperoleh ijasah dari madrasah Tsanawiyah tersebut (1973).
Setelah lulus madrasah Tsanawiyah saya melanjutkan
ke tingkat berikutnya, yaitu madrasah Aliyah Assa’adah, dibawah naungan Pondok
Pesantren yang sama. Masa
belajar di Aliyah yang seharusnya ditempuh selama 3 tahun, hanya saya lakukan 2
tahun saja. Pasalnya adalah pada tahun kedua (1975) dengan inisiatif sendiri saya
pindah sekolah tidak tahu kemana. Tetapi pada akhirnya mengambil keputusan untuk
meneruskan di PGA 6 tahun (Pendidikan Guru Agama 6 Tahun) Ma’arif di
Bojonegoro, setelah mendapatkan ijasah PGA 4 Tahun (1975). Ijasah tersebut saya
peroleh ketika Kepala Madrasah Aliyah memberi kesempatan kepada beberapa siswa
untuk mengikuti ujian extranie (persamaan).
Kepindahan saya dari Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan
Bungah sebenarnya tidak hanya karena memiliki ijasah PGAN 4 Tahun, namun ada
alasan lain, yaitu saya sangat merasa kehilangan sahabat yang tidak hanya saya
idolakan tetapi sekaligus sebagai kompetitor. Setelah lulus Tsanawiyah, sahabat
saya tadi pindah mondok di PP Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang. Siapa gerangan sahabat saya
tersebut; yaitu sahabat Moh. As’ad Toha (sekarang tokoh di Gresik; pengelola
Perguruan Tinggi di Pesantren, Anggota Legislatif, Pengurus Partai Politik, dan
Muballigh). Semoga Alla SWT senantiasa memberikan Rahmah dan kesehatan
kepadanya, amien.
Di PGA 6 Tahun cukup saya tempuh selama dua tahun
saja. Setelah lulus dengan ijasah PGAN 6 Tahun (1977) saya mencoba mengikuti
tes masuk di IAIN Sunan Ampel Surabaya dan Alhamdulillah diterima di Fakultas
Syariah (1977). Pada 1982 lulus Sarjana Muda (Sarmud) setelah menempuh ujian
Tugas Akhir dengan Risalah yang berjudul “
Proses Kasasi di Pengadilan Agama Surabaya”.
Lulus Sarmud mengikuti tes masuk Program Doktoral, masih di Fakultas yang
sama. Dari hasil tes bersama dengan 13 yang lain saya diterima di Jurusan
Tafsir Hadis (TH). Sekarang jurusan tersebut ada di Fakultas Ushuluddin. Merasa kurang pas tentang hasil tes, saya
mencoba menghadap ke Dekan dengan mohon bisa di jurusan yang lain, yaitu
Jurusan Peradilan Agama (PA). Hasilnya, saya mendapat “amarah” (maksudnya
penjelasan dan nasehat) dengan menyatakan : “Kamu ini bagaimana, yang diterima di jurusan TH itu adalah peserta yang
hasil tesnya terbaik. Sisanya masuk di Jurusan PA dan Jurusan Muamalah. Kemudian
beliau menruskan ucapannya; sudah, tidak
bisa dirubah-rubah, kamu tetap di Jurusan TH.”
Tahun 1985 lulus sebagai Sarjana Lengkap (Sarleng)
setelah dinyatakan lulus ujian skripsi (21 Agustus 1985) dengan judul “Al-Qur’an dan Sistem Perekonomian”
dengan pembimbing al-maghfur lah Bapak Drs. H. Zen Soeprapto dekan Fakultas
Syari’ah pada waktu itu. Tim penguji skripsi, al-maghfur lah Bapk. Prof. Dr. H.
Abdul Djalal, HA, al-maghfur lah Bapak Drs. HM. Sofwan Dasuki dan pembimbing.
Beberapa tahun berikutnya mencoba melanjutkan
studi Program Pascasarjana di Program Magister Agama dengan konsentrasi Ekonomi
Islam PPS Universitas Muhammadiyah Malang. Lulus tahun 2003 dengan tesis yang
berjudul “Aplikasi Pengelolaan Dana ZIS
Pada Lembaga Zakat, Infa dan Shadaah (Lagzis) Kota Malang” di bawah bimbingan Bapak Dr. Iwan Triyuwono,
Ak.,M.,Ec sebagai pembimbing utama dan Bapak Drs. M. Qasim Ahsin, MA sebagai
pembimbing pendamping. Tim penguji tesis
(7 Januari 2003), Bapak Dr. H. Muhaimin, MA, Drs. HM. Munir, MA, dan dua
pembimbing tesis.
Selang beberapa tahun kemudian melanjutkan studi
di Program Doktor (S-3) Program Studi Ilmu Ke-Islaman dengan konsentrasi Sosiologi Ekonomi Islam pada Program
Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Lulus 1 Pebruari 2011 dengan disertasi
yang berjudul “Pola Pemahaman Agama dan
Perilaku Ekonomi Masyarakat Perajin Tempe di Kelurahan Purwantoro Kecamatan
Blimbing Malang”. Tim penguji ketika promisi (ujian terbuka) adalah Prof. Dr. H. M. Ridlwan
Nasir, MA (Ketua/Penguji), Prof. Dr. H. Burhan Djamaluddin, MA
(Sekretaris/Penguji), Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si (Promotor/Penguji),
Prof. Drs. HM. Syafiie Idrus, M.Ec., Ph.D (Promotor/Penguji), Prof. Dr. H. Muslich
Anshori, SE., M.Sc. Ak (Penguji Utama), Prof. Dr. HM. Zainul Arifin, MA
(Penguji), dan Prof. Dr. H. Isma’il Nawawi, MPA., M.Si (Penguji).
Disampin latar
pendidikan formal diatas, saya juga berkesempatan mengikuti bebera event
edukasi informal, yaitu antara lain; A. Regional Training Session for
Guidence Counsellor, in the field of
Islamic Education and Arabic Language, Jakarta, 11-16 Oct. 1999, Pelatihan
Perancangan & Pengembangan Penjaminan Mutu Berbasis SPM-PT & SMM ISO
9001:2000, Training on Management of Islamic Higher
Educational Institutions, 26-31 Agustus 2002, di Malaysia dan Singapure, Training on Manajemen Pembinaan
Kegiatan Kemahasiswaan Serawak Malaysia, Training
on Management Sudent Wellfare, Paguyuban Pembantu Rektor III dan
Pembantu Ketua III UIN/IAIN/STAIN se Indonesia di UNIMAS Serawak Malaysia 21-26 Oktober 2004, dan Training Programme on
University Management Academic Officials of The State Islamic University of
Malang to Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), 8-17 November 2006.
Dari bebera catatan di atas, mulai dari sekolah
dasar sampai program doctor, model pengembangan kajian yang saya tempuh dan
ikuti adalah berbasis integrative. Bagaimana tidak, wong ketika di sekolah di
tingkat dasar sampai menengah atas selalu mempelajari dua bidang ilmu, yaitu
ilmu agama dan ilmu umum. Walaupun masih terkesan ada dualisme ilmu, tetapi
tanpa terasa dalam prakteknya keduanya selalu terpakai dalam kehidupan
sehari-hari. Demikian juga, ketika di program Magister, saya mencoba
mengintegrasikan antara ilmu manajemen (konvensional) dengan system pengelolaan
zakat. Yang terakhir, ketika program doctor, justru saya masuk di tiga ranah
keilmuan sekaligus, yaitu ilmu sosiologi, ilmu ekonomi, dan agama. Wallahu a’lam bi al’Shawab.
Malang, 15 April 2013
HA. Muhtadi Ridwan
0 komentar:
Posting Komentar