Minggu, 15 Februari 2015

SANG NAHKODA

Adalah sangat sulit untuk mulai memaparkan, melukiskan, memotret ataupun apalah namanya bagi orang tua, guru, panutan saya abah muhtadi. Begitu banyak kesan yang mendalam dari pribadi beliau yang begitu luas dan teduh. Tentunya tidak cukup dituliskan dalam satu dua lembar. Tapi demi untuk menjadi bagian dari kapal ekonomi, saya akan mencoba mengungkapkan apa yang saya lihat, dapat, alami dan rasakan bersama beliau ketika menjadi nakhoda kapal ekonomi ini.

Saya mengenal beliau biasa disebut abah Muhtadi sebagai pribadi yang hangat penuh humoris, mudah akrab dengan siapapun dan penuh perhatian. Abah kalau ngobrol seperti teman bukan antara pimpinan dengan bawahan.  Bisa seperti orang tua dan kayak sahabat. Perhatian sama siapa saja, pernah bertanya kok belum pulang? Kebetulan ketika itu sudah sore tapi saya  masih di fakultas, “sudah makan belum”? Dan kalau makan di kampus pun beliau tidak segan-segan berbaur dengan semua sivitas akademik ekonomi.

Sebagai pemimpin abah selalu mengedepankan ‘anak buah’, membela anak buah. Beliau ingin semuanya baik dan sejahtera. Kalau kebetulan ada acara di kampus dan ada beberapa orang yang belum atau tidak bisa hadir, beliau senantiasa ber- khusnuddzon mungkin ada kesibukan di rumah atau di tempat lain. Jika ada kebijakan tentang ‘sesuatu’ dari kampus (bukan fakultas) semisal ‘bintang’ nya belum jatuh di mana yang menjadikan para dosen (terutama dosen el be) harus bersabar maka dengan ksatria beliau menyampaikan maaf pada semua dosen atas situasi tersebut.

Cara Abah memimpin bisa dikatakan ‘nyante’ tapi serius, meski dengan model guyonan terpenting selesai. Makanya tidak salah kalau kampus hijau Maliki mendaulat beliau menjadi pucuk pimpinan dalam proses diakuinya UIN Maliki mencapai derajat manajemen ISO yang bertaraf dunia tersebut. Beliau tidak suka memarahi anak buah bila ada yang tidak beres atau menyalahi SOP, beliau hanya menggunakan ‘lughot kinayah’, untuk mengngatkannya. Dan cara ini sangat efektif untuk membenahinya.

Meski abah terlihat nyante dan suka guyonan, visi yang ditanamkan pada sicitas akademik sangat luar biasa. Di mana ingin menjadikan fakultas ekonomi sejajar dengan kampus-kampus besar. Maka dengan kepemimpinan beliau ekonomi menjadikan jurusan manajemen mendapatkan predikat akreditasi A, yang bersaing dengan kampus-kampus besar yang sudah mapan di negeri ini.

Abah itu tipe pemimpin idealis tapi tradisionalis, meski santri tapi ber-pikiran modern, ide-ide beliau cemerlang bahkan melebihi kalangan muda-muda seperti kita, beliau bisa saya katakan waktu kerjanya adalah 25 jam, gimana yang laen sudah pada buru-buru pulang pengen ketemu ”yang dikangeni” abah masih dikampus bahkan sering larut, fajar hampir menyingsing. Dan kalau di rumahpun kemungkinan abah tidak diam untuk memikirkan fakultas kita tercinta ini, untuk lebih baik dan sejahtera. Disamping itu beliau sangat disiplin dan amanah. Kalau saja undang-undangnya bisa ditambah satu periode lagi, tentu saya akan mendukung abah menjadi nakhoda FE sekali lagi he..he. Kita sangat banyak belajar dari beliau, kalau bisa model kepemimpinan beliau bisa dijadikan judul tesis atau desertasi agar ilmu dan kepemimpinan beliau yang mulia ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya yang relatif muda-muda ini. Posisi apapun Abah setelah ini, saya selalu berdoa agar abah dan keluarga sehat dan panjang umur. Selalu ingat kepada kami yang masih belajar ini. Terima kasih abah atas nasehat, teguran dan bimbingannya. Itulah yang menjadikan saya bernilai dan menjadi lebih dewasa. Semoga ilmu abah bermanfaat bagi kami. Amiin ya rabbal ‘alamin.

(Oleh : AHMAD MU’IS)
Sumber : Buku Sang Inspirator

0 komentar:

Posting Komentar