Rabu, 27 Maret 2013

YANG MENARIK DARI KUNJUNGAN WAPRES

Senin, 25 Maret 2013 adalah hari bersejarah bagi civitas akademika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN-Maliki) Malang. Kenapa, karena pada hari itu kampus yang dikenal sebagai The Center of Excellence and Islamic Civilization kedatangan tamu penting, yaitu orang nomer 2 Republik ini; Wakil Presiden RI Prof. Dr. Boediono bersama ibu Herawati Boediono. Kunjungan kenegaraan Boediono yang disertai Menteri Agama RI., Dr. (HC) H. Suryadhama Ali, Wakil Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI., dan Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo (Pakde Karwo) adalah untuk memberikan kuliah tamu dan meresmikan penggunaan gedung Sekolah Pascasarjana UIN Maliki Malang.

Saya mencatat beberapa hal menarik pada event penting ini. Kedua tamu penting, yaitu SDA dan Pakde Karwo berkesempatan memberikan sambutan; Pakde Karwo atas nama rumah warga Jawa Timur dan SDA atas Penanggung Jawab Instansi Kementerian Agama. Keduanya, disamping sebagai pejabat negara juga aktivis partai; Pakde Karwo di Partai Demokrat dan SDA di Partai Persatuan Pembangunan.

Ketika berkesempatan memberi sambutan mereka saling meledek (gojlokan), tradisi yang biasa dilakukan di lingkungan aktivis partai. Ledekan keduanya justru juga dialamatkan kepada Pak Imam (Prof. Dr. H. Imam Suprayogo) Rektor UIN Maliki Malang.

Pakde Karwo yang mendapatkan kesempatan pertama kali menyampaikan dengan nada memuji bahwa Pak Imam yang saya kenal adalah sosok yang kreative, inovative dan piawai di bidang komunikasi. “Pak Imam sosok yang pandai bernegosiasi dengan berbagai relasi sehingga gedung Sekolah Pascasarjana UIN Maliki Malang yang terletak di jalan Soekarno 1 desa Dadaprejo Kota Batu ini dapat berdiri megah seperti ini. Sosok Pak Imam, kalau bahasa Malang-nya adalah “pinter ngglembuk”, tetapi saya sangat senang”, kata Pakde Karwo saat memberikan sambutan.

Kreativitas dan inovasi Pak Imam yang menarik lainnya adalah kekhasan pengembangan keilmuannya. Sistem pengajarannya tidak melulu keagamaan, tetapi disandingkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Ini sudah benar, karena kitab kuning di gabungkan dengan iptek, atau kombinasi agam dan iptek adalah kunci kemakmuran masyarakat. Jadi Pak Imam sudah pada jalan yang benar “shirathal mustaqim”, demikian Pakde melanjutkan.

Ketika mengakhiri sambutannya, Pakde masih sempat berkelakar dengan minta kepada SDA agar jatah partainya minta ditambah, dan mudah-mudahan partainya semakin berkembang dengan baik.

Giliran SDA, ketika memberi sambutan juga menyambut kelakar Pakde bahwa “disebut seperti itu saja saya sudah sangat senang”. Dan perlu saya sampaikan bahwa Pak Imam pernah mengatakan kepada saya; sebelum saya mengakhiri jabatan sebagai rektor meminta kepada saya untuk bisa menghadirkan bapak wapres datang di kampus ini, itu cita-citanya. Bukan untuk meminta rekomendasi agar masa jabatannya ditambah. Demikian SDA mengawali sambutannya yang disambut gempita para hadirin.  

SDA juga melaporkan kepada wapres bahwa perkembangan lembaga pendidikan agama sekarang sudah setara dengan lembaga pendidikan umum lainnya. Di beberapa Universitas Islam Negeri di Indonesia sudah mengembangkan ilmu pengetahuan seperti di Perguruan Tinggi Umum, yaitu ilmu kedokteran, ilmu ekonomi, ilmu psikologi, ilmu sains dan teknologi, dan humaniora dan budaya. Perbedaannya tentu ada, sebagaimana juga disampaikan Pakde Karwo tadi bahwa pendekatan kajiannya memadukan antara sains dan agama atau memakai paradigma integrasi.

“Secara spesifik akademik, pengembangan keilmuannya tidak saja bersumber dari metode-metode ilmiah melalui penalaran logis, seperti observasi dan eksperimentasi, tetapi juga bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu posisi al-Qur’an dan Sunnah menjadi sangat sentral dalam kerangka integrasi keilmuan tersebut”, kata SDA menjelaskan dalam mengakhiri sambutannya.

Bagaimana denganBoediono. Ketika mengawali pidato beliau juga menanggapi dengan kelakar. “Saya berbeda dan tidak bisa seperti Pak Gubernur dan Pak Menteri, jadi terus terang saya kalah”. Kemudian Pak Imam, yang menjadi sasaran kelakar dari tempat duduknya menyambut dengan tersenyum.

Kiranya memang tidak terlalu berlebihan apa yang menjadi materi kelakar di atas. Pak Imam mungkin atau memang pemegang rekor terlama sebagai rektor, yaitu 15 tahun lebih, ditambah pengalaman bidang yang sama sebelumnya selama 13 tahun. Ini tidak hanya rekor di PTAI, tetapi perguruan tinggi se Indonesia.  Pengalaman yang sangat matang untuk berkiprah pada posisi dan tugas selanjutnya, begitu kira-kira.     

Yang menarik lainnya, sebagaimana disampaikan Pak Imam sebagai pengantar acara, yaitu kedatangan pemimpin negara kali ini adalah merupakan kebanggaan sekaligus kebahagiaan bagi warga kampus, karena sebagian besar Presiden dan wakil presiden atau mantan sudah datang ke kampus ini. Untuk wapres Boediono ini merupakan kedatangan yang kesekian kalinya.

Sebelumnya secara berturut-turut datang wapres Hamzah Haz, presiden Abdurrhaman Wahid, presiden Soesilo Bambang Yudoyono, mantan presiden BJ. Habibi, mantan presiden Megawati Soekarno Putri, dan mantan wapres Yusuf Kalla. Kami sangat merasakan ada dorongan dan motivasi sekaligus inspirasi dalam pengembangan kampus ini karena kedatangan para pemimpin di negeri ini.

Cita-citanya sangat sederhana, kenapa kampus ini harus berusaha mendatangkan orang-orang penting tersebut, yaitu semoga dari kampus ini akan lahir pemimpin-pemimpin di masa depan di negeri ini, sebagaimana tamu-tamu penting yang berkenan datang dan memberi semangat untuk selalu memberikan yang terbaik dan kemaslahatan buat umatnya.

Wallahu a’lam bishshawab,
Malang, 27 Maret 2013
HA. Muhtadi Ridwan


0 komentar:

Posting Komentar