Kamis, 07 Maret 2013

YANG DI DEPAN YANG VISIONER

Semua orang, apapun profesinya yang hidup secara normal di dunia ini pasti menginginkan hidupnya ada peningkatan, yang merasa bodoh ingin pinter, yang merasa miskin ingin kaya, yang lagi sakit ingin sembuh, yang lemah ingin menjadi kuat, dan seterusnya. Kenyataannya sering kali kita mengetahui dan atau kadang mengalaminya sendiri, bahwa tidak serta merta semua keinginan tersebut dapat diraih. Persoalannya adalah mungkin cita-cita tersebut tidak atau belum dibarengi dengan upaya yang sungguh-sungguh, sehingga yang terjadi adalah keputusasaan dan kadang menyalahkan situasi, kondisi dan tidak jarang justru orang lain. Persoalan lainnya adalah mungkin yang bersangkutan belum mengerti dan memahami secara benar tentang potensi yang miliki, kurang bisa memposisikan dirinya sendiri, sehingga tidak tahu dan terlalu risau apa sebenarnya yang harus dilakukan, apalagi upaya menyeleksi peluang yang ada depan mata, bisa dipastikan luput dari perhatiannya. Karenanya, tepat sekali apa yang disampaikan oleh Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Prof. Dr. H. Imam Suprayogo ketika memberi arahan kepada para penerima Surat Keputusan (SK) kenaikan pangkat bagi dosen, calon dosen, dan karyawannya yang berjumlah sekitar 150-an personel pada hari Rabu, 8 Juni 2011 pukul 13.00-16.00 wib di kampus tercinta. Tradisi bagus yang selalu dilakukan di kampus ini, yaitu Rektor memberikan SK secara langsung kepada penerima sekaligus memberikan pesan-pesan tentang konsekwensi penerimaan SK untuk peningkatan performent, baik performent personel dari aspek intelektual, emosional dan spiritual yang bersangkutan maupun performent kelembagaan ke arah pengembangan ke depan yang lebih baik dan menjanjikan bagi peningkatan kualitas, martabat, dan kesejahteraan. Disamping itu, Rektor secara telaten mengingatkan model pakaian yang dirasa kurang patut dan mengecek secara langsung kemampuan membaca al-Qur’an terutama bagi penerima SK Calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Calon Dosen (Cados) dengan disaksikan oleh para petinggi kampus dan keluarga mereka. Ada beberapa catatan yang saya dapat pada kesempatan ikut menyaksikan pertemuan tersebut dari arahan Rektor, yaitu antara lain; Pertama, kenaikan pangkat pada hakekatnya adalah penghargaan lembaga (UIN Maliki Malang) atas prestasi yang diperoleh oleh seorang Pegawai. Prestasi tersebut tidak hanya diukur dari kinerjanya tetapi yang paling penting adalah diukur dari aspek spiritualitas dan emosional yang bersangkutan; bagaimana solat jama’ahnya, bagaimana membaca al-Qur’anya, dan bagaimana hubungan antar kolega kerjanya. Parameter penilaian ini sebetulnya masih sangat sederhana dan perlu ditingkatkan. Ke depan harus segera dibuat instrumen sebagai parameter yang dapat dipakai sebagai dasar pemberian penghargaan dan kenaikan pangkat bagi setiap personil, dan lebih dari itu dapat dipakai sebagai bahan job analysis. Instrumen tersebut harus dikembangkan dari konsep 4 (empat) kekuatan yang harus dimiliki oleh setiap personil di kampus ini, yaitu kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan profesional. Arahan di atas mengingatkan saya ketika terlibat diskusi dengan temen-temen di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) UIN Maliki Malang sekitar lima bulan (akhir Januari 2011) yang lalu tentang hal tersebut yang hasilnya juga sudah saya coba komunikasikan dengan Rektor. Argumentasi yang saya sampaikan bahwa sudah banyak sekali konsep dan ide besar yang lahir di kampus ini; tentang ulul albab, integrasi sains dan agama, pohon ilmu, dll. yang memerlukan pengembangan. Bentuk pengembangannya antara lain membuat instrumen sebagai parameter untuk mengetahui tingkat kualitas Sumber Daya Insani (SDI) yang memiliki predikat ulul albab, dst. Argumentasi lainnya adalah cita-cita UIN Maliki Malang untuk menjadi guru dalam pengembangan kampus Islam di Indonesia, memerlukan contoh yang lebih konkrit, karena seringkali kampus lain kesulitan mengikuti perkembangan kampus kita ini. Tidak kalah penting perlu segera dipastikan ada system pembinaan SDM yang sistemik, sehingga control pengembangannya bisa dilakukan secara jelas. Sistem tersebut bisa dimulai dari mapping potensi, kepribadian dan kompetensi seluruh personil, kemudian menentukan materi, pola, dan teknis pelaksanaannya. Kedua, penilaian tentang suasana ruang pertemuan dan justru ini yang menjadi perhatian Rektor, terutama ketika terlihat sebagian besar dari penerima SK yang berjumlah sekitar 150-an itu mengambil tempat duduk di belakang, padahal masih banyak sekali tempat duduk di depan yang kosong. “Wong mau duduk saja belum bisa kok naik pangkat” dan “di belakang itu tanda keterbelakangan, di belakang kok katanya maju” Pernyataan sederhana dari Rektor yang mengandung makna ”peringatan” dan ”sindiran tajam” ini perlu mendapatkan perhatian serius sebagai motivasi dan evaluasi diri dari semua pihak di kampus ini. Lebih dari itu, Rektor meminta kepada Pembantu Rektor bidang Administrasi Umum, Kepala Biro Administrasi Umum, dan sudah tentu kepada personil yang hadir dan yang tidak hadir, agar berikutnya tidak terjadi lagi, dan kalau suasananya masih seperti ini SK akan dibatalkan. Ini peringatan baik dan keras yang sudah barang tentu demi kebaikan bersama. Memang harapan kita : “Semua warga sivitas akademika kita harus berebut menjadi yang terdepan secara proporsinal dan professional. Mengapa ? karena Yang di depan adalah yang visioner. Yang visioner adalah yang maju, dan yang maju adalah yang tambah derajat dan tambah kesejahteraannya.” Sekian, Wallahu a’lam bishshawab. 9 Juni 2011.

0 komentar:

Posting Komentar