Dr. HA. Muhtadi Ridwan, MA,
Dekan yang Juga “Bapak” Anak Yatim
“UPAYA ANAK YATIM BISA
SEKOLAH”
(Sumber; Jawa
Pos Radar Malang, rubrik Spirit Religi, edisi Jum’at 23 November 2012, hal. 40)
Kesibukan
Muhtadi Ridwan sebagai dekan Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang, tak
menghalanginya untuk menjadi bapak bagi anak-anak yatim di Yayasan Anak Yatim
At-Taufiq yang berada di daerah Sanan Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing
Malang.
Sebagaimana seorang bapak,
Muhtadi menganggap anak yatim sebagai anaknya sendiri. Menurut dia, anak yatim
itu sebagaimana layaknya anak-anak lainnya, yang membutuhkan seorang bapak atau
ibu yang selalu memperhatikannya. “Contohnya, ketika mengetahui saya ke tempat
tinggal mereka di asrama yayasan, mereka mendekat. Mereka secara bergantian,
ada yang menyampaikan dan/atau menanyakan beberapa hal secara bergantian. Ada
yang menyampaikan apa yang dilakukan, tentang sekolah, tentang nilai, tentang
temannya yang nakal, dll. Ada juga yang menanyakan perihal pelajaran, dan
banyak hal. Kalau sudah begitu, saya mencoba memperhatikan dan mendengar secara
seksama, kemudian mencoba untuk merespon dengan menjawab dan menjelaskan
beberapa pertanyaan dan informasi mereka”, katanya ketika ditemui Radar di
kantornya Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang kemarin.
Kepedulian kepada anak yatim
bagi Muhtadi merupakan kewajiban. Hal ini lantaran dia sadar betul kalau tidak
ada yang membantu, maka anak yatim tersebut akan terlantar, lebih-lebih soal
pendidikannya yang memerlukan perhatian secara khusus. “Di tempat itu kami berupaya
memenuhi kebutuhan mereka, mulai dari kebutuhan hidup sehari-hari, kebutuhan
pakaian, kebutuhan pendidikan keagamaan, dan pendidikan formalnya. Khusus
kebutuhan pendidikan menjadi prioritas perhatian kami. Syarat yang kami berikan
untuk menjadi anak asuh adalah yang bersangkutan “mau dan harus sekolah”,
mulai jenjang paling rendah “PAUD” sampai minimal lulus SLTA. Kalau mereka
masih mau melanjutkan di Perguruan Tinggi juga kami fasilitasi”, selain itu
kami juga menerima anak yang masih kecil, belum umur sekolah, jelas peraih
gelar doktor pada Program Studi Ke-Islaman dengan konsentrasi Sosiologi Ekonomi
Islam di Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Sampai saat ini, anak asuh
kami kurang lebih sudah 200 anak asuh. Beberapa diantara mereka sudah lulus
sekolah SLTA dan sebagian besar sudah bekerja, justru banyak yang sudah punya
anak. Anak asuh aktif saat ini ada 42 anak. Bahkan ada empat anak asuh yang
sejak kecil kami asuh, sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di
Kota Malang dan Surabaya. Mereka mendapat beasiswa dari Yayasan Dana Sosial
al-Falah Malang dan Yayasan Yatim Mandiri Malang. “Kalau melihat mereka sukses
itu, kami senang sekali”, papar suami dari Dra. Hj. Jamilah Abdullah Mahmud.
Memang, kesibukannya sebagai
dekan membuat Muhtadi tidak bisa intens membina anak yatim di tempatnya
tersebut. Namun, walaupun begitu tidak ada masalah, karena banyak sekali tenaga
yang ikut berpartisipasi membina dan merawat mereka. Tentang sumber dana,
alhamdulillah tidak ada masalah, karena banyak sekali masyarakat yang peduli,
dengan dibuktikan bahwa dalam sebulan menurut data di buku tamu rata-rata tamu
yang berkunjung sekitar 60 lebih, jadi setiap hari rata-rata 2 tamu kunjungan,
imbuh ayah lima anak tersebut.
Bagi Muhtadi, dirinya tidak
pernah meminta imbalan apa-apa dari aktivitasnya membina anak yatim. Sebab,
melihat anak-anak senang, bergembira, semangat belajar dan semangat mengaji,
apalagi sukses meskipun hidup tanpa orang tua, merupakan kebanggaan tiada tara.
Dirinya sampai sekarang terus berkomunikasi layaknya ayah dan anak dengan para
alumnus yayasan tersebut. “Bahkan mereka juga sering berkunjung dan terlibat
beberapa kegiatan yayasan. Mereka juga sering berbagi dengan memberi uang kepada
adik-adiknya di yayasan. Seperti Itu kebanggaan bagi kami, kalau mereka sudah
mapan”, papar pria kelahiran Lamongan, 2 Maret 1955 itu.
Sampai saat ini, meskipun
dirinya sudah menginjak umur 57 tahun, tetap ingin terus mengabdi di tempat
tersebut, apapun posisinya, selama masih diberi kepercayaan untuk mengurus
yayasan At-Taufiq. “Ini adalah dedikasi saya, kalau masih dipercaya ya saya
siap mengabdi karena memberi dedikasi itu tidak kenal batas usia”, tambahnya.
Yayasan yang beriri sejak 1996
ini telah mempunya dua bidang tanah. Satu bidang yang berada di Sanan Malang merupakan
wakaf dari keluarga Bapak H. Aburrahman Sanan Malang. Di atas tanah seluas 540
m2 tersebut telah beriri satu unit gedung tempat asrama putra, dan satu unit
masjid kecil. Satu bidang lainnya berada di Jl. Sebuku VI Kelurahan Bunulrejo
Blimbing Malang dengan luas tanah 430 m2. Tanah tersebut sebagian berasal dari
wakaf keluarga Bapak Prof. Dr. H. Djunaidi Ghani dan sebagian hasil pembelian
yayasan. Rencananya akan dibangun untuk asrama putri sekalian untuk kegiatan
masyarakat, khususnya jama’ah ibu-ibu di sekitarnya.
Muhtadi bukan hanya ketua
yayasan di tempat tersebut, dirinya juga merupakan pendiri yayasan At-Taufiq
dengan sepuluh tokoh masyarakat di kampungnya. Pendirian yayasan bermula dari
kesepakatan setelah mendapatkan uang saweran (klontangan) ketika warga Sanan
yang kebanyakan perajin tempe itu mengadakan pengajian syukuran peringatan HUT
Kemerdekaan RI tahun 1995 sebesar Rp. 55. Dua bulan berikutnya bertambah
sebesar Rp. 125 ribu. Uang inilah yang dijadikan sebagai modal awal untuk
menyantuni 3 anak yatim, tepatnya mulai Januari 1996 . (riq/lid)
0 komentar:
Posting Komentar