Kamis, 14 Maret 2013

UPAYA ANAK YATIM BISA SEKOLAH


Dr. HA. Muhtadi Ridwan, MA, Dekan yang Juga “Bapak” Anak Yatim
“UPAYA ANAK YATIM BISA SEKOLAH”
(Sumber; Jawa Pos Radar Malang, rubrik Spirit Religi, edisi Jum’at 23 November 2012, hal. 40)

Kesibukan Muhtadi Ridwan sebagai dekan Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang, tak menghalanginya untuk menjadi bapak bagi anak-anak yatim di Yayasan Anak Yatim At-Taufiq yang berada di daerah Sanan Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Malang.

Sebagaimana seorang bapak, Muhtadi menganggap anak yatim sebagai anaknya sendiri. Menurut dia, anak yatim itu sebagaimana layaknya anak-anak lainnya, yang membutuhkan seorang bapak atau ibu yang selalu memperhatikannya. “Contohnya, ketika mengetahui saya ke tempat tinggal mereka di asrama yayasan, mereka mendekat. Mereka secara bergantian, ada yang menyampaikan dan/atau menanyakan beberapa hal secara bergantian. Ada yang menyampaikan apa yang dilakukan, tentang sekolah, tentang nilai, tentang temannya yang nakal, dll. Ada juga yang menanyakan perihal pelajaran, dan banyak hal. Kalau sudah begitu, saya mencoba memperhatikan dan mendengar secara seksama, kemudian mencoba untuk merespon dengan menjawab dan menjelaskan beberapa pertanyaan dan informasi mereka”, katanya ketika ditemui Radar di kantornya Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang kemarin.
Kepedulian kepada anak yatim bagi Muhtadi merupakan kewajiban. Hal ini lantaran dia sadar betul kalau tidak ada yang membantu, maka anak yatim tersebut akan terlantar, lebih-lebih soal pendidikannya yang memerlukan perhatian secara khusus. “Di tempat itu kami berupaya memenuhi kebutuhan mereka, mulai dari kebutuhan hidup sehari-hari, kebutuhan pakaian, kebutuhan pendidikan keagamaan, dan pendidikan formalnya. Khusus kebutuhan pendidikan menjadi prioritas perhatian kami. Syarat yang kami berikan untuk menjadi anak asuh adalah yang bersangkutan “mau dan harus sekolah”, mulai jenjang paling rendah “PAUD” sampai minimal lulus SLTA. Kalau mereka masih mau melanjutkan di Perguruan Tinggi juga kami fasilitasi”, selain itu kami juga menerima anak yang masih kecil, belum umur sekolah, jelas peraih gelar doktor pada Program Studi Ke-Islaman dengan konsentrasi Sosiologi Ekonomi Islam di Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Sampai saat ini, anak asuh kami kurang lebih sudah 200 anak asuh. Beberapa diantara mereka sudah lulus sekolah SLTA dan sebagian besar sudah bekerja, justru banyak yang sudah punya anak. Anak asuh aktif saat ini ada 42 anak. Bahkan ada empat anak asuh yang sejak kecil kami asuh, sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Malang dan Surabaya. Mereka mendapat beasiswa dari Yayasan Dana Sosial al-Falah Malang dan Yayasan Yatim Mandiri Malang. “Kalau melihat mereka sukses itu, kami senang sekali”, papar suami dari Dra. Hj. Jamilah Abdullah Mahmud.
Memang, kesibukannya sebagai dekan membuat Muhtadi tidak bisa intens membina anak yatim di tempatnya tersebut. Namun, walaupun begitu tidak ada masalah, karena banyak sekali tenaga yang ikut berpartisipasi membina dan merawat mereka. Tentang sumber dana, alhamdulillah tidak ada masalah, karena banyak sekali masyarakat yang peduli, dengan dibuktikan bahwa dalam sebulan menurut data di buku tamu rata-rata tamu yang berkunjung sekitar 60 lebih, jadi setiap hari rata-rata 2 tamu kunjungan, imbuh ayah lima anak tersebut.
Bagi Muhtadi, dirinya tidak pernah meminta imbalan apa-apa dari aktivitasnya membina anak yatim. Sebab, melihat anak-anak senang, bergembira, semangat belajar dan semangat mengaji, apalagi sukses meskipun hidup tanpa orang tua, merupakan kebanggaan tiada tara. Dirinya sampai sekarang terus berkomunikasi layaknya ayah dan anak dengan para alumnus yayasan tersebut. “Bahkan mereka juga sering berkunjung dan terlibat beberapa kegiatan yayasan. Mereka juga sering berbagi dengan memberi uang kepada adik-adiknya di yayasan. Seperti Itu kebanggaan bagi kami, kalau mereka sudah mapan”, papar pria kelahiran Lamongan, 2 Maret 1955 itu.
Sampai saat ini, meskipun dirinya sudah menginjak umur 57 tahun, tetap ingin terus mengabdi di tempat tersebut, apapun posisinya, selama masih diberi kepercayaan untuk mengurus yayasan At-Taufiq. “Ini adalah dedikasi saya, kalau masih dipercaya ya saya siap mengabdi karena memberi dedikasi itu tidak kenal batas usia”, tambahnya.
Yayasan yang beriri sejak 1996 ini telah mempunya dua bidang tanah. Satu bidang yang berada di Sanan Malang merupakan wakaf dari keluarga Bapak H. Aburrahman Sanan Malang. Di atas tanah seluas 540 m2 tersebut telah beriri satu unit gedung tempat asrama putra, dan satu unit masjid kecil. Satu bidang lainnya berada di Jl. Sebuku VI Kelurahan Bunulrejo Blimbing Malang dengan luas tanah 430 m2. Tanah tersebut sebagian berasal dari wakaf keluarga Bapak Prof. Dr. H. Djunaidi Ghani dan sebagian hasil pembelian yayasan. Rencananya akan dibangun untuk asrama putri sekalian untuk kegiatan masyarakat, khususnya jama’ah ibu-ibu di sekitarnya.
Muhtadi bukan hanya ketua yayasan di tempat tersebut, dirinya juga merupakan pendiri yayasan At-Taufiq dengan sepuluh tokoh masyarakat di kampungnya. Pendirian yayasan bermula dari kesepakatan setelah mendapatkan uang saweran (klontangan) ketika warga Sanan yang kebanyakan perajin tempe itu mengadakan pengajian syukuran peringatan HUT Kemerdekaan RI tahun 1995 sebesar Rp. 55. Dua bulan berikutnya bertambah sebesar Rp. 125 ribu. Uang inilah yang dijadikan sebagai modal awal untuk menyantuni 3 anak yatim, tepatnya mulai Januari 1996 . (riq/lid)

0 komentar:

Posting Komentar