TURUN “PANGKAT” TETAP “FLAMBOYAN”
(Sumber ; Gema, Edisi Juni
2004)
Jika ada seorang yang “turun”
pangkat, lalu berpenampilan biasa-biasa, mungkin HA. Muhtadi Ridwan, adalah
orangnya. Lho kok ? Ia, Abah, panggilan akrabnya adalah mantan Pembantu Rektor
III UIN Malang (1997-2004). Jabatannya sebagai pembantu rektor bidang
kemahasiswaan mengharuskan untuk bisa membagi waktu secara ketat. Maklum,
posisi itu memang sangat menyita waktu dan pikirannya. “Lha mengasuh mahasiswa
ribuan orang kan tidak gampang”, katanya suatu ketika.
Untungnya, sejak mahasiswa,
abah dikenal aktivis mahasiswa yang “militan”. Sehingga, setidaknya,
pengalamannya menjadi seorang aktivis banyak membantu tugas-tugasnya.
Untungnya, kata Abah, semua itu sangat dimengerti oleh keluarganya. Sehingga,
semua keluarga tidak pernah “rewel” dengan abahnya yang hapir setiap hari
datang pagi pulang malam. Ada yang mengatakan bahwa abah adalah tipe JARUM
(jarang di rumah).
Lalu, setelah menjadi dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Malang aktivitas abah semakin
berkurang ? “Ah Siapa bilang, saya tetap seperti dulu”, katanya singkat.
Maksudnya ? Sekarangpun, katanya, tidak kalah padat kegiatannya. Sebagai dekan
fakultas ekonomi, abah tidak mau bekerja setengah-setengah. Dia berprinsip
bahwa jabatannya sebagai dekan haruslah bisa memberi manfaat bagi keluarga
besar fakultas ekonomi. “Sejak saya putuskan menjadi dekan, saya sudah
merencanakan banyak hal untuk pengembangan fakultas ekonomi ini” tegasnya.
Memang betul, belum satu bulan
menjadi dekan, Abah langsung tancap gas. Jaringan-jaringannya semasa menjadi PR
III dulu dihidupkan kembali. “Mesin-mesin kegiatan yang setidaknya dapat
memberi kesejahteraan bagi masyarakat kampus sudah saya hidupkan”, lanjutnya.
Abah memang benar. Dalam
relative singkat, dia berhasil menggaet beberapa lembaga untuk diajaknya
menjalin kerjasama. Bank Indonesia, BRI dan beberapa Kantor Pemerintah Daerah
Kota dan Kabupaten sudah dikontaknya. “Mereka siap menjalin kerjasama dengan
Fakultas Ekonomi yang sekarang diamanahkan kepada saya”, katanya.
Baginya, menjalin hubungan
seperti ini, tentu tidak sulit. Pasalnya, sejak “menjabat” di kampus ini, sudah
terbiasa menjalin hubungan dengan orang-perorang atau instansi yang terasa “asing”
sekalipun. Maklum, dekan yang selalu berpenampilan flamboyan ini sering “ cangkruan”
di warung-warung kecil di kampus ini. “Bapak sama sekali tidak pernah
pikir-pikir mau ngopi atau makan dimana, dimana saja baginya adalah tempat yang
mengasikkan”, kata salah satu karibnya. (Gema)
0 komentar:
Posting Komentar