DEKAN FE YANG TAK PERNAH SEKOLAH EKONOMI
(Sumber; Malang Post, Familia, halaman 16, Rabu, 22 Februari 2012)
Umumnya, saat diangkat
menjadi dekan di fakultas, dosen memiliki background pendidikan yang sama
dengan fakultas yang dipimpin. Namun tidak dengan Dr. HA. Muhtadi Ridwan, MA.
Selama dua periode, yaitu sejak tahun 2004 hingga
sekarang Muhtadi dipercaya memimpin Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang. Padahal ia tidak pernah sekalipun menempuh pendidikan ekonomi. Saat
ditunjuk menjadi dekan FE, ia hanya memegang gelar S-1 dari Jurusan Tafsir
Hadis IAIN Sunan Ampel Surabaya, dan gelar master yang diambil dari Program
Magister Agama. Walaupun tidak berlatar belakang pendidikan ekonomi, Muhtadi
terlihat sangat konsen pada wacana ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan karya
skripsinya ketika menyelesaikan Program Doktoral/Sarjana Lengkap yang mengambil
tema ”al-Qur’an dan Sistem Perekonomian” (1985). Ketika menyelesaikan Program
Magister, tema penelitiannya tentang ”Manajemen Pengelolaan Dana ZIS; Studi
Kasus di Lagzis Kota Malang”. Kemudian penelitian disertasinya bertema
”Pemahaman Agama dan Prilaku Ekonomi Komunitas Perajin Tempe Sanan Kelurahan
Purwantoro, Kecamatan Blimbing Malang”
Muhtadi dipercaya menjadi dekan di FE karena
merupakan salah satu orang yang membidani terbentuknya fakultas ini. Ia
bercerita. Lulus IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1985, ia ditugaskan di
Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Ponorogo selama tujuh tahun (1987-1994).
Setelah itu, ia hijrah ke Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel di Malang yang
saat ini dikenal sebagai UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Saat berada di Malang, Muhtadi tergabung dalam tim
pengembangan sebagai anggota pembuatan Rentra STAIN Malang 10 Tahun ke depan.
Pada kesempatan itu, ia meminta bagian merancang proyeksi perkembangan
kelembagaan dan inisiasi membuka Jurusan Syariah dengan dua Program Studi,
Muamalah (Ekonomi Islam) dan Peradilan Agama STAIN Malang (1997-2001). Khusus
Program Studi Muamalah (Ekonomi Islam) merupakan cikal-bakal (embrio) Fakultas
Ekonomi. Pada 2001 Jurusan Syariah berubah menjadi Fakultas Syariah dengan
Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah (Peradilan Agama) dan Fakultas Ekonomi
dengan Program Studi Manajemen (Syariah). Perubahan ini seiring dengan
perubahan STAIN Malang menjadi Universitas Islam Indonesia Sudan (UIIS) Malang.
“Sejalan dengan perkembangan kampus, akhirnya
Fakultas Ekonomi berdiri sendiri dan saya dipercaya menjadi dekannya,” terang
Muhtadi pada Familia Malang Post.
Sebelum dipercaya menjadi dekan FE, Muhtadi sudah
menjalankan banyak amanah yang diberikan oleh pihak kampus. Ia pernah menjadi
Sekretaris Jurusan Syariah sekaligus menjadi Ketua Program Studi Muamalah di
tahun 1997. Setahun kemudian, dia menjadi Ketua Jurusan Syariah sekaligus Ketua
Program Studi Muamalah. Di tahun 1999-2004 ia dipercaya menjadi Pembantu Ketua III
(1999-2001) Pembantu Rektor III (2001-2005) yang membidangi urusan
kemahasiswaan.
“Tugas saya saat menjadi Puket III/PR III ini
merupakan tugas yang paling berat. Sebab saat itu terjadi transisi
besar-besaran di kampus. Awalnya mulai dari Fakultas Tarbiyah menjadi STAIN
Malang lalu berubah menjadi Universitas Indonesia Sudan Malang dan akhirnya
menjadi UIN Malang,” ungkapnya.
Selama menjadi dekan di FE, Muhtadi dikenal
sebagai orang yang santai. Ia jarang sekali terlihat mengenakan kemeja dan dasi
layaknya dekan lain. Ia justru berpenampilan seperti guru ngaji, kemeja yang
ditumpuk jas model kuno dengan bawahan celana bahan serta kopiah.
Bapak lima anak ini mengaku senang mengenakan
kopiah karena factor kepraktisan. Ia tak perlu menyisir rambutnya berulangkali.
Cukup dengan merapikan kopiah, penampilannya sudah terlihat cling.
“Saya juga belum pernah duduk di kursi itu (kursi
yang disediakan untuk dekan). Biasanya saya duduk di kursi rapat karena lebih
santai. Di antara kursi dekan yang ada di UIN Malang, bisa dipastikan punya
saya yang paling awet,” ujar Muhtadi berkelakar.
Saat berada di kampus, Muhtadi juga jarang
dipanggil dengan sebutan “Pak” seperti dosen kebanyakan. Lebih akrab disapa
dengan sebutan “Abah” (bapak). Bukan hanya mahasiswa dan dosen lain yang
memanggilnya dengan sebutan ini, tetapi juga satpam kampus yang sehari-hari
berinteraksi dengasn Muhtadi (nda/sir/han)
0 komentar:
Posting Komentar