Rabu, 13 Maret 2013

DEKAN FE YANG TAK PERNAH SEKOLAH EKONOMI


DEKAN FE YANG TAK PERNAH SEKOLAH EKONOMI
(Sumber; Malang Post, Familia, halaman 16, Rabu, 22 Februari 2012)

Umumnya, saat diangkat menjadi dekan di fakultas, dosen memiliki background pendidikan yang sama dengan fakultas yang dipimpin. Namun tidak dengan Dr. HA. Muhtadi Ridwan, MA.

Selama dua periode, yaitu sejak tahun 2004 hingga sekarang Muhtadi dipercaya memimpin Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Padahal ia tidak pernah sekalipun menempuh pendidikan ekonomi. Saat ditunjuk menjadi dekan FE, ia hanya memegang gelar S-1 dari Jurusan Tafsir Hadis IAIN Sunan Ampel Surabaya, dan gelar master yang diambil dari Program Magister Agama. Walaupun tidak berlatar belakang pendidikan ekonomi, Muhtadi terlihat sangat konsen pada wacana ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan karya skripsinya ketika menyelesaikan Program Doktoral/Sarjana Lengkap yang mengambil tema ”al-Qur’an dan Sistem Perekonomian” (1985). Ketika menyelesaikan Program Magister, tema penelitiannya tentang ”Manajemen Pengelolaan Dana ZIS; Studi Kasus di Lagzis Kota Malang”. Kemudian penelitian disertasinya bertema ”Pemahaman Agama dan Prilaku Ekonomi Komunitas Perajin Tempe Sanan Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing Malang”
Muhtadi dipercaya menjadi dekan di FE karena merupakan salah satu orang yang membidani terbentuknya fakultas ini. Ia bercerita. Lulus IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1985, ia ditugaskan di Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Ponorogo selama tujuh tahun (1987-1994). Setelah itu, ia hijrah ke Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel di Malang yang saat ini dikenal sebagai UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Saat berada di Malang, Muhtadi tergabung dalam tim pengembangan sebagai anggota pembuatan Rentra STAIN Malang 10 Tahun ke depan. Pada kesempatan itu, ia meminta bagian merancang proyeksi perkembangan kelembagaan dan inisiasi membuka Jurusan Syariah dengan dua Program Studi, Muamalah (Ekonomi Islam) dan Peradilan Agama STAIN Malang (1997-2001). Khusus Program Studi Muamalah (Ekonomi Islam) merupakan cikal-bakal (embrio) Fakultas Ekonomi. Pada 2001 Jurusan Syariah berubah menjadi Fakultas Syariah dengan Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah (Peradilan Agama) dan Fakultas Ekonomi dengan Program Studi Manajemen (Syariah). Perubahan ini seiring dengan perubahan STAIN Malang menjadi Universitas Islam Indonesia Sudan (UIIS) Malang.
“Sejalan dengan perkembangan kampus, akhirnya Fakultas Ekonomi berdiri sendiri dan saya dipercaya menjadi dekannya,” terang Muhtadi pada Familia Malang Post.
Sebelum dipercaya menjadi dekan FE, Muhtadi sudah menjalankan banyak amanah yang diberikan oleh pihak kampus. Ia pernah menjadi Sekretaris Jurusan Syariah sekaligus menjadi Ketua Program Studi Muamalah di tahun 1997. Setahun kemudian, dia menjadi Ketua Jurusan Syariah sekaligus Ketua Program Studi Muamalah. Di tahun 1999-2004 ia dipercaya menjadi Pembantu Ketua III (1999-2001) Pembantu Rektor III (2001-2005) yang membidangi urusan kemahasiswaan.
“Tugas saya saat menjadi Puket III/PR III ini merupakan tugas yang paling berat. Sebab saat itu terjadi transisi besar-besaran di kampus. Awalnya mulai dari Fakultas Tarbiyah menjadi STAIN Malang lalu berubah menjadi Universitas Indonesia Sudan Malang dan akhirnya menjadi UIN Malang,” ungkapnya.
Selama menjadi dekan di FE, Muhtadi dikenal sebagai orang yang santai. Ia jarang sekali terlihat mengenakan kemeja dan dasi layaknya dekan lain. Ia justru berpenampilan seperti guru ngaji, kemeja yang ditumpuk jas model kuno dengan bawahan celana bahan serta kopiah.
Bapak lima anak ini mengaku senang mengenakan kopiah karena factor kepraktisan. Ia tak perlu menyisir rambutnya berulangkali. Cukup dengan merapikan kopiah, penampilannya sudah terlihat cling.
“Saya juga belum pernah duduk di kursi itu (kursi yang disediakan untuk dekan). Biasanya saya duduk di kursi rapat karena lebih santai. Di antara kursi dekan yang ada di UIN Malang, bisa dipastikan punya saya yang paling awet,” ujar Muhtadi berkelakar.
Saat berada di kampus, Muhtadi juga jarang dipanggil dengan sebutan “Pak” seperti dosen kebanyakan. Lebih akrab disapa dengan sebutan “Abah” (bapak). Bukan hanya mahasiswa dan dosen lain yang memanggilnya dengan sebutan ini, tetapi juga satpam kampus yang sehari-hari berinteraksi dengasn Muhtadi (nda/sir/han)

0 komentar:

Posting Komentar