Mahasiswa adalah elemen yang
tak akan pernah terpisahkan dari perjalan peradaban sebuah bangsa. Sejarah di
dunia ini, baik di Barat maupun di Timur, telah menjadi bukti idealisme,
kepeloporan, pemikiran kritis, konsistensi semangat perubahan, dan
pergerakannya yang melekat pada sosok mahasiswa telah banyak banyak mewarnai
peradaban negeri di berbagai belahan dunia.
Tidak terkecuali Indonesia.
Kemerdekaan bangsa Indonesia atas kolonialisme yang telah berlangsung hampir
3,5 abad lamanya, merupakan buah dari kerja keras para tokoh muda yang lahir
dari komunitas kampus. Bung Karno, Bung Hatta, HOS Cokroaminoto, dll. adalah
motor penggerak rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya.
Gerakan mahasiswa seringkali
menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran
sejarah bangsa. Dalam perjalanannya dari masa ke masa, bangsa ini telah
mengenal beberapa dekade perjuangan mahasiswa. Lalu bagaimakan trend gerakan
mahasiswa tersebut…??
Secara garis besar terdapat
lima periode yang penting yang dapat dijadikan patokan seperti apakah trend
gerakan mahasiswa.
Gerakan Mahasiswa Tahun 1966
Dikenal dengan istilah
angkatan ’66, merupakan aksi pergerakan mahasiswa maengangkat isu bahaya laten
komunis sebagai bahaya laten negara yang harus segera dimusnahkan dari bumi
Indonesia. Akbar Tanjung, Cosmas Batubara, Sofyan Wanandi, dan Yusuf Wanandi
adalah diantara aktivis mahasiswa yang bergerak lantang menentang komunisme.
Dimana pada saat itu Partai Komunis Indonesia (PKI), sebagai pengusung paham
komunisme, telah cukup hebat merasuki sektor-sektor pemerintahan.
Dukungan masyarakat terhadap
pergerakan mahasiswa yang terbangun dibeberapa wilayah nusantara memaksa
Presiden Sukarno untuk berpihak pada rakyat. Slogan NASAKOM yang dipaksakan
Sukarno akhirnya runtuh dengan dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret
(SUPERSEMAR). Peristiwa ini menandai berakhirnya kepemimpinan Orde Lama (ORLA)
dan memasuki era Orde Baru (ORBA) dibawah kepemimpinan Suharto.
Mahasiswa, rakyat dan
militer saling bergandengan tangan dalam gerakan ini. Satu isu yang diusung
cukup membuat pemerintahan Soekarno goyang. ”Bubarkan PKI,” merupakan isu
sentral yang akhirnya menelurkan isu-isu yang lain sehingga lahirlah ”Tritura.”
Dapatlah dikatakan bahwa trend gerakan pada masa itu merupakan gerakan yang
bercirikan pada kepedulian sosial dan juga merupakan gerakan refresif mahasiswa
karena melihat kondisi masyarakat yang begitu memprihatinkan dan juga gerakan
ini didukung oleh kekuatan militer dibelakangnya.
Akan tetapi, saat itu
beberapa aktivis ‘66 memilih menanggalkan baju idealismenya untuk mengecap
kenikmatan menjadi anggota parlemen, berduyun-duyun masuk Golkar, sebuah
entitas yang kemudian dikecam. Orang yang paling keras memprotes perilaku
memalukan ini adalah Soe Hok Gie, aktivis ‘66 sekaligus intelektual merdeka
yang mati muda. Gie marah dan kecewa menyaksikan teman-temannya sesama
demonstran melebur dalam kekuasaan; tidak sabar menjadi penunggu gerbang
idealisme yang selama ini digemborkan lewat aksi-aksi demonstrasinya. Gie
menuduh mereka pengkhianat karena telah melacurkan diri untuk meneguhkan
legitimasi rezim Orba.
Gerakan Mahasiswa Tahun 1970-an
Gerakan Mahasiswa Tahun 1970-an
Dalam perkembangannya,
pemerintahan Orde Baru dibawah kepemimpinan Suharto banyak mendapatkan
penentangan dari gerakan mahasiswa. Gerakan anti korupsi muncul di tahun 1970
yang ditindaklanjuti dengan pembentukan Komite Anti Korupsi, yang diketuai oleh
Wilopo. Tahun 1972 merebak Aksi Golput menentang pelaksanaan pemilu pertama di
masa Orde Baru, karena Golkar dinilai telah berlaku curang. Gerakan melawan
kebijakan penggusuran pemukiman rakyat kecil akibat pembangunan Taman Mini
Indonesia Indah muncul di tahun 1972.
Peristiwa Malari pada 15
Januari 1974, adalah peristiwa demonstrasi mahasiswa menolak produk Jepang dan
kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974. Dilatarbelakangi oleh
Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P.
Pronk dijadikan momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya saat
kedatangan Perdana Menteri (PM) Jepang Kakuei Tanaka yang berkunjung ke Jakarta
(14-17 Januari 1974), demonstrasi disertai dengan kerusuhan.
Aktivis mahasiswa yang
mencuat namanya pada masa ini diantaranya Hariman Siregar, sedangkan mahasiswa
yang gugur dari peristiwa ini adalah Arif Rahman Hakim.
Gerakan mahasiswa Indonesia
1978. Gerakan yang mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional
pada 1977-1978 yang mengakibatkan untuk pertama kalinya kampus-kampus perguruan
tinggi Indonesia diserbu dan diduduki oleh militer. Hal ini kemudian diikuti
oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di
seluruh Indonesia.
Salah satu ciri dari
pemerintahan Orde Baru adalah kuatnya pengaruh militer yang mendukung
pemerintahan. Maka dari itu, gerakan mahasiswa mau tidak mau harus berhadapan
dengan tindakan refresif militer dalam hal ini ABRI. Berbagai aksi mahasiswa
pastilah mendapatkan tekanan yang begitu besar.
Trend gerakan pada masa itu
adalah sebuah gerakan bercirikan poloitik. Hal ini dapat dilihat dari
penentangan terhadap kasus korupsi yang diduga dilakukan oleh pemerintahan Orde
Baru. Selain itu, kritik mahasiswa terhadap strategi pembangunan dan
kepemimpinan nasional.
Secara sekilas strategi
pembanguanan Orde Baru menguntungkan rakyat. Akan tetapi korban dan kerugian
yang didertia oleh rakyat justeru lebih besar dari keuntungan dan manfaatnya.
Misal, pembangunan sebuah sarana baik milik pemerintah, umum, ataupun
perorangan dari anggota keluarga pejabat tanahnya berasal dari tanah rakyat yang
dibebaskan secara paksa. Pembebasan tanah secara paksa ini tidak juga
mendapatkan ganti rugi. Rakyat tidak mampu berbuat apa-apa sebab eksekusi
dilaksanakan oleh militer. Militer ketika itu seperti momok yang menakutkan
bagi masyarakat. Dikenal istilah ”ABRI Masuk Desa.”
Gerakan Mahasiswa Tahun 1980-an
Pasca diberlakukannya
NKK/BKK, jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan
memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu
dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus
seperti HMI (himpunan mahasiswa islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Pergerakan
Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung. Mereka juga
membentuk kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa.
Gerakan pada era ini lebih
terfokus pada perguruan tinggi dengan ciri ilmiahnya yang kental akibat
pemberlakuan NKK/BKK. Puncaknya tahun 1985 ketika Mendagri (Menteri Dalam
Negeri) Saat itu Rudini berkunjung ke ITB. Kedatangan Mendagri disambut dengan
Demo Mahasiswa dan terjadi peristiwa pelemparan terhadap Mendagri.
Gerakan Mahasiswa Tahun 1990 an
Isu yang diangkat pada
Gerakan era ini sudah mengkerucut, yaitu penolakan diberlakukannya terhadap
NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus /Badan Kordinasi Kampus) yang membekukan
Dewan Mahasiswa (DEMA/DM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan melarang
Mahasiswa terjun ke dalam politik praktis.
Organisasi kemahasiswaan
seperti ini menjadikan aktivis mahasiswa dalam posisi mandul, karena pihak
rektorat yang notabane-nya perpanjangan pemerintah (penguasa) lebih leluasa dan
dilegalkan untuk mencekal aktivis mahasiswa yang kritis dan bersuara lantang
terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
Di kampus intel-intel
berkeliaran, pergerakan mahasiswa dimata-matai. Dan banyak intel berkedok
mahasiswa. Pemerintah Orde Baru pun menggaungkan opini adanya pergerakan
sekelompok orang yang berkeliaran di masyarakat dan mahasiswa dengan sebutan
OTB (organisasi tanpa bentuk). Masyarakat pun termakan dengan opini ini karena
OTB ini identik dengan gerakan komunis.
Pemberlakuan NKK/BKK maupun
opini OTB ataupun cara-cara lain yang dihadapkan menurut versi penguasa ORBA,
tidak membuat mahasiswa putus asa, karena disetiap event nasional dijadikan
untuk menyampaikan penolakan dan pencabutan SK tentang pemberlakukan NKK/BKK.
Gerakan mahasiswa dekade
90-an mencapai klimaksnya pada tahun 1998, di diawali dengan terjadinya krisis
moneter di pertengahan tahun 1997. harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya
beli masyarakat pun berkurang. Mahasiswa pun mulai gerah dengan penguasa ORBA,
tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa.
Gerakan mahasiswa dengan
agenda REFORMASI nya mendapat simpati dan dukungan yang luar biasa dari rakyat.
Mahasiswa menjadi tumpuan rakyat untuk mengubah kondisi yang ada, dimana rakyat
sudah jenuh dengan pemerintahan yang bercokol selama 32 tahun, alih-alih
mensejahterakan rakyatnya, Suharto justru semakin memperkaya keluarga dan
kroni-kroninya, yang dikenal dengan sebutan jalur ABG (ABRI, Birokrat, dan
Golkar).
Gerakan Mahasiswa Tahun 1998
Gerakan mahasiswa Indonesia
1998 adalah puncak gerakan mahasiswa tahun sembilan puluhan yang ditandai
tumbangnya Orde Baru dengan lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan, pada
tanggal 21 Mei 1998. Berbagai kesatuan aksi diberbagai daerah muncul untuk
menentang rezim Suharto. Di Aceh terbentuk SMUR (Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat).
Di Medan muncul DEMUD dan Agresu (Aliansi Gerakan Reformasi Sumatera Utara).
Di Bandung lahir FKMB (Forum
Komunikasi Mahasiswa Bandung), FIM B (Front Indonesia Muda Bandung), FAMU
(Front Aksi Mahasiswa Unisba), GMIP (Gerakan Mahasiswa Indonesia Untuk
Perubahan), KPMB (Komite Pergerakan Mahasiswa Bandung), FAF (Front Anti Fasis),
KM ITB (Keluarga Mahasiswa ITB), dan KM Unpar (Komite Mahasiswa Unpar).
Di Jakarta lahir KAMMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), FKSMJ (Forum Komunikasi Senat
Mahasiswa se-Jakarta), Forkot (Forum Komunitas Mahasiswa se-Jabotabek), Famred
(Front Aksi Mahasiswa Untuk Reformasi dan Demokrasi), Front Nasional, Front
Jakarta, KamTri (Kesatuan Aksi Mahasiswa Trisakti), HMI MPO, KB UI (Keluarga
Besar Mahasiswa UI), FAM UI, Komrad (Komite Mahasiswa dan Rakyat untuk
Demokrasi), Gempur (Gerakan Mahasiswa untuk Perubahan), Forbes, Jarkot, LS-ADI
(Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia), dan HMR (Himpunan Mahasiswa
Revolusioner).
KBM-IPB (Keluarga Besar
Mahasiswa - Institut Pertanian Bogor) muncul di Bogor. Di Yogyakarta ada SMKR
(Solidaritas Mahasiswa Untuk Kedaulatan Rakyat), KPRP (Komite Perjuangan Rakyat
untuk Perubahan), FKMY (Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta), PPPY (Persatuan
Perjuangan Pemuda Yogyakarta), FAMPERA (Front Aksi Mahasiswa Peduli Rakyat),
dan LMMY (Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta).
Di Solo, Bali, Malang, dan
Surabaya juga lahir puluhan kesatuan aksi yang konsisten menentang kebijakan
dan keberadaan rezim Suharto. Gerakan yang menuntut reformasi dan dihapuskannya
“KKN” (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998 ini, harus berhadapan
dengan berbagai tindakan represif yang menewaskan 4 aktivis mahasiswa Trisakti.
Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi
Lampung adalah bukti lainnya upaya represif Suharto untuk meredam gerakan ini. Setelah
bergulirnya reformasi pada tahun 1998, pergerakan mahasiswa dihadapkan pada
pluralitas gerakan yang sangat tinggi. Mahasiswa pada saat ini memiliki garis
perjuangan dan agenda yang berbeda dengan mahasiswa lainnya.
Gerakan Mahasiswa saat ini’ Mahasiswa Pengawal Reformasi
Peran dan fungsi mahasiswa
harus kembali dipertegas. Mahasiswa harus mampu mengawasi dan mengontrol
reformasi secara utuh seperti saat mereka membidani kelahirannya bulan Mei
1998. Meski demikian, sungguh bahwa mahasiswa masih memiliki idealisme untuk
memperjuangkan nasib rakyat Indonesia, atau setidaknya di daerahnya
masing-masing.
Mahasiswa tetap dikenal
masyarakat sebagai agent of change. Hal ini memberikan konsekuensi logis kepada
mahasiswa untuk bertindak dan berbuat terus-menerus sesuai dengan gelar yang
melekat pada dirinya. Mahasiswa harus tetap memiliki sikap kritis, dan
mengambil peran untuk melakukan banyak perubahan terbaik untuk bangsanya.
Di alam demokrasi, suara
lantang mahasiswa merupakan representasi dari realitas sosial di masyarakat
yang sering kali dikesampingkan oleh para penguasa negeri ini. Masalah
pendidikan, pengangguran, beban ekonomi, kesenjangan sosial, moralitas, dan
korupsi merupakan beberapa hal yang sering kali menjadi energi bagi mahasiswa
untuk terus bergerak membela dan menyuarakan jeritan rakyat.
Gerakan Mahasiswa saat ini
bisa dikatakan sebagai kelanjutan dari gerakan mahasiswa ’98. Ciri-ciri gerakan
’98 pun masih tetap melekat pada gerakan mahasiswa saat ini. Walaupun dilihat
dari pola dan strategi yang digunakan agak berbeda karena kondisi saat ini jauh
berbeda dengan kondisi 1998.
Pada tahun 1998, mahasiswa
dihadapkan pada situasi yang memaksanya untuk bergerak cepat dan sedikit
memaksa. Berbeda dengan situasi saat ini yang cukup dirasakan aman dan nyaman.
Akan tetapi, ternyata situasi yang aman dan nyaman inilah yang menjadikan
gerakan mahasiswa kembali mengalami kemunduran dalam hal militansi. Kalau pada
era 1998 hingga 2002, mahasiswa yang turun ke jalan hingga puluhan ribu orang,
maka saat ini jumlah itu tidak akan ditemukan lagi.
Gerakan mahasiswa saat ini
kembali bercirikan pada gerakan ilmiah. Suburnya kembali kelompok-kelompok
diskusi dengan berbagai tema kembali menghiasi setiap kampus yang ada di
Indonesia denag tetap sekali- sekali turun ke jalan untuk mengireksi berbagai
kebijakan pemerintah.
Isu sentral bersamapun
sangat jarang digaungkan. Ciri gerakan kedaerahan yang saat ini mulai
dikedepankan. Semoga semua ini adalah sebagai awal dari pembentukan karakter
dan trend lain dari pergerakan mahasiswa secara nasional.
Kalau boleh menyoroti,
kebijakan pemerintah berkaitan dengan BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang saat
ini sedang menjadi pembahasan DPRRI patut dan harus disikapi. Masalah ini dapat
menjadi isu sentral gerakan mahasiswa secara menyeluruh di Indonesia. Kalau
memang diperlukan usaha-usaha seperti yang pernah dilakukan pada tahun 1998
atau sebelumnya maka itu mesti dilakukan. Maka dapat dipastikan akan ada
perpaduan ternd gerakan antara ilmiah dan politik yang langsung mengkritisi
kebijakan pemerintah.
Ke depan, melihat kondisi
yang terjadi sebelum dan pada saat ini, maka saya memprediksikan bahwa
peristiwa-peristiwa sejarah akan kembali terulang. Kalau pada tahun 1966 rakyat
bersama militer menumbangkan rezim Orde Lama, maka hal itu kemungkina akan
terjadi kembali. Begitu pula dengan trend gerakan tahun 70,80,90-an dan bahkan
1998 kemungkina akan terulang di masa yang akan datang datang.
Akan tetapi, sesuai dengan
yang telah saya sebutkan di atas bahwa saat ini ternd gerakan mahasiswa 1998
masih tetap terasa ditambah dengan budaya ilmiah yang kembali terasa seperti
pasca 1978. bisa jadi gerakan mahasiswa ke depan (akan datang) memadukan dua
hal tersebut.
Yang jelas mahasiswa akan
terus bergerak sepanjang zaman dengan trend yang juga sesuai dengan kondisi
zaman itu. Harapan kita semua adalah ”adanya perubahan di negri Indonesia ini
sehingga tercipta kehidupan yang adil, aman, dan sejahtera.
Hidup Mahasiswa Indonesia……..!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar