Senin, 11 Maret 2013

SEMUA HARUS KREATIF

Benarkah kreativitas tidak memiliki nilai tambah ?. Kita tahu masih ada anggapan bahwa kreativitas sebagai pemborosan dan “arena buang-buang waktu”. Kalau bukan pemborosan, ada yang masih melihat bahwa kreativitas atau inovasi adalah bagian orang-orang yang tidak serius dan berdisiplin, justru kadang dianggap sebagai “gangguan” buat orang tertentu yang tidak suka orang lain sukses. Paradigma inilah yang sering menyebabkan banyak orang tidak meyakini bahwa kreativitas perlu mendapat tempat terdepan dalam pencarian solusi terhadap permasalahan di tempat kerja.

Bila kita berpikir bahwa kreativitas hanya salah satu feature dalam kegiatan berpikir, kita perlu membuka mata lebih lebar. Mekanik mobil harus menemukan cara mendeteksi kerusakan mesin, yang tidak dipelajari dengan sistem problem solving di sekolah. CEO yang terkenal kekuatannya dalam mengotak-atik angka keuangan, pada saatnya perlu menggunakan kreativitasnya untuk memahami problem yang komplek. Seorang dosen senior yang dikenal kekuatan intelektiualnya, pada saatnya perlu menggunakan kreativitasnya untuk memahami potensi dan problem mahasiswanya. Mahasiswa yang dikenal tinggi motivasi belajarnya, pada waktunya perlu menggunakan kreativitasnya untuk memahami kebutuhannya di tengah pengaruh internal/eksternal yang sangat kuat.

Jelas bahwa kreativitas ada di dalam setiap situasi. Kita perlu meyakini betapa suatu lembaga, organisasi, dan atau perguruan tinggi tidak bisa berjalan tanpa berkreativitas. Kita bisa menyaksikan ada perusahaan, bisa tiba-tiba menjadi “gajah bengkak” karena tidak membudayakan kreativitas. Pola pikir tidak mementingkan budaya kreativitas sungguh akan melahirkan mental “tidak bisa” yang membunuh. Perusahaan seperti GE yang demikian sukses di abad ke-20 lalu, sekarangpun berkiprah ke “kepedulian lingkungan dan inovasi ecomagination”, serta masih harus membuktikan apakah usahanya akan mencetak laba dan membuat perusahaannya bisa se-sexy Apple. Fenomena ini membuktikan bahwa kreativitas dan inovasi tidak bisa berbentuk lip service, basa-basi, atau setengah-setengah.

Sebagai contoh tentang kreativitas tidak mempunyai nilai tambah adalah kisah Peter Thiel, dengan kesungguhan hati meninggalkan profesinya sebagai advokat untuk kepentingan menciptakan PayPal dengan pemikiran matang yang dielaborasi secara tuntas. Hasilnya, Thiel sekarang menjadi pemegang saham terbesar dari perusahaan perusahaan bergengsi lain seperti Facebook, dan sebagai dosen mata kuliah creative economy di Stanford. Contoh lain tentang kreativitas sebagai kunci sukses juga sudah dibuktikan oleh Cirque du Soleil yang mengubah sirkus binatang yang hampir mati, menjadi ajang show musikal dan tari manusia berbakat.

Pertanyaannya sekarang adalah; apakah di lembaga kita (lembaga dimana kita berada) sudahkah ada upaya serius yang dilakukan untuk memotivasi dan atau memberi peluang warganya agar selalu melakukan terobosan baru, berinovasi, dan berkreasi. Kalau belum, maka kita harus sadar secepatnya untuk antara lain ; pertama, segera menciptakan pembiasaan diri untuk menciptakan budaya kreatif, yaitu dengan cara menyebar “spirit can do”, yaitu tidak ada kata “tidak bisa”. Kedua, menumbuhkan keyakinan bahwa kesalahan adalah cara untuk merangsang kreativitas atau inovasi. Ketiga, menggalakkan tradisi brainstorming sebelum mengambil keputusan. Kempat, menggalakkan “whole brain thinking” dengan menukar problem solver yang tidak sesuai bidangnya. 

Riset menunjukkan betapa kreativitas dan inovasi adalah keterampilan yang diasah dan dikembangkan, bukan dimiliki sejak lahir. Semakin sering kita melakukan benchmark, brainstorming, berdiskusi, dialog, maka semakin tajam kita saat membedah permasalahan kerja kita dengan sudut baru, dan sudah diduga keputusan yang kita ambil akan melegakan dan atau memuaskan banyak pihak. Bukankah prinsip “musyawarah” adalah tradisi baik sekaligus konsep ajaran agama kita (Islam) dalam setiap proses pengambilan keputusan.

Wallahu A’lam bi al-Shawab,
Malang, 21 Januari 2013
HA. Muhtadi Ridwan

0 komentar:

Posting Komentar