Kamis, 07 Maret 2013

Mempersiapkan UIN MALIKI Malang Menuju World Class University (WCU)

Apa yang tersirat pada tema tulisan di atas sebenarnya bukan hanya euforia belaka dan bukan hanya latah karena perguruan tinggi lainnya juga sudah dan/atau sedang mempunya peringkat itu, tetapi lebih merupakan program prioritas yang menuntut segera digarap dengan sungguh-sungguh agar kampus kita tercinta (Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang) mempunyai kedudukan yang sama dengan perguruan tinggi besar lainnya sebagai real university.  Lebih dari itu, UIN MALIKI MALANG sebagai salah satu lembaga Islam mempunyai obsesi ingin menjadi lembaga yang mempunyai kedudukan pada posisi papan atas, menjadi pilihan yang pertama masyarakat. Cita-cita ini sebenarnya sudah muncul ketika diskusi (yang seringkali dilakukan secara informal) dalam penyusunan dokumen RENSTRA 10 TAHUN KE DEPAN STAIN MALANG (1998); yaitu setelah ada kebijakan pemerintah tentang alih status dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel di Malang ke STAIN Malang. Peluang besar yang tidak kita sia-siakan, karena di dalamnya terkandung aspek otonomi dalam pengelolaan dan pengembangan setelah sekitar 4 (empat) dekade (1961-1997) bergantung pada kebijakan IAIN Sunan Apel Surabaya sebagai induk lembaga.

Perguruan tinggi, seperti kita fahami bersama, mempunyai dua tugas pokok. Di satu fihak kita dituntut untuk mendidik para putera bangsa agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang termutahkir, yang mengharuskan setiap perguruan tinggi untuk selalu mempersiapkan tenaga kependidikan yang terbaik serta fasilitas pendukung yang tercanggih. Di lain fihak, dalam konteks Indonesia, kita juga memiliki kewajiban sosial yang tidak kalah pentingnya, yakni menjadi lokomotif pembangunan umat, termasuk mempersiapkan anak didik kita untuk menjadi calon-calon pimpinan bangsa yang bermoral tinggi, berakhlaqul kariah, beradab dan berbudaya.

Persoalannya adalah seberapa siap kita melaksanakan tugas mulia ini ? Saya khawatir, berbagai kendala birokratis, perilaku kepemimpinan, budaya kerja warga kampus yang ada saat ini dalam merealisasikan program spektakuler tersebut justru membelenggu pemikiran-pemikiran yang menjangkau jauh ke depan. Mantan Menteri Pendidikan Dr. Daoed Joesoef, dalam salah satu tulisannya, menggambarkan bahwa sebagai bangsa kita menderita myopia temporal. Akibatnya, kita tidak mampu memahami masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam perspektif jangka panjang. Sebagai bangsa kita terjebak dalam carut-marut permasalahan saat ini dan lupa bahwa setiap tindakan yang kita lalukan untuk mengatasi permasalahan jangka pendek mempunyai dampak positif dan negatif di masa depan. Karena implikasi tindakan jangka panjang kurang dipertimbangkan, seringkali solusi jangka pendek berkembang menjadi masalah baru pada jangka panjang, sehingga menjadi beban generasi berikutnya.

Pada kurun waktu 10-15 tahun ke depan, perguruan tinggi Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan besar yang perlu di respons dengan bijaksana. Globalisasi ekonomi dan revolusi teknologi informasi adalah dua kekuatan besar yang amat mempengaruhi dunia penguruan tinggi Indonesia. Kalau lembaga pendidikan tinggi nasional tidak mampu merespons tantangan globalisasi ini dengan memadai, diperkirakan lembaga tersebut akan tidak mampu mempertahankan eksistensinya di masyarakat dan secara pelan tetapi pasti akan kehilanganan peranannya. Mudah-mudahan ramalan yang pesimistis ini tidak perlu terjadi asal kita mampu mengembangkan strategi-strategi survival yang tepat.

Dunia pendidikan tinggi yang menganut faham universialisme ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya selalu memperhatikan dan pertimbangan bahwa masyarakat pendidikan Indonesia adalah bagian dari masyarakat global. Proses seperti ini oleh Beck disebut globalitas yang sudah berlangsung sejak lama dalam dunia pendidikan maupun dalam perdagangan intenasional. Tetapi dalam perkembangan yang terjadi sejak 1970an globalisasi berkembang menjadi “the process through which sovereign national states are criss-crossed and undermined by transnational actors – governments or MNCs – with varying prospects of power, orientations, identitities, and networks”.

Dalam proses globalisasi tersebut, dua kekuatan yang amat menentukan adalah kemajuan atau bahkan revolusi teknologi khususnya dalam teknologi informasi dan bioteknologi yang dikuasai oleh perusahaan-perusahan yang memiliki dan menguasai modal finansial dan intelektual. Restrukturisasi sosial-ekonomi yang terjadi di negara-negara maju pada kurun waktu 1980an terjadi karena didorong oleh 2 kekuatan besar yakni kemajuan teknologi informasi dan keputusan perusahaan yang menguasai modal besar.
Kembali kepada persoalan, sebagai prasyarat yang harus mendapat perhatian semua pihak di kampus ini dalam kontek MEMPERSIAPKAN UIN MALIKI MALANG MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY (WCU) adalah;
  • Fokus terhadap gawe besar ini, karena issue dan perbincangan di hampir semua perguruan tinggi, baik dalam dan luar negeri selalu mengarah bagaimana perguruan tinggi yang diembannya masuk di daftar perguruan tinggi dunia. Satu hal yang harus dipahami setidaknya ada tiga hal yang menjadi fokus perbincangan dan diwujudkan dalam program prioritas, yaitu ; pertama, soal performance research sebagai core product perguruan tinggi; kedua, soal quality assurrance sebagai pengawal produk, dan yang ketiga soal branding sebagai upaya membangun pemahaman masyarakat terhadap UIN Maliki Malang.
  • Tidak cukup pada tataran perbincangan dan meletakkannya sebagai program prioritas, tetapi betul-betul dilakukan secara sungguh-sungguh dan tidak hanya sebagai kegiatan/program gagah-gagahan, dalam upaya untuk menjadikan UIN Maliki Malang  yang sudah menjadi harapan banyak pihak sebagai sentral pembangunan bangsa yang cerdas dan bermartabat.
  • Komitmen dan konsistensi semua pihak dalam rangka memegang amanat umat ini, mulai dari pimpinan universitas, pimpinan fakultas, pimpinan unit-unit, pimpinan mahasiswa, dan seluruh warga besar kampus ini, karena tanpa komitmen dan konsistensi tersebut mustahil program besar tersebut akan terwujud.
Tulisan ini sengaja saya buat sebagai bagian dari tanggungjawab moral untuk mengemban amanat umat yang mulia dan pengalaman keterlibatan saya pada proses pengembangan kampus kita tercinta ini. Dalam proses pengembangan tersebut seringkali saya merasakan masih ada beberapa keinginan besar yang belum dan/atau tidak bisa  direalisasikan secara maksimal, karena kurangnya komitmen yang sungguh-sungguh sehingga terjadi keterputusan komunikasi antar pihak terkait, program tidak/belum terencana secara baik,  masih sering terjadi tumpang tindih tanggungjawab (wilayah pekerjaan), dan yang ini mudah-mudahan tidak terjadi; niat/orientasi di luar target program, serta kurangnya pemahaman pentingnya program tersebut dibuat. Terlepas dari apa yang saya rasakan tersebut di atas, saya dan sudah barang semua pihak harus merapatkan jamaah yang betul-betul solid demi cita-cita besar kita untuk menjadikan kampus yang mempunyai 3 visi; unggul, unggul, dan unggul, mudah-mudahan Allah SWT., senantiasa bersama kita. Wallahu A’lam bi al-Shawab.

0 komentar:

Posting Komentar