AHLI EKONOMI SYARIAH MINIM
Sumber: Kompas.com, Penulis : K16-11 | Kamis, 5 Mei 2011 | 14:39
WIB
MALANG, KOMPAS.com
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta kondisi
riil kebutuhan di tengah pasar bebas dinilai sangat dinamis. Karenanya,
Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang sejak dini sudah menyiapkan lulusan bidang perekonomian syariah.
Salah satu yang sudah mulai dilakukan adalah membuat
kebijakan khusus bersifat strategis terkait dengan isi kurikulumnya yang akan
diterapkan kepada mahasiswa.
"Dengan perkembangan yang terjadi saat ini harus
pandai-pandai menyiasati. Kalau tidak, bisa ketinggalan. Untuk itu, kami
mengembangkan content kurikulum di setiap semesternya," kata Dekan
FE UIN Maliki Malang, Muhtadi Ridwan, Kamis (5/5/2011).
Menurut mantan Pembantu Rektor I II UIN Maliki Malang
ini, selain agar tidak ketinggalan, pengembangan kurikulum ini juga terkait
dengan produk lulusan yang dihasilkan. Dia menjelaskan, jika content kurikulum
itu selalu dikembangkan, lulusan yang dihasilkan akan selalu sesuai dengan
kebutuhan pasar saat ini. Salah satu contohnya adalah kebutuhan tenaga kerja
untuk perbankan syariah.
Menurut Muhtadi, kebutuhan tenaga praktisi perbankan yang
kini mulai booming sejak tahun 2000-an sangat besar. Berdasarkan data
dari Institute for Management and Islamic Economic Development (IMIE), pada
2011 ini Indonesia membutuhkan sekitar 50 ribu tenaga kerja terlatih di bidang
keuangan syariah. Sebabnya, kata Muhtadi, menurut data Bank Indonesia (BI),
nasabah Bank Syariah tahun 2010 sudah mencapai enam juta orang.
Sayangnya, peningkatan itu tidak diimbangi dengan
kenaikan sumber daya manusianya, yaitu tenaga kerja. Saat ini dibutuhkan SDM
yang mampu memberikan pelayanan baru sekitar 20 ribu orang. Padahal, ia yakin,
kebutuhan tenaga kerja terlatih di bidang keuangan syariah itu akan terus
meningkat.
Perkembangan lembaga-lembaga berbasis syariah saat ini
juga terus mengalami peningkatan secara signifikan. Misalnya, kata Muhtadi,
lembaga keuangan syariah seperti pasar modal syariah, asuransi syariah, reksana
dana syariah, pegadaian syariah, baitul mal wat tanwil (BMT), dan lain
sebagainya.
Perkembangan tersebut, kata dia, karena perekonomian
sistem syariah semakin dibutuhkan masyarakat. Sebaliknya, lembaga pendidikan
sebagai pencetak tenaga ahli terampil di bidang ini masih mengalami banyak
kendala.
Akibat kondisi tersebut, kata dia, sangat berpengaruh
terhadap produk lulusan perguruan tinggi. Untuk itu, perguruan tinggi harus
menyiasati dengan selalu mengembangkan kurikulumnya.
Editor : Latief
0 komentar:
Posting Komentar