HA. Muhtadi Ridwan;
MENGGUGAT TEORI WEBER
Sumber; Bulletin Gerbang Demokrasi
Mahasiswa, rubrik Inspirasi dan Apresiasi edisi Kamis 05 Mei 2011, halaman 3
Sederhana, low profile, dan apa adanya.
Begitulah sikap Muhtadi Ridwan saat dikunjungi GERBANG (04/05/2011). Tak heran
jika bapak yang menghabiskan masa kecilnya di Lamongan ini dikenal bisa bergaul
dengan semua orang. Meskipun saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
UIN Maliki Malang, hal itu tak sedikitpun mengurangi sikap rendah hatinya.
Semenjak kecil, anak kesepuluh dari sebelas
bersaudara dari pasangan HM. Ridwan Soleh dan Hj. Masning Yunus ini sudah mulai
bekerja keras untuk memenuhi kehausan ilmunya. Buktinya, ketika nyantri di PP
Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik (1968-1974), perjalanan setiap kali pulang
mengambil bekal ia rela berjalan kaki sepanjang 20 km.
Pengalaman organisasi sudah ia rasakan saat
remaja. Waktu sekolah di PGA 6 Tahun di Bojonegoro (1975-1976), ia sudah
dipercaya menjadi Sekretaris Umum IPNU Cabang Bojonegoro. Bahkan, selama kuliah
di IAIN Sunan Ampel Surabaya (1977-1985), beberapa jabatan telah diembannya,
diantaranya adalah Sekretaris Umum Senat Mahasiswa Fakultas Syariah, Ketua Umum
Dewan Mahasiswa, Koordinator Kontingen PORSENI IAIN se-Indonesia. Bagi beliau,
berorganisasi adalah langkah yang strategis untuk mempresentasikan diri sebagai
manusia yang bermanfaat bagi orang lain, bangsa dan agama. Komitmen tersebut
tetap beliau pegang erat, termasuk ketika ia menyelesaikan disertasi untuk
program doktor di IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan tema penelitian “Pola
Pemahaman Agama dan Prerilaku Ekonomi Masyarakat Perajin Tempe Kelurahan
Purwantoro Blimbing Malang”.
Penelitian yang beliau lakukan dilatarbelakangi
oleh realitas sementara kalangan belum memperhitungkan makanan tempe, dan tentu
termasuk perajinnya sebagai sumber ekonomi yang penting untuk dikembangkan.
Padahal dalam kenyataannya, masyarakat di tempat penelitian tersebut sangat
bergantung dan menjadi sangat meningkat ekonominya karena tempe. Karena itu
kampungnya dikenal sebagai kampung industri. Sisi lain, dari aspek
keagamaan juga sangat baik, sehingga kampungnya dikenal sebagai kampung
santri. Akhirnya, Sanan sebagai hunian para perajin tempe dikenal sebagai “Sanan
Kampung Santri dan Industri”.
Berkembangnya industri “tempe” dan maraknya
kegiatan keagamaan yang ada di Sanan menurut beliau mestinya ada hubungan yang
mempengaruhi perilaku ekonomi mereka. Karenanya, beliau ingin secara akamik
mengkaji apakah pola keagamaan mereka mempunya peran penting dalam membentuk
perilaku ekonomi mereka, demikian beliau mencoba merefleksikan hasil
penelitiannya.
Menurutnya, pola perilaku seseorang atau
masyarakat pasti melalui tiga fase, yaitu pengetahuan (al-‘ilm),
pemahaman (al-fahm), dan penghayatan/kesadaran (al-wa’y).
Jika ketiga unsur tersebut semua positif, akan berimplikasi pada perilaku (amal)
yang positif pula, Namun, jika unsur ilmu dan pemahaman yang baik tersebut
tidak dibarengi dengan kesadaran yang positif, maka ilmu dan pemahaman tersebut
akan sia-sia saja. Itulah sebabnya, kenapa banyak orang faham tentang agama,
tetapi perilakunya sama saja dengan mereka yang tidak beragama.
Konsep yang merupakan temuan di lapangan tersebut
sekaligus menggugat teori Max Weber yang menyatakan bahwa “perilaku
kapitalisme saat ini disebabkan oleh ajaran agamanya”.
Saat ini, beliau dipercaya untuk mengawal manajemen
di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang sebagai Management
Representative (MR) yang bertanggungjawab kapastian berjalannya proses kerja
sesuai dengan sistem manajemen yang baik, yaitu Sistem Manajemen Mutu (SMM)
ISO. Tugas yang sangat berat dan beliau sangat menyukainya, karena banyak
tantangan. Tantangan yang paling berat adalah menyadarkan semua pihak,
khususnya para pimpinan untuk betul-betul komitment terhadap pengembangan
implementasi sistem manajemen secara sungguh-sungguh. Kita memang sudah
mendapat sertifikat ISO, tapi ini masih tingkat awal dan masih membutuhkan
waktu sekitar tiga tahun lagi untuk naik kelas, sampai pada predikat Total
Quality Management (TQM). Beliau sendiri menjalani aktivitas tersebut
dengan enjoy. Menurutnya, manajemen mutu yang digunakan dalam mengemban tugas
tersebut juga ada dalam ajaran Islam.
Dosen yang juga pernah menjadi Sekretaris Jurusan
Syariah merangkap Ketua Program Studi Muamalah (1997-1998), Ketua Jurusan
Syariah merangkap Ketua Prodi Muamalah (1998-1999) dan Pembantu Ketua dan Pembantu
Rektor III bidang Kemahasiswaan STAIN-UIN Malang (1999-2004) ini mencontohkan
teori manajemen. Baginya, bila teori ini tidak dilaksanakan oleh seseorang,
maka hal itu berarti belum Islam yang sebenarnya. Ia memberikan alasan bahwa
Islam selalu mengajarkan untuk melakukan muhasabah atau instropeksi diri.
Beliau terinspirasi dengan hadis Nabi SAW yang berkesimpulan bahwa hari ini,
wajib lebih baik dari hari kemarin.
Tidak berlebihan, jika beliau dengan tegas
menyatakan, “kita ini sering mengagungkan teori barat tetapi sebenarnya
mereka mengambil teori kita”.
0 komentar:
Posting Komentar