Minggu, 21 April 2013

HA. Muhtadi Ridwan; MENGGUGAT TEORI WEBER


HA. Muhtadi Ridwan;
MENGGUGAT TEORI WEBER
Sumber; Bulletin Gerbang Demokrasi Mahasiswa, rubrik Inspirasi dan Apresiasi edisi Kamis 05 Mei 2011, halaman 3


Sederhana, low profile, dan apa adanya. Begitulah sikap Muhtadi Ridwan saat dikunjungi GERBANG (04/05/2011). Tak heran jika bapak yang menghabiskan masa kecilnya di Lamongan ini dikenal bisa bergaul dengan semua orang. Meskipun saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang, hal itu tak sedikitpun mengurangi sikap rendah hatinya.
Semenjak kecil, anak kesepuluh dari sebelas bersaudara dari pasangan HM. Ridwan Soleh dan Hj. Masning Yunus ini sudah mulai bekerja keras untuk memenuhi kehausan ilmunya. Buktinya, ketika nyantri di PP Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik (1968-1974), perjalanan setiap kali pulang mengambil bekal ia rela berjalan kaki sepanjang 20 km.
Pengalaman organisasi sudah ia rasakan saat remaja. Waktu sekolah di PGA 6 Tahun di Bojonegoro (1975-1976), ia sudah dipercaya menjadi Sekretaris Umum IPNU Cabang Bojonegoro. Bahkan, selama kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya (1977-1985), beberapa jabatan telah diembannya, diantaranya adalah Sekretaris Umum Senat Mahasiswa Fakultas Syariah, Ketua Umum Dewan Mahasiswa, Koordinator Kontingen PORSENI IAIN se-Indonesia. Bagi beliau, berorganisasi adalah langkah yang strategis untuk mempresentasikan diri sebagai manusia yang bermanfaat bagi orang lain, bangsa dan agama. Komitmen tersebut tetap beliau pegang erat, termasuk ketika ia menyelesaikan disertasi untuk program doktor di IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan tema penelitian “Pola Pemahaman Agama dan Prerilaku Ekonomi Masyarakat Perajin Tempe Kelurahan Purwantoro Blimbing Malang”.
Penelitian yang beliau lakukan dilatarbelakangi oleh realitas sementara kalangan belum memperhitungkan makanan tempe, dan tentu termasuk perajinnya sebagai sumber ekonomi yang penting untuk dikembangkan. Padahal dalam kenyataannya, masyarakat di tempat penelitian tersebut sangat bergantung dan menjadi sangat meningkat ekonominya karena tempe. Karena itu kampungnya dikenal sebagai kampung industri. Sisi lain, dari aspek keagamaan juga sangat baik, sehingga kampungnya dikenal sebagai kampung santri. Akhirnya, Sanan sebagai hunian para perajin tempe dikenal sebagai “Sanan Kampung Santri dan Industri”.      
Berkembangnya industri “tempe” dan maraknya kegiatan keagamaan yang ada di Sanan menurut beliau mestinya ada hubungan yang mempengaruhi perilaku ekonomi mereka. Karenanya, beliau ingin secara akamik mengkaji apakah pola keagamaan mereka mempunya peran penting dalam membentuk perilaku ekonomi mereka, demikian beliau mencoba merefleksikan hasil penelitiannya. 
Menurutnya, pola perilaku seseorang atau masyarakat pasti melalui tiga fase, yaitu pengetahuan (al-‘ilm), pemahaman (al-fahm), dan penghayatan/kesadaran (al-wa’y). Jika ketiga unsur tersebut semua positif, akan berimplikasi pada perilaku (amal) yang positif pula, Namun, jika unsur ilmu dan pemahaman yang baik tersebut tidak dibarengi dengan kesadaran yang positif, maka ilmu dan pemahaman tersebut akan sia-sia saja. Itulah sebabnya, kenapa banyak orang faham tentang agama, tetapi perilakunya sama saja dengan mereka yang tidak beragama.
Konsep yang merupakan temuan di lapangan tersebut sekaligus menggugat teori Max Weber yang menyatakan bahwa “perilaku kapitalisme saat ini disebabkan oleh ajaran agamanya”.
Saat ini, beliau dipercaya untuk mengawal manajemen di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang sebagai Management Representative (MR) yang bertanggungjawab kapastian berjalannya proses kerja sesuai dengan sistem manajemen yang baik, yaitu Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO. Tugas yang sangat berat dan beliau sangat menyukainya, karena banyak tantangan. Tantangan yang paling berat adalah menyadarkan semua pihak, khususnya para pimpinan untuk betul-betul komitment terhadap pengembangan implementasi sistem manajemen secara sungguh-sungguh. Kita memang sudah mendapat sertifikat ISO, tapi ini masih tingkat awal dan masih membutuhkan waktu sekitar tiga tahun lagi untuk naik kelas, sampai pada predikat Total Quality Management (TQM). Beliau sendiri menjalani aktivitas tersebut dengan enjoy. Menurutnya, manajemen mutu yang digunakan dalam mengemban tugas tersebut juga ada dalam ajaran Islam.
Dosen yang juga pernah menjadi Sekretaris Jurusan Syariah merangkap Ketua Program Studi Muamalah (1997-1998), Ketua Jurusan Syariah merangkap Ketua Prodi Muamalah (1998-1999) dan Pembantu Ketua dan Pembantu Rektor III bidang Kemahasiswaan STAIN-UIN Malang (1999-2004) ini mencontohkan teori manajemen. Baginya, bila teori ini tidak dilaksanakan oleh seseorang, maka hal itu berarti belum Islam yang sebenarnya. Ia memberikan alasan bahwa Islam selalu mengajarkan untuk melakukan muhasabah atau instropeksi diri. Beliau terinspirasi dengan hadis Nabi SAW yang berkesimpulan bahwa hari ini, wajib lebih baik dari hari kemarin.
Tidak berlebihan, jika beliau dengan tegas menyatakan, “kita ini sering mengagungkan teori barat tetapi sebenarnya mereka mengambil teori kita”.

0 komentar:

Posting Komentar