Dimana-mana, tujuan atau cita-cita tidak bisa diwujudkan dalam satu ayunan
langkah, satu kegiatan, acara atau program; malah mungkin membutuhkan beberapa
generasi hingga tujuan tersebut terwujud. Dan jarang sekali ada sebuah
organisasi-sosial, negara, dan seterusnya yang menyatakan bahwa tujuannya telah
tercapai.
Tujuan PMII, dalam pandangan kami, adalah fundamental yang seringkali luput dari perhatian kegiatan, perhatian program dan perhatian intelektual kita. Tujuan PMII, mohon maaf kalau salah, bahkan kalah populer dengan komitmen, diskursus, isu seksi yang dikunyah sehari-hari oleh PMII (yang dulu-dulu) seperti: pembelaan kaum mustadhâ’afin, mewujudkan kesejahteraan, masyarakat egaliter, demokratisasi, civil society, HAM dst.
Tujuan PMII, dalam pandangan kami, adalah fundamental yang seringkali luput dari perhatian kegiatan, perhatian program dan perhatian intelektual kita. Tujuan PMII, mohon maaf kalau salah, bahkan kalah populer dengan komitmen, diskursus, isu seksi yang dikunyah sehari-hari oleh PMII (yang dulu-dulu) seperti: pembelaan kaum mustadhâ’afin, mewujudkan kesejahteraan, masyarakat egaliter, demokratisasi, civil society, HAM dst.
Dalam beberapa kesempatan terlibat di forum kaderisasi, kami menyempatkan
bertanya kepada peserta: apa tujuan PMII? Banyak di antara mereka yang gamang
menjawab atau malah tidak tahu. Mereka yaitu sahabat-sahabat anggota baru dan
lama yang menginjak semester II, IV dan bahkan ada yang semester X; di
antaranya adalah pengurus PMII. Ada beberapa jawaban yang muncul dengan merujuk
pada isu demokratisasi, khazanah intelektual marxisme, cita-cita gerakan gender
dan lain sebagainya. Sekali waktu ada yang kemudian membuka kunci jawaban
dari halaman belakang lembar KTA, dan itupun tertulis dengan redaksi yang
keliru.
Ini gambaran bahwa tujuan PMII belum ber-rumah di kedalaman kognisi atau
(apalagi) batin anggota dan kader kita. Rumah tujuan PMII masih di lembaran
kertas konstitusi organisasi, belum di tubuh aktivis PMII.
Ini juga gambaran bahwa dalam proses berorganisasi kita di segala lini
(kaderisasi, diseminasi pengetahuan serta wacana, disiplin organisasi, aksi),
kita belum mampu menginternalisir apa yang dimaui oleh PMII kepada
anggota-anggota. Anggota belum mengerti bahwa PMII memiliki tujuannya sendiri,
tujuan yang harus menjadi kiblat keseluruhan aktivitas dan gerakan
organisasi. Ini juga dapat berarti bahwa kita bergerak dan berorganisasi dengan
tingkat improvisasi yang sangat tinggi sekali lagi, mohon maaf kalau ini
pun keliru.
Dengan kondisi demikian, maka boleh jadi wajar bila kami mengambil
hipotesis seperti ini: perlambatan dan keringnya inspirasi gerak organisasi
disebabkan oleh, salah satunya, kurangnya perhatian atas tujuan organisasi
kita. Kami sebut salah satu, karena dalam pandangan kami tidak ada faktor
tunggal yang mengakibatkan PMII, secara umum, berada dalam kondisi yang tidak
menggembirakan seperti sekarang ini.
Memahami
Tujuan PMII
Tujuan PMII jauh dari heroisme yang khas melekat pada organisasi mahasiswa.
Juga tidak menunjuk adanya sebuah cita-cita sistem sosial-politik yang harus
diperjuangkan. Tujuan PMII memberikan perhatian besar kepada, apa yang kami
sebut di sini sebagai "membangun kualitas individu".
Beberapa organisasi lain, memiliki cita-cita sistem sosial-politik di dalam
tujuannya. Organisasi kiri memiliki ikhwal yang serupa. Namun PMII tidak
sendiri, organisasi lain menunjukkan sifat tujuan organisasi yang sama yaitu
berorientasi pada kualitas individu, bukan mengarah pada pembentukan sistem
tertentu dengan "nama" tertentu.
Dalam wacana publik yang didominasi oleh cita-cita membangun sistem, tata
sosial-politik dan segala jenis yang serupa, membangun kualitas individu
sebagai pusat rupanya kurang populer. Terlebih ketika kurang lebih satu
setengah dekade lalu PMII mulai berdialog dengan diskursus marxisme-sosialis,
tujuan PMII makin tidak populer dan cenderung dimakanâi oleh diskursus
tersebut. Saat ini ketika wacana publik mulai sepi dari heroisme
"kiri", tujuan PMII tetap belum terangkat ke permukaan kesadaran
gerak PMII "paling tidak belum terangkat secara massif.
Namun menurut hemat kami, andai saja, sekali lagi andai saja, tujuan PMII
yang berorientasi pada pembangunan kualitas individu tersebut menjadi titik
tuju bersama di seluruh bidang dan tingkat kepengurusan (PB - PR), PMII akan
menembukan bentuknya yang unik dan, lebih penting, maju.
Sebab dalam tujuan PMII terkandung kelengkapan yang tidak dimiliki oleh
organisasi lain yaitu: ketangguhan individu dalam ilmu/pengetahuan dan
ketrampilan, dalam etika, keyakinan Batin, moralitas, dan nasionalis. Tidak
berlebihan bila kami berani meyakini bahwa demikianlah sosok kepemimpinan yang
dibutuhkan Indonesia di masa mendatang.
Tujuan PMII juga menegaskan bahwa PMII terbuka bagi persemaian lintas
disiplin ilmu. Bukan hanya fakultas sosial dan humaniora melainkan juga
fakultas eksakta, semua memiliki akses yang sama, sejajar dan sama tinggi bagi
tujuan PMII. Sejak dari tujuan, PMII tidak memiliki kecenderungan diskriminatif
terhadap perbedaan latar belakang disiplin ilmu, apalagi perguruan tinggi.
Dalam tujuan organisasi, terdapat 6 (enam) konsep yang harus dipenuhi oleh
anggota dan kader PMII untuk menjadi pribadi/individu Muslim Indonesia:
1. Taqwa kepada Allah SWT
2. Berbudi luhur
3. Berilmu
4. Cakap
5. Bertanggung jawab mengamalkan ilmunya
6. Komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia
Keenam konsep di atas sepenuhnya dapat diakses oleh setiap orang, setiap
anggota dan kader PMII; tak peduli jenis kelamin, tak peduli fakultas, tak
peduli asal daerah. Menurut hemat kami, apapun nama bagi kegiatan dan kesibukan
organisasi, atau apapun perangkat intelektual yang dibangun PMII, kesanalah, ke
tujuan organisasi, semua beralamat.
Cemburu Kebesaran Organisasi Lain
Dan PMII sering cemburu dengan kebesaran organisasi lain. Mungkin kita
harus melihat secara jernih letak persis kecemburuan kita. Juga melihat secara
pasti di titik mana kita bersimpang jalan dengan tujuan organisasi kita, bila
kita memang telah bersimpang jalan.
Sebab dari simakan kami atas tutur orang-orang tua, atau melihat serba
sekilas kepada organisasi lain yang lebih kuat dan"bertenaga", hanya
mereka yang berpegang teguh pada asas, nilai dan tujuan besarnyalah yang mampu
bertahan mengatasi zaman. Demikian pula dengan bangsa-bangsa besar, tumbuh di
atas ikatan yang kuat terhadap nilai dan tujuan mereka. Dan mereka runtuh
ketika melupakan tujuan serta menggampangkan nilai-nilai luhur yang membesarkan
mereka.
Kurang lebih begitu. Tapi, apakah memang begitu?
Dalam pandangan kami, kita terlalu sering mencemburui mereka yang memiliki
disiplin kuat, sementara kita sendiri longgar dalam disiplin. Kita juga sering
mencemburui mereka yang serius melatih diri sementara kita belum begitu. Kita
juga sering cemburu pada progresifitas mereka yang berada di gerakan
"jalur kiri" sementara sejak semula kita telah menegaskan bahwa kita
di "jalur tengah".
Artinya, sekali lagi menurut kami, kecemburuan kita sering tidak beralasan.
Sebab tidak disertai dengan ikhtiar yang sejajar dengan mereka yang kita
cemburui. Bahkan mungkin kita berada di ruang yang berbeda dengan mereka yang
kita cemburui.
Barangkali memang bukan perkara mudah bagi kita untuk mencari bentuk baru.
Sekian lama kita kita menjadi formalis, kemudian kita sadari sebagai belenggu.
Kemudian, mengiringi runtuhnya orde baru, kita menjadi anti-formalis; mengklaim
diri menjadi substansialis.
Dan saat ini, apa? Tampaknya kita terlalu gemar anti terhadap yang lain,
ketika ada yang baru yang tampak lebih top. Saat ini yaitu, ketika formalisme
dan non-formalisme bukan dua pilihan yang harus diambil salah satu sambil
menyingkirkan yang lain. Ini saat ketika formalisme dan non-formalisme mesti
dirangkai bukan dalam relasi oposisi-biner, tapi sesama fakta dari penampang
kenyataan yang sama. Apakah PMII saat ini telah mampu mengatasi perspektif
biner yang berpuluh-puluh tahun menjebaknya?
Bagi kami, menemukan kesefahaman atas masalah yang kita hadapi bersama
merupakan sebuah kemewahan, sebuah capaian yang harus disyukuri dengan segala
ketulusan.
Ada baiknya, bila kita merefleksikan PMII dari tujuannya. Sebab selama
beberapa waktu yang telah kita lewati, jangan-jangan kita sudah mengajak para
mahasiswa untuk masuk PMII tanpa kita sendiri tahu apa tujuan PMII. Ibarat kita
mengajak orang naik kereta sementara kita sendiri tak tahu kemana kereta itu
menuju.
0 komentar:
Posting Komentar