Jumat, 22 Maret 2013

ISSUE PALING GRES; KUDETA dan GERAKAN EKSTRAPARLEMENTER

Berita paling gres minggu ini sebagaimana dirilis Majalah Tempo dan beberapa media lainnya adalah isu kudeta pemerintahan Sby-Budiono dan isu aksi turun jalan 25 Maret 2013 atau Desakan Machtvorming (Gerakan Ekstraparlementer/Parlemen Jalanan).

Tempo pada edisi minggu ini (18-24 Maret 2013) memuat opini dan laporan utama tentang dua berita yang pertama dengan tema yang membuat bulu kuduk merinding, yaitu“Gosip Makar Tuan Presiden”, kemudian dilanjutkan dengan uraian panjang lebar pada rubrik laporan utama dengan tema “Hantu Bulan Maret”.

”Gosip ini memang membuat kaget kalangan Istana karena muncul tiba-tiba seperti geledek di siang bolong. Peristitiwa paling gres yang mengindikasikan rencana kudeta itu muncul dari tayangan Al-Jazeera, yang dinyatakan korespondennya di Jakarta, Step Waessen, telah terkonfirmasi untuk pertama kalinya. Inti ceritanya; sejumlah pensiunan jenderal, bergandengan tangan dengan para tokoh gerakan Islam garis keras, siap membuat onar dan melancarkan makar.”  (Tempo, 18-24 Maret 2013, hal. 31). Ini isu pertama.

”Isu kedua tentang rencana aksi turun ke jalan yang akan berlangsung 25 Maret 2013. Kabar ini disebut-sebut Presiden ketika melakukan kunjungan kenegaraan ke Budapest, Hungaria, lalu diulangi saat berdialog dua jam lebih dengan para pemimpin redaksi di Istana Merdeka, Jumat pekan lalu.” (Tempo, 18-24 Maret 2013, hal. 31)

Walaupun cuma Isu, tetapi cukup membuat banyak kalangan kebakaran jenggot, termasuk kalangan istana sendiri. Padahal isu sebenarnya sama dengan gosip, kabar burung, obrolan warung kopi,  iseng, yang bisa benar, bisa juga cuma gertak sambal.

Bagi siapa saja yang membaca dan mendengar tentang berita seperti itu, mungkin akan muncul berbagai macam persepsi, spikulasi, dan tanda tanya besar tentang kebenaran dan pasti tidaknya kejadian itu benar adanya. Mungkin juga semakin membikin masyarakat menjadi tambah bingung di tengah maraknya berita-berita negatif lainnya, seperti soal korupsi, narkoba, kejahatan, dan tidak kalah membingungkan berita soal perseturuan para penggede negeri ini.

”Apa yang diurus para penggede di negeri ini ?”  Begitulah, kira-kira pertanyaan wong alit ketika pada setiap saat mereka selalu disuguhi dengan berita-berita kebobrokan, dan hampir tidak ada berita yang menunjukkan keberhasilan pengurusan negeri ini.

Untuk memastikan agar kemungkinan itu tidak membuat kita bingung, dan kemudian muncul rasa khawatir, dan justru takut, maka ada solusi yang barangkali dapat menjadi obat tentang cara menyikapinya.

Sebagai orang yang beriman, beragama dan memiliki peradaban kita harus waspada dan berhati-hati ketika menerima suatu berita. Jangan mudah terpengaruh, selektif pada informasi/ajakan dll, jangan ikut terseret, termakan apalagi terombang ambing suatu berita yang belum tentu berdasar, dan yang paling penting lagi kontrol dan kendali emosi.  
Orang bijak mengatakan; ”al-khabar ka al-ghubar” (suatu khabar atau berita itu ibarat debu). Artinya sangat bergantung bagaimana memanajnya/merawatnya. Jika bagus merawatnya debu tersebut akan jadi pupuk bagi tanaman, sebaliknya jika tidak bagus merawatnya akan membikin mata kelilipan.
Sebagai umat Islam mari kita membuka al-Qur’an surat al-Hujurat, ayat 6 ;

 
”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Ayat di atas merupakan salah satu dasar yang ditetapkan agama (Islam) dalam kehidupan sosial sekaligus ia merupakan tuntunan yang sangat logis bagi penerimaan dan pengamalan suatu berita. Kehidupan manusia dan interaksinya haruslah didasarkan pada hal-hal yang diketahui dengan jelas.

Manusia sendiri tidak dapat menjangkau seluruh informasi, karena itu ia membutuhkan pihak lain. Pihak lain itu ada yang jujur dan ada yang memiliki integritas sehingga hanya menyampaikan hal-hal yang benar, dan ada pula sebaliknya. 
Karena itu, setiap berita yang diperoleh harus disaring, diteliti, dan dicek kebenarannya.

Menurut ayat di atas, bahwa kita dituntut untuk menjadikan langkah kita berdasarkan pengetahuan (tidak dengan ”jahalah”; kebodohan), berdasarkan pertimbangan logis, dan berdasar nilai-nilai yang ditetapkan Allah SWT. Kalau tidak, dikhawatirkan akan menyebabkan orang banyak mendapatkan musibah dan penyesalan akibat kecerobohan kita dalam menerima dan menyebar berita yang belum tentu benar.

Sekali lagi kita harus hati-hati tentang isu. Jangan-jangan hanya ulah orang atau kelompok tertentu dengan maksud tertentu (mungkin tidak baik), sehingga sebatas gertak sambal, ekspresi kekecewaan, kebelet ingin merebut dan/atau mempertahankan kekuasaan, menguji kedalaman air, dan lain-lain. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan dan rahmah Allah SWT, dan semoga Allah SWT berkenan menyadarkan dengan segera kepada pihak-pihak yang mempunyai tujuan tidak baik, amin
Wallahu a’lam bi al-Shawab,

Malang, 22 Maret 2013
HA. MUHTADI RIDWAN

0 komentar:

Posting Komentar