Senin, 11 Maret 2013

AWALI BISMILLAH AKHIRI ALHAMDULILLAH (Refleksi Pergantian Tahun 2012 ke 2013)


Malam hari nanti, Senin 31 Desember 2012 tepat pukul 24.00 adalah waktu pergantian tahun, dari 2012 menjadi 2013. Moment yang sangat populer dengan sebutan tahun baru menurut kalender Masehi. Sebutan tahun baru pada awalnya dipopulerkan atau diawali dan dirayakan pada tahun 2000 SM  oleh Kerajaan Babilonia. Tahun baru yang tidak dilakukan pada waktu awal bulan Januari itu dirayakan selama 11 hari berturut-turut. Tahun 1553 SM Kerajaan Romawi kemudian menetapkan awal bulan Januari sebagai tahun baru. Gereja Katolik pada awalnya menolak tradisi perayaan tahun baru tersebut, tetapi pada 1582 SM akhirnya mengakuinya. Tradisi yang bermula dari negara Eropa tersebut berkembang pada masyarakat di negara-negara barat, kemudian  menjalar ke seantero negara-negara dunia, termasuk Indonesia.


Perkembangan berikutnya, perayaan tahun baru tidak hanya dominasi kalender Masehi, tetapi sudah ada beberapa perayaan tahun baru lainnya, yaitu tahun baru Cina, tahun baru Islam, tahun baru Imlek, tahun baru Waisak, dll. Walaupun sudah banyak tahun baru tetapi perayaan yang paling semarak dan mendapat perhatian banyak orang tanpa melihat latarbelakang etnis dan agama adalah tahun baru Masehi. Pertanyaanya kemudian adalah; mengapa perayaan tahun baru Masehi seolah-olah menjadi milik bersama, sementara tahun baru lainnya hanya milik masing-masing etnis dan atau agama ? Perlu renungan mendalam untuk mengutarakan jawaban persoalan ini, dan tentu saja bagi masing- etnis dan atau agama yang bersangkutan.

Terlepas dari sejarah dan latar belakang tradisi perayaan tersebut, bagi saya ada hal yang sangat penting untuk direnungkan; yaitu tentang waktu. Waktu menurut ajaran agama Islam adalah mengandung arti yang sangat penting, sehingga Allah SWT mengabadikannya di beberapa surat dan ayat pada Kitab Suci al-Qur’an, antara lain di surat al-‘Ashr, al-Dhuha, dan al-Lail, Lailat al-Qadr, Lailat al-Qadr, Yauma iltiqa’ al-jam’an, Yaum al-Din,  dll. 

Dalam surat al-‘Ashr misalnya, Allah SWT. mengingatkan betapa pentingnya waktu dan bagaimana seharusnya memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Waktu selalu netral, ia mutlak milik Allah SWT. Waktu tidak perlu dikutuk, tidak ada waktu sial dan tidak waktu mujur. Karena itu, Allah bersumpah demi waktu dengan menggunakan kata ‘ashr bukan selainnya, untuk mengingatkan bahwa semua manusia yang mencapai hasil setelah memeras tenaganya, sesungguhnya ia merugi –apapun hasil yang dicapainya- kecuali didasari iman dan amal saleh. Kerugian tersebut mungkin tidak akan dirasakan pada waktu dini, tetapi pasti akan disadarinya pada Ashar kehidupannya menjelang matahari hayatnya terbenam.

Pengabadian waktu dalam al-Qur’an dapat diamati, bahwa ketika al-Qur’an menggambarkan suatu waktu tertentu maka Allah SWT memberikan sifat tertentu kepada waktu tersebut, misalnya Lailat al-Qadr (malam mulia) atau Yauma iltiqa’ al-jam’an (hari bertemunya dua pasukan), Yaum al-Din (hari pembalasan) dan sebagainya. Ketika al-Qur’an tidak mensifati satu waktu atau hari, maka yang dimaksudkan adalah waktu atau hari-hari yang umum dan yang silih berganti terulang, seperti al-Fajr (fajar), al-Lail (malam), al-Dhuha (waktu dhuha/pagi), dan al-‘Ashr (waktu ‘Asar/sore). Beberapa waktu yang diabadikan al-Qur’an tersebut sebagai pengingat bahwa terdapat moment-moment penting yang harus selalu mendapat perhatian secara serius dalam upaya manusia untuk mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat kelak.

Waktu adalah modal utama manusia, apabila tidak diisi dengan kegiatan yang positif, maka ia akan berlalu begitu saja. Ia akan hilang dan ketika itu janganlah keuntungan yang diperoleh, modal-pun akan hilang. Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib ra., pernah menyatakan : “Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan lebih dari itu untuk diperoleh esok, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin dapat diharapkan kembali esok”. 

Sebagai kado perayaan tahun baru 2013 pada akhir dari coretan ini saya mencoba mengajak kepada handai tolan untuk berusaha memanfaatkan pergantian tahun ini untuk merefleksi kembali apa yang sudah kita perbuat untuk mengetahui lebih jauh tentang kekurangan, kesalahan, dan kegiatan yang tidak/belum patut. Karena sebagai manusia biasanya kita hanya pandai mengetahui kelebihan sendiri tetapi kurang bisa menyadari kekurangan. Selebihnya mencoba untuk memberi penilaian sendiri (muhasabah) sebagai dasar untuk usaha melakukan yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya.Tentunya kita boleh bergembira dan berpesta pada pergantian tahun ini, tetapi ingat berbuat yang berlebihan, apalagi yang kurang/tidak bermanfaat adalah tidak diinginkan oleh ajaran agama kita (Islam). Mari kita selalu mulai langkah kita dengan baca “BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM” dan selalu kita akhiri dengan “ALHAMDULILLAHI RABBIL ‘ALAMIN”. Semoga kita semua selalu dalam Rahmah dan Rahim Allah SWT., sehingga masih ada waktu untuk berdedikasi demi kemaslahan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat pada umumnya, amien
Wallahu a’lam bi al-shawab...

Malang, 31 Desember 2012,
HA. MUHTADI RIDWAN

0 komentar:

Posting Komentar