Kedekatan penulis dengan Bapak Muhtadi Ridwan, Dekan Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dimulai sejak menjadi mahasiswa, 13 tahun lalu. Puji syukur, kedekatan itu masih bisa penulis rasakan hingga kini. Dan, kedekatan itu memberikan ruang lebar bagi penulis untuk berguru, sharing, dan diskusi tentang banyak hal. Bagi penulis, beliau lebih dari seorang guru dan pimpinan, tapi juga seorang ayah/bapak yang selalu memberikan kasih, perhatian, kepedulian, nasehat, bimbingan, uswah teladan, kepercayaan, dan kesempatan bagi penulis untuk berdikari, dan mendedikasikan diri di almamater kebanggaan dengan penuh ketulusan. Bagi penulis, beliau adalah figur pribadi dan pemimpin yang hangat dan bersahaja. Hangat dalam arti kata, ramah, komunikatif, rendah hati, empatik, dan simpatik. Bersahaja dalam pengertian, sederhana dan bijaksana.
Bagaimana tidak, life style beliau mulai dari fashion, tempat tinggal, kendaraan, dan favourite food mencerminkan pribadi yang matang, tenang. Dalam masalah kehidupan, beliau memiliki khazanah prinsip hidup yang luar biasa, dan penghargaan yang tinggi pada nilai sebuah essensi hidup yakni perjuangan, dan dedikasi. Jauh dari kesan mewah dan hedonisme.
Selain itu, beliau sangat dekat dengan mahasiswa. Ekspresi dan apresiasi yang positif selalu bisa beliau hadirkan saat bertemu, melayani dan membimbing para mahasiswa, baik dalam pelayanan akademik sebagai seorang dosen, maupun dalam peran beliau sebagai pejabat struktural kampus. Pelayanan dan aprisiasi kepada mahasiswa itu selalu dibuktikan walaupun tugas dan mobilitas yang luar biasa berat dan padat. Termasuk saat menghadapi kondisi dan problematika serumit apapun. Masih teringat dalam memori penulis, bagaimana respon bijak beliau manakala menghadapi dan menyelesaikan beberapa kali demonstrasi para mahasiswa. Beliau memilih membuka peluang dialog yang berujung pada kesepakatan win-win solution. Sehingga tidak berujung pada anarkhi.
Cara pandang beliau akan mahasiswa dengan berbagai tingkah polahnya, idealisme, bahkan masalah sekalipun, sangat positif sehingga respon beliau untuk kasus demonstrasipun sangat bersahabat dan mendidik jauh dari sikap-sikap ala otoritarian yang kental dengan intimidasi, bullying dan bentuk kekerasan yang lain. Dalam pandangan beliau, Demonstrasi adalah salah satu bentuk dari sikap kritis dan upaya memperjuangkan ide, komitmen, ataupun kebijakan yang lebih baik. Meski demikian beliau memberikan redline pada mahasiswa bahwa demonstrasi hendaknya mengedepankan etika baik dari sisi kesantunan sikap, orasi maupun busana, sehingga membuahkan goal sebuah “understanding” dan “supporting” dari banyak khalayak terutama “main target”.
Tak bisa dipungkiri, Kesahajaan beliau memberikan pengaruh yang sangat positif pada hubungan dan kerjasama yang baik dengan semua dosen dan staff di Fakultas Ekonomi yang beliau pimpin. Hubungan tersebut juga terjalin dengan pimpinan, dosen dan staff di fakultas yang lain, dengan pihak rektorat maupun para kolega, bahkan keluarga, tetangga dan masyarakat luas. Penulis sangat tersentuh saat beliau, mengatakan bahwa kesibukannya untuk mengelola Panti Asuhan mampu merefresh segala penat, kegelisahan, kegalauan yang mungkin muncul dalam tugasnya memimpin Fakultas Ekonomi, dan justru seringkali memberikan energy untuk terus mensyukuri apapun yang Allah berikan dalam hidup beliau. Sungguh sebuah uswah teladan yang menginspirasi, bahwa sekali lagi hidup adalah memberikan maslahat untuk orang lain.
Gaya kepemimpinan beliau dalam memimpin sangat demokratis-partisipatif. Beliau sangat suka dan terbuka mencari dan mendapatkan masukan dan saran dari pihak lain, dan tak segan untuk turun ke lapangan sebagai salah satu pertimbangan pembuatan keputusan (policy making) dilengkapi dengan pemberian uswah teladan yang menginspirasi. Fakultas ekonomi bagi beliau adalah second home. Totalitasnya dibuktikan dengan kebiasaan beliau berangkat pagi dan pulang dari kantor melewati jam kerja, karena kesibukan yang sangat padat. 1, 2 kali mungkin para dosen dan staff ekonomi akan sungkan untuk pulang mendahului beliau. Namun lambat laun, kebiasaan baik itu juga menjadi kebiasaan massif civitas akademik di fakultas ekonomi, menyelesaikan tugas dengan maksimal dan total adalah prinsip kerja beliau yang ingin dibudayakan di lingkungan kerja. Pemberian penghargaan berupa pujian, motivasi hingga terimakasih juga menjadi salah satu hal yang sering beliau berikan pada para dosen dan staff yang melaksanakan tugas atau memiliki ide brilian dan kreatif. Beliau juga figur yang sangat peduli. Seringkali penulis diajak untuk mengunjungi para staff yang sakit, memiliki bayi yang baru lahir, ataupun pernikahan para civitas fakultas ekonomi meski beliau sangat sibuk dan tempatnya sangat jauh.
Distribusi kewenangan juga mampu beliau jalankan dengan baik, sehingga para pembantu dekan, dan seluruh staff dapat menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik. Yang paling esensial dari kepemimpinan beliau adalah keberhasilan dalam membangun birokrasi yang sehat dan tidak berbelit-belit atau birokratis, untuk memberikan pelayanan prima pada mahasiswa dan kolega. Hingga akhir masa jabatan beliau menjadi Dekan Fakultas Ekonomipun, beliau tetap istiqomah membangun pola komunikasi yang interaktif.
Teriring doa semoga tugas beliau menjadi amal sholeh dan amal ibadah yang diberkahi Sang Kuasa. Diakui atau tidak, beliau telah memberikan kenangan indah, inspirasi, uswah hasanah, kepemimpinan yang sangat bermakna bagi kemajuan Fakultas Ekonomi, dulu, kini dan nanti. (RF)
(Oleh: Romi Faslah)
Sumber : Buku Sang Inspirator
0 komentar:
Posting Komentar